Prolog

298 45 59
                                    

🎧

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

🎧

Mabar, nongkrong di warteg belakang sekolah sambil menikmati tahu walik Mbok Sitah, adalah kegiatan yang paling disukai Angkasa di jam-jam menjelang pergantian siang menuju sore tiap harinya. Tentu, ia lakukan semua itu setelah beraktivitas penuh di sekolah tadi.

Baginya, membunuh beberapa musuh di game online itu adalah healing terbaik untuk sekedar meringankan beban pikiran yang masih terpikul di otaknya. Apalagi ditemani dengan makanan-makanan berminyak itu membuat pikirannya sedikit plong.

Dengan kaki yang diangkat sebelah dan diletakkan di kaki satunya, cowok berambut hitam legam dengan bagian belakang agak panjang itu tidak terlihat seperti anak sekolahan. Bukan hanya tubuhnya yang tinggi, tegap, dan kekar, tapi juga sikap dan wajah agak sangarnya yang membuat dia terlihat lebih tua dari usianya.

Ralat. Semua perspektif tadi semata-mata datang dari penilaian seseorang yang tidak mengenal sosok itu lebih dalam. Karena siapa pun yang pernah bertemu atau sekedar berinteraksi langsung dengan Angkasa, pasti akan memberikan persepsi yang berbeda lagi.

Faktanya, tidak sedikit orang terutama kaum hawa yang merasa begitu nyaman ketika berada di sekitar cowok yang terbilang tampan itu. Sayang, meski demikian, sampai sekarang Angkasa masih setia memegang status 'sendirian' alias jomblo tanpa teman perempuan.

"Gue mau cabut. Lu mau ikut kagak?"

Pertanyaan yang tentu dilontarkan padanya itu berhasil mengalihkan netranya dari gadget di tangannya. Ia mendongak, menggeleng tanpa suara, lalu kembali mengambil fokus yang sempat terjeda tadi.

"Jadi ke bengkel? Kesa belum selesai diperbaiki karena abangnya belum masuk kerja."

Pertanyaan sekaligus pernyataan dari orang yang sama itu kembali terdengar. Rion, manusia super sabar dan satu-satunya yang menjadi teman baik seorang Angkasa itu menghela napasnya panjang secara spontan. Alasannya sudah jelas, sudah berapa kali dirinya dianggap angin lalu oleh cowok di depannya itu.

"Hm."

Satu kata akhirnya keluar dari mulut Angkasa. Sebuah jawaban yang hanya bisa dipahami oleh Rion semata. Jika orang lain yang mendengarnya, pasti akan langsung memberikan cacian atau sedikit timpukan kertas pada cowok menyebalkan itu.

"Oke. Ntar sore gue nyusul ke bengkel sekalian mau cek pegawainya Mama." Rion lantas meraih tas selempang, seragam putih, dan juga kunci motornya di atas meja. "Gue harap lo nggak lupa sama agenda besok."

"Inget gue," sahut Angkasa.

"Baguslah. Gue cabut, ya. Bye!"

Angkasa sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan kata hati-hati pada temannya itu. Namun, ketika sebuah nama tiba-tiba terpampang di bagian atas layar, seluruh pergerakannya seolah terkunci.

"Habis gue kena marah," dumelnya melihat hati-hati ke arah notifikasi pesan di sana.

Eyang paling disayang 🧓🏼

Hari ini terakhir buang-buang waktu!
Besok ikut eyang ke TPA

"Mampus lo, Sa." Cowok itu segera membuka pesan tersebut dan membalas pesan sang eyang secepat yang ia bisa.

TPA? TPU maksudnya?
Ngapain ke tempat pemakaman umum Eyang?

Angkasa merubah posisi duduknya demi menenangkan diri dan menghilangkan beragam pikiran yang mulai merasuki otaknya.

Taman pendidikan Al-Qur'an, Kasa.
Sodaranya TPQ.

Oh itu

Tau kamu?

Angkasa mengangguk. Ia tentu tahu nama lembaga yang menjadi tempat anak-anak kecil belajar dan mengaji bersama itu.

Eyang mau ngapain ke TPA? Mau buka lahan lagi?

Eyang mau serahin kamu ke sana biar bisa baca Al-Qur'an.

"WTF!" Angkasa mengumpat dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dijelaskan.

"Eyang pasti bercanda nih," alibinya lagi. "Yang bener aja gue disuruh belajar ngaji di TPA? Enggak! Gue nggak mau!"

Seolah sang Eyang ada di depannya dan mendengar semua ucapannya, Angkasa semakin dibuat terkejut dengan pesan yang baru saja masuk.

Kalau kamu tidak mau, Kesa Eyang jual sekalian sama Oyen

Mana bisa gitu eyang?

Bisa. Apa yang tidak bisa Eyang lakukan untuk masa depan kamu.

"Motor kesayangan gue, anak kucing gue, dalam bahaya!" Angkasa bergumam dengan tangan yang sudah menutupi seluruh wajahnya. Cowok itu terlihat sangat frustasi sekarang.

TPA atau Kesa Eyang sita?

Iya, iya
TPA walaupun terpaksa!

Angkasa berdecak kesal. Minatnya untuk memenangkan game hilang sudah setelah mendapat pesan dari eyangnya. Lantas, ia pun segera bangkit dari duduknya dan berlari ke halaman depan sekolah untuk menemui sang sopir yang sudah menunggunya untuk pulang.

"Dasar eyang nggak sayang cucu!" keluhnya berteriak frustrasi.

***

Halo, halo ~

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Halo, halo ~

Kuy, aku bawa cerita baru lagi nih 🤭 Sebenarnya, tes ombak aja. Hehe

Kalau banyak yang antusias sama ceritanya, aku bakal buatin jadwal buat up, setelah HASYRA 🦋

Soalnya, ini tuh cerita yang bener" mendadak banget ngebuatnya. Apalagi ini adaptasi dari versi AU-nya.

Semoga versi Wattpad ini nggak kalah seru ya dari versi AU 🎧

Btw, cerita ini diikutkan dalam event MMF bareng AndrocentaPublisher ✨ doakan semoga tamat yaa :))

Angkasa-Nasya Onde histórias criam vida. Descubra agora