chapter 7

23 4 25
                                    


"Tidak ada yang salah dengan cinta, yang salah itu kamu dalam melabuhkan nya."

*
*

Bulan menatap dingin rumah besar di depannya, dia menatap sekitar dengan pandangan dinginnya. Sikap yang tak pernah beramah tamah pada siapapun membuat Bulan selalu di anggap gadis jutek, galak dan somobong. Tapi, apa Bulan perduli, tentu saja tidak, dia tak pernah repot-repot membangun citra seorang gadis baik hati yang harus tunduk ketika berhadapan dengan orang lain.

Dengan langkah tegas nya dia masuk kedalam rumah besar itu, dan menatap kakak tirinya yang tengah sibuk bercanda dengan beberapa teman sebaya nya. Bulan berjalan dan berdiri tepat di depan sang kakak dengan wajah menantang.

"Kunci rumah." Singkat, dengan aura dingin yang mulai menguar dari tubuhnya.

"Kunci apa? Lo dateng-dateng langsung minta kunci,"

"Lo mau kasih kunci rumah ke gue atau gue bikin putus urat nadi lo, jangan kira gue nggak tahu kalau lo bawa kunci rumah gue."

"Gue nggak bawa kunci rumah lo,"

Bulan terkekeh dan lebih mendekat kearah Rian, dia mulai menatap dengan sorot dingin nya dan melihat satu botol minuman yang berada diatas meja, seperti tahu dengan apa yang akan dilakukan oleh adik tirinya, Rian dengan segera berdiri dan bergerak menjauh dari sisi Bulan.

"Kunci atau gue bikin mati."

Selalu hal itu yang Bulan katakan ketika bertemu dengan kedua iblis yang menganggu hidupnya, mati adalah kata yang ingin Bulan lakukan pada kedua orang yang sudah merenggut hal berharga dari dalam hidup kakak nya.

"Ok, gue ambil dulu." Rian mulai bergerak menaiki tangga dan akan membawa kunci rumah Bulan.

Bulan menatap rumah lamanya dengan perasaan hampa, disini adalah tempat dimana kejadian na'as itu terjadi, dan setelah nya mereka di asingkan kerumah mendiang kedua orang tuanya yang dulu, lelaki memang sebajingan itu. Bulan benar-benar muak terlalu lama ditempat ini.

"Duduk dulu, seengaknya temenin kita ngobrol-ngobrol." celetuk salah satu lelaki dengan pakaian berwarna cerah nya.

Bulan hanya melirik sinis dan mengutuk Rian yang terlalu lama, padahal hanya mengambil kunci.

"Jangan sombong jadi cewek nanti nggak laku."

"So jual mahal, berapa sih harga lo. Paling juga nggak sampe satu juta, so so'an nggak jawab omongan gue."

Baiklah, kesabaran Bulan sudah habis, dia bukan ibu peri yang tersenyum ramah walaupun ada yang menginjak nya.

"Bacot, lo cowok bukan sih, perbaiki dulu baju lo sebelum ngegoda cewek, sakit mata gue lihat nya." cemooh Bulan sambil tersenyum sinis.

Si lelaki yang bisa melongo ketika di kritik masalah berpakaian, apa yang salah dengan pakaian nya sedangkan teman-teman yang lainnya hanya bisa menahan tawa saja. Teman yang satu nya ini memang terkenal dengan pakaian yang begitu ngejreng dengan warna baju yang membuat sakit mata, maka tak aneh jika Bulan berkata seperti itu.

Tak lama Rian turun dari lantas atas dan menyerahkan kunci rumah pada Bulan. "Nih, kunci rumah butut lo."

Bulan mengambil dengan wajah dingin nya dan berlalu dari sana, tak lupa dia juga menendang tulang kering Rian membuat lelaki berusia dua puluh tahun itu mengaduh kesakitan. "Sialan lo."

DALAM DIAM [ON GOING]Where stories live. Discover now