Bab: dua 🥀

171 96 57
                                    

Hei hei
Apa kabar hari ini?

Happy Reading

"Lo mau ke kantin, gak?" tanya Azreya melihat Shaka yang masih beberes buku-bukunya. Bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu, guru pun sudah keluar menyisakan anak-anak kelas yang hendak ke kantin.

Shaka menggeleng, tatapannya masih ke buku yang mau dimasukan ke tas sekolahnya. "Gue enggak ke kantin, mau ke perpustakaan aja."

"Ngapain ke perpustakaan?"

"Gue mau ngerjain tugas, kebetulan katanya di perpustakaan ada beberapa buku yang lengkap," jawab Shaka menatap Azreya. "Mau ikut?"

Azreya menggeleng. "Enggak. Gue mau ke kantin, lo mau nitip?"

"Enggak."

Azreya mengangguk dan langsung ke kantin bersama salah satu teman perempuannya. Shaka menatap punggung sempit milik Azreya hingga perempuan itu hilang di balik pintu kelas. Shaka pun bangkit sembari membawa buku tugasnya, tak lupa juga membawa pulpen.

Di lorong kelas XI, langkahnya terhenti tatkala ia melihat tiga remaja yang menatapnya remeh. Shaka was-was karena mereka juga sering mengerjainya.

"Eh, ada bocah tuli. Mau kemana? Rajin bener dah bawa buku segala," ucap salah satu yang sedang memakan permen. Riko namanya, anak IPS yang juga suka membully Shaka. Tapi tidak sesering Elvino.

"Minjem bentar dong." Riko maju hendak merebut bukunya. Namun, Shaka menyembunyikan di belakang punggungnya. Bahaya jika bukunya di rebut oleh mereka.

Kedua temannya terkekeh, lantas merebut buku tugasnya dari belakang punggung Shaka. Mata Shaka membola, hendak merebut bukunya kembali, namun, dilempar ke arah temannya yang satu lagi. Ketiganya tertawa tatkala Shaka yang kesulitan mengambil buku tugasnya. Buku itu di lempar-lempar; jika Shaka mendekat ke arah Riko, Riko akan melemparkannya ke —Wira dan Seno— kedua teman Riko. Begitupun sebaliknya.

"Cemen! Nih, ambil, nih," ucap Seno sembari tertawa, melemparkan buku milik Shaka ke arah Wira.

Shaka mendelik tak suka menatap Seno. "Balikin bukunya."

Bukannya dibalikin, Seno malah melemparnya ke arah Wira. Dan saat Shaka menghampiri Wira, bukunya malah di lempar ke bawah dan jatuh ke tanah. Shaka melihatnya melotot, menatap tajam mereka bertiga.

"Yah, gue sengaja." Wira tertawa mengejek. "Lagian, main sama lo asik."

"Asik apa?"

"Asik ngerjainnya," jawab Seno diakhiri dengan suara gelak tawa dari mereka. Tepatnya tawa mengejek. Setelah puas apa yang mereka lakukan, ketiganya pun pergi meninggalkan Shaka yang masih terdiam.

Kejadian tersebut tak luput dari penglihatan beberapa anak Siswa-siswi yang berada di lorong itu. Banyak yang membisikkan hal-hal negatif, ada pula yang kasihan dan merasa iba terhadap Shaka. Ingin membantu, tapi mereka takut jika ikut di bully. Jadi mereka hanya bisa berdiam diri dan melihat apa yang terjadi.

Kedua telapak tangan Shaka mengepal, hatinya berusaha agar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak ia inginkan. Ia masih ingat pesan Bibinya.

"Kalau Aden lagi marah, coba pejamkan matanya sambil menghela napas, terus berdoa sama tuhan, hilangkan lah rasa marah ini, ya tuhan. Pasti marahnya akan hilang. Cobalah! Pasti Aden bisa."

Lantas Shaka memejamkan matanya sembari menghela napas panjang. Kedua tungkainya berjalan untuk mengambil buku tugasnya yang tergeletak di bawah.

"Shaka, mau kemana?" tanya Azreya yang berpapasan dengan Shaka di tangga. Terlihat lelaki itu sepertinya buru-buru turun ke lantai bawah, bahkan Azreya bertanya pun tak di jawab oleh Shaka.

Tuna Rungu || Choi BeomgyuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin