II( ROSA )

24 1 0
                                    

Ga terasa udah seminggu aku sekolah di sekolah baru ini. And guess what, aku sekelas dengan Ella, bahkan duduk sebangku dengan dia.


"Wah wah, kita berjodoh rupanya," ujar Ella waktu hari pertama itu.


Aku menatap dengan wajah ngeri.


"Apa?" tanya Ella begitu melihat ekspresiku.


"Lo normal kan?" tanyaku masih dengan ekspresi yang sama.


"Seh! Ya iyalah wah ada-ada aja lo! Gua sangat normal," jawabnya jengkel. Aku hanya tertawa saja. Well, rasanya kami akan menjadi sahabat baik.


"Oh. My. God!" pekik Ella tertahan di samping ku. Kami sedang di kantin.


"Apa?" tanyaku tanpa mengangkat pandanganku dari buku yang sedang seru aku baca.


"Ada malaikat lagi jalan ke sini," oke kata-kata ini hampir membuat aku memuntahkan makan siangku ke buku kesayanganku ini.


"Tentu, tentu. Malaikat berjalan di tengah kantin kita, mau narik nyawa lo," jawabku acuh tak acuh.


"Hei," suara entah siapa. "Rosa."


Aku mengangkat wajahku. Oh, rupanya senior yang waktu itu aku tabrak di hari pertama MOS.


"Uhm, ya? Ada perlu apa ya?" tanyaku dengan alis terangkat sebelah. Salah satu kebiasaan.


"Boleh minta nomor HP kamu ga?" jawab si senior tidak tau malu ini.


Mataku membulat heran. Aneh. Orang aneh. Tiba-tiba datang ke depanku lalu menanyakan nomor HP-ku. Maksudku aku bahkan ga tau orang ini siapa, well ya aku hanya tau dia senior di sekolah ini titik. Aku sedang memikirkan berbagai jawaban di kepalaku saat tiba-tiba Ella menepuk pundakku.


"Ros, itu di tanya, ye lo malah bengong," yaampun anak ini -Ella- benar-benar minta aku jitak.


"Eh, saya ga hafal nomor HP saya," ucapku dengan memasang wajah sepolos mungkin.


"Nih aku ada kak nomor Rosa!" lagi-lagi, Ella, kelewat excited.

Ya ampun sebenarnya ada apa dengan anak ini benar-benar ingin aku lempar dia ke kolam ikan di samping taman. Aku hanya memelototi Ella tanpa ada hasil. Aku bahkan ga yakin dia sadar bahwa aku sedang melotot ke dia. UGH. Ella bisa menjadi anak yang sangat menyebalkan dengan kepolosan yang kadang sangat terkesan di buat-buat.


Setelah si senior pergi, Ella masih senyam senyum menatap ke arah perginya si senior yang bahkan sudah hilang dari pandangan dan alhasil, Ella seakan-akan sedang senyam senyum dengan Mas Barmo - penjual gorengan di kantin kami- , bel berbunyi.


"Hei, gua mau naik. Kalo lo masih mau di sini senyumin si Mas Barmo, gua balik ke kelas duluan," ucapku tanpa menutup-nutupi kekesalan ku.

IFWhere stories live. Discover now