FDE-O11

462 47 124
                                    

🌶️Happy Reading🌶️

Deg

Sentuhan di bahunya menyadarkan Dion dari lamunan dan kembali memberikan senyum pada Zia.

Haa... ia sepertinya akan pasrah kali ini.

Krek

Tanpa disadari Dion, mereka sudah sampai ke depan sebuah gubuk yang terletak di tepi hutan dan jauh dari pemukiman warga.

"Dion, ini rumahmu?" tanya Zia penasaran. Ia sedikit bingung dengan letak rumah yang tak biasa ini, apakah mereka tidak takut dengan hewan buas jika tiba-tiba menyerang?

Dion yang mendengar itu merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan Zia yang terdengar seperti merendahkannya.

'Ck, andai saja kau bukan penyelamatku, sudah ku cekik leher kecil itu' kesal Dion di dalam batinnya.

Bocah itu sepertinya tidak menyadari jika matanya juga selaras dengan pikirannya, lihat saja mata kecilnya itu sudah mengeluarkan jurus bombastic side eyes.

Zia yang sadar akan keterdiaman Dion akhirnya menoleh menghadap laki-laki di sampingnya itu.

"Dion, kamu kenapa?" tanya Zia lagi sambil memegang bahu Dion karena anak di depannya itu hanya menatap Zia tanpa ingin melepaskannya.

"Ehhhh, maaf Zia" Dion sadar akan keterdiamannya dan merutuki diri sendiri setelah berpikir hal yang buruk pada sang penyelamat.

"Kamu kenapa?" tanya Zia sekali lagi untuk memastikan keadaan anak itu.

"Aku tidak apa-apa. Oh ya, silahkan masuk ke dalam Zia" kata Dion dengan malu-malu.

"Terima kasih Dion" ucap Zia dengan senyum yang terpampang di wajahnya.

Tetapi setelah menapakkan kakinya di lantai rumah Dion, Zia tak menyangka akan melihat pemandangan di depannya.

Jantung gadis itu terpompa cepat melihat seseorang yang terbaring lemas di atas sebuah tempat tidur yang tidak cocok untuk disebut sebagai tempat tidur, bahkan tempat tidur kumuhnya sepertinya masih lebih bagus dari ini.

"Astaga!" Zia sontak berteriak hingga membangunkan orang yang terbaring itu.

Orang itu dengan susah payah membuka kedua kelopak matanya, seperti ada sebuah beban seratus kilo di atas kelopak mata itu.

Dion yang juga melihat reaksi Zia itu kembali beprasangka buruk.

'Bagaimana ini? Zia sudah melihatnya. Apakah dia akan jijik atau langsung pergi dari sini? Padahal aku ingin Zia tinggal lebih lama disini. Ah, karena Zia sudah melihat itu, bagaimana jika aku menghilangkannya?'

Pergerakan seseorang mengalihkan pikiran buruk Dion. Zia, gadis itu mendekati tempat tidur di depannya lalu berlutut agar matanya dengan mata orang itu sejajar dan bisa saling menatap.

Gadis kecil itu sangat prihatin melihat seorang wanita yang berparas cantik, hanya saja kecantikannya itu tertutupi dengan bekas luka besar yang terlihat seperti bekas luka bakar di sebagian tubuhnya.

Adapula bekas luka yang terbuka dimana luka tersebut sudah dikelilingi oleh ulat ulat kecil berwarna putih.

"Selamat sore bu, perkenalkan nama saja Zia dan saya teman Dion" ujar Zia dengan senyum yang merekah.

"S..sore na..nak" jawab si ibu dengan terbata bata.

Kedua orang wanita berbeda usia itu terus melanjutkan obrolan mereka tanpa mengindahkan seorang anak laki-laki yang masih berada di daun pintu dengan ekspresi cengo yang menghiasi wajahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fin De Extra : Akhir Sang FiguranWhere stories live. Discover now