{4}Sekotak nasi goreng

46 29 63
                                    

Selamat membaca teman🕊

Tekan 🌟 dipojok kiri

Coment tiap paragraf yawww

*
*
*

Cahaya hangat mentari pagi perlahan masuk melalui jendela-jendela angkutan kota yang Luna naiki. Luna memutuskan membuka jendela disebelahnya. Hujan yang singgah semalam, berhasil membuat udara ibu kota pagi ini tidak terlalu buruk dari hari kemarin.

Lengkap dengan pakaian olahraga yang Luna kenakan, sebuah kotak bekal dan sebotol air mineral ada ditangannya.

Angkutan yang ia tumpangi sudah tiba di depan gerbang sekolah, Luna melangkahkan kakinya memasuki sekolahnya.

Tepat di parkiran Luna bertemu Azka dan teman-temannya, Luna menghampiri Azka yang duduk dimotornya.

"Selamat pagi bidadari," sapa Dafa. "Nyari Mas Dafa ya Dek," tanya Dafa dengan tingkat kepedaannya setinggi langit. Dafa yang berdiri dihadapan Luna membuat sangat empu berjalan mundur menghindari Dafa.

"ANYING...., ngakak bat gueee, anjirr si kutu kebo ditolak." suara gelak tawa terdengar nyaring dari arah gerbang siapa lagi pelakunya kalau bukan Clara dan Janu.

"Nu, lo liat gak mukanya si Dafa tertekan banget lagi?" ujar Clara.

"Mukanya kaya nahan berak lagi," sambung Clara yang berdiri  di samping Luna.

"Udah-udah kenapa kalian yang ribut sih, kayak anak SD aja." sarkas Luna.

"Azka, boleh kita bicara ber-dua?" tanya Luna kepada Azka.

"Lun, lo ada masalah sama mereka," timpal Janu.

"Enggak Nu, santai aja cuma masalah kecil, lo gak perlu khawatir." balasnya. "Lo sama Clara duluan aja ke kelas, gue masih ada urusan bentar sama Azka."

"Oke deh, gue sama Clara cabut duluan? Lo kalau ada apa-apa cepat kabarin kita," peringat Janu yang menatapnya khawatir.

"Duluan Lun." Janu dan Clara kini pergi meninggalkan areal parkiran. Luna kembali fokus kepada Azka saat Janu dan Clara sudah tak nampak dari pandangan matanya.

"Gimana Ka bisakan? tanya Luna menatap kedua bola mata Azka.

" eh bentar deh Ka, lo sebenernya ada hubungan apa sama siapa tadi? Luna kan," ucap Deran yang menatap keduanya secara bergilir.

"Gue gak ada apa-apa sama Luna, kebetulan kita pernah ketemu dan saling kenal," final Azka angkat bicara.

"Mau ngomong apa Lun?" tanya Azka berdiri dihadapan Luna.

"Kita ngobrol di taman dekat perpustakaan? Lo lagi sibuk gak?"

"Oke, kita ngobrolin di sana aja."

"Guys, gua cabut duluan, kalian duluan aja ke kelasnya."

"Iyedeh yang mau mojok sama ayang," cetus Dafa dengan muka juteknya.

"Lo kenapa? Ada masalah sama Azka, biarin aja tu anak mau salto juga bukan urusan lo," balas Deran sinis.

"Iye, elah lo galak bener dah."

****

Lingkungan di taman sekolah yang membuat siapapun akan nyaman berada di sana, selain tempatnya yang berada tak jauh dari perpustakaan juga areal taman yang asri, banyak berbagai jenis bunga-bunga yang sengaja di tanam di sana, terdapat pula rerumputan yang hijau dan jauh dari kebisingan.

Luna dan Azka kini sudah sampai di tempat tujuan dan mulai mencari tempat duduk yang nyaman.

"Kita kesana," tunjuk Azka mengarahkan pandangan ke kursi berbahan kayu berwarna coklat tua.

Luna mengganggukan kepala dan mengikuti langkah kaki Azka.

Sesampainya mereka di kursi tepat di bawah pohon besar yang menghalangi panasnya matahari, Luna da Azka mendudukkan diri di kursi.

"Mau ngobrolin apa?" tanya Azka menatap kedua bola mata berwarna coklat milik Luna. Indah, satu kata yang mampu mendeskripsikannya. Satu alasan yang membuat Azka suka menatap Luna kala menatap ke dua bola mata indah nan lentiknya.

"Ini, gue mau ngasih ini," ucap Luna, mengulurkan sebuah tota bag berwarna biru, warna favoritnya.

Azka yang tak faham pun mengangkat ke dua alisnya.
"Apa nih?" tanya Azka dan menerima totebag nya.

"Itu nasi goreng."

Azka yang semakin tak faham mengerutkan dahinya bermaksud menanyakan apa tujuan Luna memberinya sebuah bekal nasi goreng.

"Ah, ini sebagai ucapan terimakasih dari gue, karena lo udah nolongin gue waktu itu."

"Astaga, masih aja dibahas? Santai aja, ujar Azka tersenyum menampilkan giginya. " Btw, thanks ya lo udah repot-repot bawain gue bekal."

"Sama-sama, semoga suka ya, ini gue yang masak," katanya memberi tahu. "Gue duluan ke kelas udah mau bel juga, gue tinggal ya, byee."

Setelah Luna menjauh dari hadapannya, Azka lalu pergi ke kelasnya.

****

Suara langkah kaki mulai terdengar dari arah luar, kemudian terdengar suara  dorongan pintu dari luar yang berhasil mengusik kegaduhan penghuni kelas IPS satu.

"Astaga ternyata lo Ka? gue kira guru," tanya salah satu teman sekelas Azka.

Cowok itu kini berjalan menuju bangkunya di bagian belakang sebelah kiri, Azka segera duduk di bangkunya tepat disebelah Deran.

"Belum ada Guru."

"Gak tau gue, jam kos kali."

Aroma yang menyeruak hingga ke penciumannya mampu menyadarkan seorang yang berada di bangku di depan Deran. "Wangi apaan nih?" tanya Dafa melihat sekelilingnya mencari aroma makanan yang mengganggu indra penciumannya. "Ka apatuh yang lo bawa?" tanyanya.

Pandangan Azka kini teralihkan sepenuhnya ke arah Dafa. "Oh, ini wangi bekal gue."

"Kayak anak Tk lo bawa bekal segala," celetuknya.

"Ini bekal bukan sembarang bekal."

"Maksud lo apa Ka? Dari siapa tu makanan?" tanya Dafa penasaran. Deran yang fokus bermain game diponselnya kini pandangannya beralih menatap ke dua sahabatnya.

"Lo lagi dekat sama orang?" ucap Deran menatap lekat Azka. "Dari seseorang nih," balas Azka dengan muka tengilnya seakan memamerkan kebahagiaannya.

Janu yang mendengar pembicaraan tiga orang di kelasnya pun seketika mengarahkan pandangannya ke arah belakang, dia melihat Azka, Dafa dan Deran tapi fokusnya kini mengarahkan ke totabag dimeja Azka.

"Kayak pernah liat, tapi di mana ya?" tanyanya dalam hati.

🕊🕊🕊

Note: kritikan dan saran dipersilahkan ➡➡

Spam emot 💎 ini di sini

Sampai ketemu di chapter selanjutnya 👉





ALUNAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang