˚。⋆28. confused to see it⋆。

Start from the beginning
                                    

Lunna antusias. "Ayok!" Gadis itu berlari ke sebuah mesin otomatis yang cara membelinya cukup dengan memasukkan koin sesuai harga. Ketika sedang memilih, Dika lebih dulu memasukkan koin dan mengambil es krim pilihannya. Ia membuka kemasan es krim cone dengan topping coklat lalu memberikannya pada Lunna.

"Ini?"

"Suka chocochips, kan?"
Lunna masih melamun, Dika yang gemas itu mengambil sedikit es krim di tangan Lunna, lalu mengoleskannya ke pipi ranum gadis itu. "Happy birthday, Una-nya Dika," ucapnya.

ʚɞ

Di tempat lain, tepatnya di asrama, Rafael sedang bermain gitar bersama Ferdi di balkon. Sementara Bapak Ryo, pria itu tertidur lelap sedari tadi.

"Enaknya nyanyi apa ya, Raf?" tanya Ferdi yang mulai bosan.

"Terserah, gue lagi galau. Lagu belum siap kehilangan Stevan Pasaribu juga boleh."

"Hohohoo anjayyyy Rafael galau, cuy."

"Diem lo, curut. Gue pukul juga pakai gitar nih."

"Nggak usah kasar-kasar dong, Raf. Emangnya galau gara-gara apa, sih?"

"Pake nanya lagi bocah. Udah jelas, kan? Gara-gara kemarin."

Ferdi tertawa, tapi kini lebih besar dari sebelumnya. Hingga membuat Rafael semakin kesal. Bagaimana tidak? Rafael sedang memikirkan perempuan yang dicintainya bersama sahabatnya sekarang.

Kemarin setelah selesai pengumuman juara, mereka semua dipersilahkan istirahat. Setelah itu, mereka dikumpulkan kembali di aula untuk menonton hiburan sekaligus menawarkan pilihan tiket itu. Dan esok harinya bisa diambil untuk langsung digunakan.

Tadi pagi, Rafael kembali melihat Lunna dan Dika yang pergi bersama. Dalam hatinya, ia masih bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa seakrab itu? Apakah seseorang yang pernah Lunna rindukan dulu adalah Dika?

Flashback on

Hari ini, Kanaya tidak masuk sekolah karena sakit. Lunna sangat bosan sehingga ia mencari Shakira dan Desta di kelas akuntansi. Untungnya Lunna menemukan kedua gadis itu sedang asyik mengobrol di depan kelas. Ia segera menghampiri kedua sahabatnya.

"Eh, gabut gara-gara Naya nggak masuk, ya?" tanya Shakira.

"Iya, ayo kasih gue satu tantangan. Ntar gue lakuin beneran."

Shakira dan Desta saling pandang. "Beneran? Apa aja mau?" tanya Desta.

"Iya."

Kedua gadis itu berdiskusi. Tak sampai 5 menit, mereka menemukan tantangan untuk Lunna. "Sip."

"Nemu? Apa?"

"Lo suka nyanyi, kan?"

Lunna mengangguk membuat Shakira dan Desta tersenyum. "Ajakin siapa pun yang sekarang lagi ada di ruang musik buat karaokean. Terus rekam, dan kirim ke grup whatsapp kita."

Tanpa pikir panjang, Lunna menyetujuinya. "Oke." Gadis itu segera pergi ke ruang musik.

Sialnya, hanya ada seseorang yang sering Lunna hindari di sana. Ya, Rafael.

"Loh, kok lo sih, Raf? Lo ngapain?"

"Lo yang ngapain? Gue barusan ngajar adek kelas yang mau pensi di acara perpisahan kelas 12 nanti."

"Yaudah lah mau gimana lagi?"

"Hah? Lo nggak kesambet kan, Lun?"

Lunna tidak menjawab. Ia memposisikan ponselnya sebaik mungkin untuk merekam momen itu.

Rafael masih kebingungan. Entah apa yang ada dalam pikiran cowok yang juga menjabat sebagai ketua ekstrakurikuler musik itu sekarang. Ia tampak seperti orang linglung.

"Oke, sip," ucap Lunna setelah ponselnya tertata. Gadis itu mengambil kursi dan duduk di samping Rafael.

Sial. Rafael menjadi gugup sekarang. Entah kenapa ia selalu seperti ini ketika berada di samping Lunna. Gadis periang itu seolah memiliki aura khas yang bisa membuat Rafael membeku. Atau, karena memang Rafael mencintainya?

"Mau ngapain?" tanya Rafael.

"Ayok karaokean."

"Boleh, mau lagu apa?"

"Lagu galau, belum siap kehilangan ciptaan Stevan Pasaribu. Gue lagi kangen seseorang soalnya."

"Boleh." Rafael mulai memetik gitarnya sesuai nada lagu itu.

Lunna mulai bernyanyi dengan suara merdunya. Gadis itu menghayati lagunya. Ia menangis. Rafael tidak bisa berkata-kata melihatnya. Lunna terlihat semakin cantik ketika bernyanyi. Tanpa sadar, Rafael tersenyum. Dan tanpa sadar pula, ia tak mengalihkan tatapannya dari Lunna, tatapan yang sangat dalam.

Lagu selesai. Lunna segera mengusap air matanya dengan lengan seragamnya. Setelahnya, ia mematikan rekaman video tadi.

"Gitu doang? Satu lagu doang?" tanya Rafael.

"Jam istirahat udah mau selesai, ege! Lagian ... ah, gausah."

"Kenapa? Ngomong aja."

"Gue cuma nerima tantangan."

"Seru?"

"Nggak lah, ogah kalo deket-deket lo tiap hari."

"Yakin?"

Flashback off

"Raf? Raf? Rafael!" Ferdi mengeraskan suaranya karena Rafael tak menggubrisnya.

"Eh, sorry."

"Mikirin Lunna?"

"Nggak, udah ah ayok nyari makan, laper gue." Rafael lebih dulu keluar dari kamar menuju parkiran.

Ferdi menurut. Mereka masuk ke dalam mobil sekolah. Rafael yang mengemudikan mobilnya, dan Ferdi yang mencari tempat makan lewat internet. Ketika sedang dalam perjalanan, Ferdi melirik sekitarnya. Sampai ketika melirik kaca dalam mobil, ia mengernyitkan dahinya melihat bayangan di kaca itu.

"Raf, itu kotak apaan?"

Rafael menoleh. "Bukan apa-apa."

"Lo yang bawa?"

"Iya."

Ferdi memperhatikan lebih detail kotak berukuran cukup besar itu. Kotak berwarna hijau yang tutupnya bergambar cheetah, rubah, doggy kecil, beruang, kelinci, lumba-lumba, dan hamster itu terlihat sangat cantik.

"Gue penasaran deh, Raf."

"Udah, besok juga tau."

see you next part🌷🌷

-yang menang lomba nih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-yang menang lomba nih

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now