chapter 1

70 20 32
                                    

"Bahagia tak selamanya tentang cinta, tapi sayang nya kebahagiaan diawali banyak orang dengan kata cinta."

~L.N~


Bruk....

"Ck, kata gue juga apa, bandel sih dibilangin," omel seorang lelaki remaja yang sudah rapih dengan seragam SMA yang membungkus tubuh tingginya.

Dia berjongkok didepan anak kecil berusia sepuluh tahun, yang meringis kecil dan memegang lutut nya.

"Sini, gue bantu," tawar remaja itu sambil berjongkok. Dia mengendong tubuh kecil itu dan men dudukan nya di atas sofa.

"Kalau masih kaku tuh jangan di paksain jalan, nanti lo ke jedot terus luka, siapa yang repot? Gue juga kan sama Bunda." Dia terus mengomel di depan anak kecil itu sedangkan sang anak tak membuka sedikitpun suara nya, mata bulat nya hanya mengerjap pelan dan terus menatap lelaki di depannya.

Plak....

"Aduh, sakit Bun!"

"Kamu ini, adek nya kesakitan malah ngomel terus, dia lagi usaha buat jalan, biarin aja. Anak cowok itu harus kuat, kalau jatuh bangun lagi, mencoba sampai bisa," ucap Riani, sambil tersenyum hangat dan mengelus pelan kepala anak kecil itu.

"Anak orang di elus-elus, anak sendiri malah di pukul, sakit hati aku, sakitttt!" Pekik nya dramatis sambil memegang dada nya, begitu mendramatisir keadaan, dia menekuk lutut nya di lantai dengan mata yang berkaca-kaca.

Riani yang melihat itu hanya bisa menatap datar, dia merasa salah sudah melahirkan anak lelaki yang aneh seperti Langit.

"Kamu mau sekolah atau main drama, Langit Naranja?"

"Eh," dia tersadar dan melirik jam yang nangkring di dinding rumah nya. "Buset telat, gara-gara nolongin Nabastala nih." Dia mulai menyalahkan adiknya yang masih mengerjap polos.

Langit mulai tergesa memakai sepatunya dan mengambil tas hitam nya, dia tak lupa berpamitan pada Bunda nya dan melesat dengan sepeda hitam miliknya.

"Langit berangkat, jagain Bunda gue, Cil!" Teriak nya dari arah gerbang rumah.

Riani menggelengkan kepala nya, dia menatap Nabastala sebentar lantas mengambil sarapan untuk anak kecil itu. Satu tahun yang lalu, Langit membawa Nabastala dalam keadaan yang cukup memperihatinkan, Langit yang panik bukannya membawa bocah kecil itu kerumah sakit tapi malah kerumah nya.

Nabastala di rawat di rumah sakit yang tak jauh dari rumah Langit, dan beberapa hari setelahnya anak lelaki tampan itu membuka mata, tak ada suara yang keluar dari mulutnya, kata dokter, Nabastala cukup trauma dengan keadaan sebelumnya maka dari itu dia tak membuka suara atau apapun itu.

Mengenai ayah dari bocah itu, polisi berhasil mendapatkan identitas nya dan berakhir di makam kan dengan layak, Langit memutuskan tak memberitahu polisi, karena pesan terakhir dari Ayah si bocah yang menyuruh Langit untuk menjaga, bocah kecil yang Langit beri nama Nabastala.

Nabastala terus menatap dalam wanita dewasa di depannya, tangannya terulur mengelus pelan pipi Riani, Riani yang terkejut menatap Naba dengan pandangan tak percaya.

Nabastala seperti patung hidup selama satu tahun ini, tak ada pergerakan atau percakapan dari mulutnya, kata Dokter, Naba bisa berbicara hanya saja dia terlalu takut membuka suara nya, entah apa yang anak kecil ini takut kan di dunia yang begitu besar ini.

"Naba mau apa, Nak?" tanya Riani, sambil menggenggam tangan kecil Naba yang menyentuh pipi nya.

Naba menggelengkan kepala nya, mulut nya bergerak dan tersenyum samar. Riani yang melihat perubahan pada diri Naba segera memeluk dengan hangat tubuh kecil itu.

"Terus berusaha yah sayang, keluar dari ketakutan yang selama ini bersembunyi di balik tubuh kecil kamu, sekarang Naba tak sendiri, ada Bunda sama Bang Langit, kita berdua akan terus jagain Naba."

*

Jangan lupa Vote dan Coment nya yah.....

Terima kasih sebelumnya

DALAM DIAM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang