CHAPTER 3:TRAUMA

15 6 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Esther Hathaway. Usia 5 tahun. Tinggi badan 105 cm. Berat badan 17 kg. Baik...Dia sedang ada di ruangan 34 bilik 3."

"Terimakasih....suster!" Serak Megan terbatuk-batuk dengan menyeka air yang membasahi area di pipinya.

"Tuhan...Anakku...Anakku tersayang... tercinta Ibuuu...Kau anak hebat,Nak."

Sejak 5 tahun ia telah divonis oleh Dokter mengalami sakit jantung koroner yang dimana pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung mengalami kerusakan. Penyakit ini adalah penyakit paling mematikan yang membuat mereka sudah tidak punya harapan untuk bertahan hidup.

Seorang anak yang dulu nya ceria kini berubah menjadi anak yang tidak banyak berbicara dan tidak aktif seperti dulukala. Dingin nan asing membuat orang disekitarnya bergidik ngeri melihat rupanya.

-----------------------------------------------------------

"ESTHEER...KAU TIDAK PAPA KAN!? Yaa ampun...gelasnya pecah...Biar Ibu bantu yah sayang...Hati hati dengan serpihannya...Kamu naik ke atas ranjang saja yaah!" Teriak Megan histeris namun cemas akan keadaan anaknya.

Ia menggendong tubuh buah hatinya yang kecil dan lemah tak berdaya itu ke atas kasur di depan jendela ruangannya yang dingin.

"Jika Esther butuh sesuatu bunyikan lonceng saja yah!?" Bisik Megan ke telinga Esther dengan nada yang lembut. Sambil menyeka helaian rambut Esther yang menjuntai ke dalam daun telinganya.

Putih,itulah warna kesukaan Esther Hathaway. Baginya putih itu adalah warna kemurnian dan kesucian kehidupan. Ia beranggapan bahwa kekosongan berasal dari kanvas putih,lalu diwarnai dengan segala peristiwa yang terjadi di kehidupan.
Sejak ia diperkenalkan dengan seni lukisan,ia sangat mencintai warna putih yang membuat kehidupan menjadi terisi.

"Ibuu...Ibuu..." Ia memperhatikan ibunya yang membersihkan serpihan kaca dari balik selimut putihnya sambil bergumam.

Suasana yang hanyut membuat Esther tertidur pulas di ranjang kayu tua itu diselimuti dengan kehangatan dari balik kain putih di sekujur tubuhnya.

Tiba-tiba suara retakan yang bercahaya menyilaukan dari awan hitam gelap di langit mulai memecah keheningan sesaat di ruangan itu.

"Hujan." Megan bergumam.

Ia segera meninggalkan ruangan bersama dengan Esther. Turun ke bawah dan langsung pergi keluar dengan kain mantel yang menutup dan menyelimuti sekujur tubuhnya.

-----------------------------------------------------------

"ESTHEEER....ESTHEEER,INI PAMAN BILL!!!ESTHEEER!??" Pria itu berteriak dengan nada suara yang tinggi memecah menjadi histeria.

OPPOSITE                         [War Is Love]Where stories live. Discover now