{3}Ulang Tahun Bunda

53 33 69
                                    

Hai jumpa lagi kita?

Chapter ini ketemu Luna aja💓

Selamat membaca?

*****

Malam ini begitu sunyi langit yang biasanya berhiaskan bintang yang menerangi gelapnya malam kini seakan malu-malu untuk menampakkan diri.

Langit yang semakin mendung menghitam disertai suara gemuruh petir menandakan hujan akan segera tiba.

Luna yang duduk di lantai balkon kamarnya tanpa alas, Luna memeluk ke dua lututnya saat rintik hujan kini mulai menerpa balkon kamarnya, Seakan mengerti gundahnya hati Luna.

Luna mengingat kejadian sore tadi ketika dia baru pulang dari sekolah.

*
*
*
*
Aryo yang sudah lengkap dengan kemeja putih, celana bahan dan setelan jas dengan warna senada berjalan menuruni tangga menuju menuju lantai bawah.

Luna baru memasuki rumah kini menghampiri Aryo.

"Ayah, mau kemana lagi?" ujar Luna.

"Ayah ada rapat penting sama claen di Surabaya," timpal Aryo.

"Ayah serius mau pergi lagi? Baru kemarin lusa loh Ayah pulang dari Bandung dan sekarang mau pergi lagi," keluh Luna.

"Ini udah jadi tanggung jawab Ayah sebagai atasan, gak mungkin Ayah alihkan ke asisten Ayah semua, tolong ngertiin Ayah ya nak," mohon Aryo.

"Mau gimana lagi semua keputusan ada di tangan Ayah kan, walaupun Luna ngelarang Ayah juga tetap pergi," cetus Luna dengan mata berkaca-kaca.

" Ayah janji begitu kerjaan Ayah selesai Ayah pasti langsung pulang, Ayah cuma 2 hari di Surabaya." Aryo segera memeluk tubuh putri semata wayangnya dan berlalu meninggalkan Luna yang diam mematung.

"Ayah beneran gak ingat apa ya," lirihnya.

Ia pun berlalu ke lantai atas menuju kamarnya. Dan mengusap kasar ke dua pipinya saat air matanya mengalir deras tanpa diminta.

*
*
*
*
Luna merasa kedinginan pun segera berdiri dan memasuki kamarnya dan menutup pintu balkonnya.

Luna bersandar dikepala ranjang dan memijat batang hidung saat ia merasakan sakit kepala, karena Luna yang cukup lama menangis.

Kemudian ia meraih sebuah figura wanita yang dipajang dimeja nakas dipinggiran ranjang.

Luna yang menatap foto wanita yang melahirkannya. Ia meraba foto itu dengan air mata meluruh dengan derasnya.

"Bunda, maafin Luna ya? Kalau besok Luna gak bisa bawa Ayah ke bunda."

"Tapi Luna janji, Luna bakalan ngunjungin bunda meskipun tanpa Ayah." lirihnya dengan suara parau.

Luna yang udah kelelahan mulai merebahkan tubuhnya di kasur king sizenya dengan memeluk foto bunda nya.

****
Pagi telah tiba sinar matahari kini sudah menampakkan sinarnya. Cahaya matahari kini menyinari kamar Luna melalui celah-celah gorden.

Luna yang terganggu karena merasakan silau dimatanya karena cahaya matahari, dia pun mencoba mengembalikan kesadarannya dan mengusap ke dua matanya.

Segera dia membersihkan tempat tidurnya, membuka gorden-gorden yang ada di kamarnya mempersilahkan cahaya mentari menyambut paginya.

Luna mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi.

Setelah itu dia mulai memoles wajahnya dengan make-up tipis-tipis, kemudian Luna meninggalkan kamar dan menuruni tangga.

Tepat di ruang tengah Bi Ima sedang menyapu lantai dan menghampiri Luna yang hendak membuka pintu keluar.

"Non Luna mau pergi ya? Bibi udah bikin sarapan kesukaan Non", tuturnya pada Luna.

" Nanti aja Bi, saya belum mau makan", balasnya, Luna yang hendak pergi pun pamit kepada Bi Ima dan mengulurkan tangannya dan mengucup tangan Bi Ima.

"Luna langsung aja Bi, Luna buru-buru udah ada janji sama teman", pamitnya.

" Hati-hati ya Non di jalan, kalau ada apa-apa di jalan Non jangan sungkan buat hubungi Bibi".

"Iya Bi, saya pergi dulu", Assalamu'alaikum.

Tak membutuhkan waktu lama taksi yang hendak Luna tumpangi telah mendarat dan Luna segera menaikinya.

" Kita mau kemana ini Mbak? tanya si Supir Taksi.

"Kita ke tempat pemakaman umum jalan Cempaka pak".

" Baik Mbak".

Luna sengaja berbohong kepada Bi Ima kalau dia akan pergi bersama temannya kenyataanya, dia hendak menuju ke pemakaman umum.

Taksi yang Luna kendarai telah sampai di tujuan. Luna segera membayar ongkos taksi tadi. "Makasih Pak, saya permisi", pamitnya. Kemudian taksi tadi melaju meninggalkan Luna. Setelah itu, Luna keluar dan masuk ke pemakaman.

Luna berjalan dengan membawa buket bunga dan se botol air, menyusuri jalan mencari dimana letak peristirahatan terakhir sang Bunda.

Sampailah Luna di sini, kemudian di duduk di tepi pusara wanita yang rela bertaruh nyawa demi melahirkan Luna. Luna membersihkan sekitar makam mendiang Bundanya, memunguti daun yang berguguran, mencabuti rerumputan yang mulai tumbuh mengitari makam Bundanya.

Mulailah dia menyirami makam itu dengan air yang dibawanya, dan meletakkan buket bunga.

Luna kemudian mengadahkan ke dua telapak tangannya, berdoa kepada Tuhan untuk Bundanya.

"Assalamu'alaikum Bunda, Bunda apa kabar?"

"Luna harap Bunda bahagia ya di surga-Nya Allah." lirih Luna yang kembali menangis.

"Maafin Luna Bun, karena gak bisa bawa Ayah ke sini."

"Tapi Luna janji sama Bunda, Luna akan merawat dan menemani Ayah hingga tua nanti."

"Luna butuh sosok Bunda, Bunda yang selalu ada setiap saat, meskipun Luna belum sempat liat wajah Bunda, tapi Luna percaya Bunda adalah wanita baik, sosok Ibu yang hebat."

"Maafin Luna Bun, karena kehadiran Luna Ayah harus kehilangan Bunda untuk selamanya."

Selanjutnya Luna mengecup nisan almarhumah Andira-Bunda Luna.

"Selamat ulang tahun Bunda, bahagia selalu di sana," lirihnya dan Luna berdiri meninggalkan makam Bundanya.

🕊🕊🕊

Note: kritikan dan saran dipersilahkan ➡➡

Jangan lupa tekan 🌟



ALUNAZKAWhere stories live. Discover now