43 | A Breath of Fresh Air

267 36 4
                                    

43 | A Breath of Fresh Air

*ೃ

Thesa tidak menyangka akan menemukan pemandangan indah begitu Jaegar membuka pintu yang berada di sisi lain dari pintu masuk tadi. Dia memandangi gazebo di tengah-tengah taman di seberang sana dan ingin sekali mengunjunginya. Untuk menuju kesana Thesa perlu melewati jembatan kayu di atas kolam besar yang dipenuhi teratai air.

Lampu-lampu yang dipasang di jembatan dan menerangi sekitarnya memudahkan Thesa melihat seisi kolam dengan baik. Dia nyaris tersenyum senang kalau tidak ingat ada Jaegar yang berhenti di depannya. Pemuda itu berbalik dan Thesa mau tak mau menatapnya.

"Gue kesini pas kalian ngusir tadi," papar Jaegar tanpa mengubah ekspresinya yang datar. Biasanya ekspresinya membuat Thesa kesal, tapi kali ini Thesa tidak bisa menebak apa yang sedang Jaegar pikirkan hingga memasang tampang seperti itu.

"Maaf kalo lo ngerasa diusir," balas Thesa seadanya sambil berjalan melewati Jaegar untuk naik ke jembatan.

Thesa memandang ke danau sambil melangkah secara perlahan. Dia ingin menikmati pemandangan ini sebaik mungkin, tapi mendadak saja dia merasakan sesuatu menubruk pelan punggungnya. Thesa menoleh ke belakang dan menemukan sebuah jas hitam melingkupi pundaknya. Tatapannya beralih ke Jaegar di belakang yang memandang ke arah lain sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku.

"Pake. Masuk angin gua gak tanggung jawab," ucap Jaegar saat Thesa hanya diam memandanginya.

Thesa menurut dan membiarkan jas itu menghangatkan tubuh bagian atasnya. Tetap saja angin malam yang lebih sejuk dari biasanya itu membuat kakinya tidak nyaman. Tangannya beberapa kali menyingkirkan rambut yang mengenai wajah karena tersapu oleh angin. Thesa memutuskan untuk segera ke gazebo dan duduk di pinggirannya. Menyadari posisinya yang terlalu memakan tempat membuat Thesa bergeser kanan, membiarkan Jaegar duduk di sisi kirinya. Keduanya duduk dalam keheningan, memandangi danau yang permukaannya terpantul oleh lampu dari jembatan.

"Kalo ada ikan pasti lucu," celetuk Thesa asal.

Jaegar meregangkan tangannya sebelum membawanya ke belakang untuk menopang tubuh. "Gue tidur bentar."

Thesa melirik Jaegar, lalu menarik sedikit kasar bagian lengan kemeja pemuda yang nyaris menutup matanya itu. "Tanggung jawab udah bawa gue kesini. Jangan tidur."

Hening mendominasi sesaat setelah Thesa bergerak impulsif.

"Gak nyangka lo suka pakai kekerasan gini," celetuk Jaegar akhirnya sambil memandang tangan Thesa yang masih tepat di lengannya.

Akhirnya Thesa melepaskan cengkraman pada pakaian Jaegar, lalu berdeham sambil menghadap ke depan kembali. Dia rasa kalau hanya bicara pasti Jaegar akan tetap memejamkan mata, jadi Thesa sertai dengan menarik kemejanya. Tak disangka perbuatannya malah membuat dirinya malu sendiri dan menyesal.

"Jam berapa sekarang?" tanya Thesa setelah melihat Jaegar mengenakan jam.

"Setengah delapan," jawab Jaegar setelah memeriksa jam di tangan kirinya.

"Oh, bentar lagi..." gumam Thesa.

Jaegar masih dapat mendengarnya. "Apaan yang bentar lagi? Lo pulang?"

Tidak ada alasan untuk berbohong. Maka Thesa menjawab, "Iya."

"Gue anter," ucap Jaegar yang akhirnya menegakkan tubuh. "Nanti gue anter lo pulang," ulangnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

InterweaveWhere stories live. Discover now