Anak perempuan itu seperti nya anak dari keluarga terpandang, melihat dari pakaian nya yang indah, wajah nya yang cantik, dan tubuh yang sehat.

Anak itu memiliki semua yang ingin dia miliki. Orang tua yang sangat perhatian, karena membujuk nya dengan lembut dan berjanji akan mengganti boneka nya yang hilang.

Tanpa sengaja mata mereka beradu pandang, Amira sangat terpanah melihat betapa indahnya bola mata gadis kecil itu. Mata nya bersinar dengan terang, secerah langit musim semi.

Andai dia juga memiliki kehidupan seperti gadis kecil itu, dia akan sangat bahagia.

Namun Amira tahu itu tidak mungkin.

Tidak ada yang instan di dunia ini.

Saat dia memasuki masa SMP, dia mendapatkan mimpi aneh.

Dia melihat dirinya yang dewasa di kelilingi oleh orang orang yang akan menyayangi dan mencintai nya dengan tulus.

Dia memiliki rumah besar yang indah, memiliki banyak pakaian yang cantik, sepatu dan tas yang dia tidak pernah bayangan kan bisa di miliki.

Mimpi itu selalu berubah ubah, bisa jadi saat dia kecil, lalu memasuki masa SMP dan terakhir dia merasa itu dirinya di masa depan.

Semua sangat mirip dengan cerita hidup nya sedari ia kecil, bahkan saat dia bertemu dengan gadis bermata indah itu.

Semua itu berlanjut hingga ia memasuki masa SMA nya.

Dari situ dia sadar, mimpi itu adalah jalan cerita hidup yang dia miliki sekarang. Dia akan bertemu dengan orang orang yang menyayangi dan mencintai nya saat ia masuk SMA.

Awalnya dia ragu hingga dia bertemu dengan Bara. Persis seperti mimpinya itu dia akan bertemu secara tidak sengaja dengan Bara saat pemuda itu terluka.

Saat itu dia percaya takdir nya berubah, takdir nya berada di tangan nya.

Dia juga melihat Gissel yang akan menjadi batu loncatan untuk nya, membuat nya akan semakin dekat dengan orang orang yang berada di sisi nya nanti.

Amira percaya jika ia mengikuti jalan yang ada di mimpi nya itu dia akan mendapatkan semua hal yang ingin dia miliki sejak kecil.

Dia merasa percaya diri karena semua berjalan dengan lancar. seperti keinginan nya.

Hingga,

Hingga dia bertemu dengan gadis bermata indah itu lagi.

Semua nya hancur, semua nya tidak berjalan dengan semestinya nya.

Dia percaya dari dulu, gadis itulah yang membuat takdir nya hancur.

Amira sangat membenci gadis itu.

Apapun dia lakukan untuk merebut semua milik nya.

Dia akan membuat gadis itu kehilangan orang orang yang dia sayangi dan cintai.

Tapi seperti nya dia terlalu meremehkan takdir mereka. Dia meremehkan gadis itu. Sampai menjadi bumerang bagi nya.

"Ini tidak bisa di biar kan, aku harus melakukan sesuatu." Ucap nya berhenti menatap kembali pada foto yang ada di cermin nya.

"Aku tidak akan berhenti di sini, tunggu saja pembalasan ku." Lanjut nya.

...

Gissel tersenyum tipis menatap foto diri nya dan juga Tecna yang mereka ambil saat di Mall.

Ada juga foto dengan teman teman nya Nadine dan Lily.

Bahkan foto dengan Bara dan yang lain nya.

Dia sangat senang, dia tidak pernah menyangka bisa ada di tahap ini sekarang. Walaupun dia masih tidak memiliki Waktu yang baik dengan keluarga nya yang lain.

Tapi Gissel merasa ini sudah cukup.

"Kamu sangat senang?" Ucap Tecna memasuki kamar Gissel.

Gissel berbalik, "tentu saja." Kata nya.

Sedetik kemudian dia cemberut, "meski ada Bara yang merusak momen kita." Lanjut nya kesal.

Tecna mendengus, "kamu kira aku ga tahu, kalau kamu masih mencintai nya?" Ucap Tecna sambil berbaring di tempat tidur Gissel.

Gissel membeku mendengar itu, "apa yang tidak kamu tahu tentang aku, Hah?" Balas nya.

Tecna mengangkat bahu acuh, "pakaian dalam mu mungkin." Jawab nya asal.

Gissel melebarkan mata nya, "sialan!" Umpat nya.

Tecna hanya terkekeh.

"Gissel." Panggil nya.

"Hmm." Balas nya. Dia masih sibuk memasang foto di bingkai.

"Menurut mu, apa yang terjadi jika aku tidak ada?" Tanya Tecna tiba tiba.

"Maksud mu?" Jawab Gissel bingung.

Tecna bangun dari tidur nya dan duduk.

"Jika aku tidak kembali ke sini, apakah menurut mu, kau akan terus mengejar Bara?" Jelas nya menatap Gissel.

Gissel terdiam mendengar itu, melihat Gissel tidak menjawab dia melanjutkan ucapan nya.

"Orang lain akan tetap menganggap mu sebagai orang ketiga dalam hubungan Bara dan Amira. Selain itu, nama mu akan semakin jelek di mata mereka."

"Tidak akan ada yang tahu kebenarannya kalau Amira adalah yang jahat di sini. Kamu akan terus masuk dalam permainan yang Amira buat, dan terjebak di sana." Kata nya menunggu tanggapan Gissel.

Apa yang di ucapkan Tecna benar. Mungkin saja dia akan tetap berjalan di jalan yang berkabut. Orang orang akan tetap menjauhi nya dan berkata dia adalah perusak hubungan.

Mereka akan mengira dia yang mengejar ngejar Bara, padahal sedari awal Bara itu milik nya.

Gissel menatap foto diri nya dan Bara, dia mengusap nya pelan.

"Mungkin saja," ucap nya pelan.

Dia meletakkan bingkai itu di atas meja, kemudian dia berbalik menghadap Tecna.

"Jika kamu ga datang saat itu, kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi." Kata nya terkekeh.

Tecna terdiam melihat itu, "tentu saja, karena kau di takdir kan mati." Gumam nya tidak jelas.

"Hah? Kau bilang apa tadi?" Tanya Gissel tidak mendengar apa yang di katakan Tecna barusan.

Tecna menggeleng, "aku hanya berkata, tak ada yang tau bagaimana takdir berjalan." Jawab Tecna.

Gissel hanya mengangguk percaya.

...

"Lo bisa gila kalau lihatin foto itu terus." Ucap Gavin sambil membawa sekaleng soda.

Bara hanya melirik sebagai tanggapan, namun dia menerima baik soda yang di beri oleh Gavin.

"Makasih." Kata nya.

Gavin mengangguk,

"Lo serius kan buat deketin Gissel?" Tanya Gavin serius.

Bara memegang erat foto dirinya dan Gissel yang di ambil kemarin.

"Lo ga usah khawatir tentang itu." Balas nya datar.

Gavin mendengus tidak suka melihat tingkah acuh Bara. Dia menghabiskan minuman nya dan membuang sampah nya di tong sampah.

"Gue harap lo ga main main sama Gissel," Ucap nya serius, "Lo tahu kan? Tecna ga akan ngebiarin lo buat nyakitin Gissel lagi." Lanjut nya.

Bara menatap dingin pada Gavin, "biar ini jadi urusan gue." Kata nya sambil meremas kaleng minuman nya.

Gavin hanya mendesah pasrah, "gue udan ngingetin." Ucap nya.

Bara hanya berdehem sebagai tanggapan.

...







Transmigrasi Ke Dalam Novel  Donde viven las historias. Descúbrelo ahora