III(ROSA)

9 1 0
                                    

Sesampai aku kembali di rumah, aku masih senyam-senyum sendiri, membuat Mama yang melihat aku mengerutkan kening keheranan.

"Kenapa kamu?" tanya Mama.

"Gak, gak apa-apa, Ma," jawabku dengan senyum lebar.

Aku berjalan menuju kamar, meninggalkan Mama dengan muka berkerut heran. Aku menuju ke jendela di kamarku, duduk di bangku di samping jendela dan menatap bintang di langit malam ini. Bintang malam ini cukup banyak, seperti mereka juga senang dengan kejadian hari ini untukku. Di kepalaku bermain lagu 'Everything' dari Michael Bublé. It's you, it's you, you make me sing, you're every line, you're every word, you're everything. Di tengah lamunanku, HP ku bergetar. Ternyata SMS. Dari Alex.

I'm home already :)

Baca SMSnya aja udah bikin aku senyam-senyum sendiri. Astaga.

***

Keesokan harinya, aku di bangunkan oleh suara Mama.

"Rosa, ada temen kamu tuh di depan," temen? Siapa yang bakal dateng ke rumah aku pagi hari sekolah seperti ini? Aku melihat jam di dinding. Jam 5:30. Aku dengan enggan segera bangun dan turun ke bawah. Mataku langsung melek begitu melihat Alex sedang duduk di ruang tamu kami. Sudah menggunakan seragam lengkap rapi. Oh my God.

"Eh, kok Kak... maksud aku kok kamu di sini?" tanyaku bingung.

"Aku mau ke sekolah bareng kamu. Aku sengaja dateng pagian karena aku tau betapa hebatnya kamu kalau soal tidur," jawabnya sambil nyengir.

Dasar. Dia malah ngeledek aku. Tapi gak bisa bohong, aku senang sekali dia datang menjemput aku pagi begini.

"Oke, aku siap-siap dulu ya," ujarku. Dia mengusap kepalaku.

"Sana mandi, bau!" dia pura-pura mengernyitkan hidung.

Aku menjulurkan lidah ke arahnya, lalu pergi ke atas untuk siap-siap ke sekolah. 15 menit kemudian aku turun ke bawah. Alex sedang ngobrol dengan Mama dan Papa. Wah, cepat sekali mereka akrabnya.

"Udah, yuk berangkat," ujarku ke Alex.

"Sayang, makan dulu kamu. Sarapan dulu," ujar Mama.

"Gak usah, Ma. Udah siang. Aku berangkat ya Ma, Pa," ujarku sambil menarik tangan Alex.

"Pamit Om, Tante," Alex berpamitan ke orangtua ku.

"Iya, iya. Hati-hati ya kalian," ujar Papa.

Kami berjalan ke luar dimana motor Alex terparkir.

"Siap?" tanya Alex begitu aku sudah duduk di bangku belakang dan memakai helm. Aku mengacungkan jempolku ke depannya. Kami pun jalan dengan kecepatan biasa. Sesampai di sekolah, kami parkir kemudian jalan bersama ke atas. Beberapa mata menatap kami ingin tahu. Aku merasa sedikit risih, sehingga aku menundukkan kepalaku lebih dalam lagi. Kemudian Alex meraih tanganku dan menggenggamnya. Salah satu senior perempuanku bahkan sampai menganga dan memberi aku tatapan mematikan. Dia –Alex- mengusap tangaku lembut dengan jempolnya untuk menenangkan aku.

"Lex, jangan pegangan tangan. Ini sekolah," aku mengingatkan dia.

Dia tidak melepas tanganku sampai kami tidak terlihat lagi oleh tatapan-tatapan mematikan tadi. Lalu kami naik ke atas dan berpisah karena arah kelas kami berbeda. Sesampai di kelas, aku langsung duduk di samping Ella. Saat bel berbunyi dan guru masuk tiba-tiba Vera, teman yang duduk di belakangku memanggil aku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ada apa antara lo sama Alex?" tanyanya.

"Apa? Maksudnya apa?" tanyaku pura-pura bodoh.

IFWhere stories live. Discover now