Bab: satu 🥀

209 115 117
                                    

Nemu cerita ini dari siapa?
Dari temen? Atau Searching?

Oh ya, terima kasih buat kalian yang nyempetin baca karya aku. Aku harap kalian suka!

Pencet bintang di pojok kiri ya!
Maksa aku tuh. Canda.

VOTE, KOMEN, SHARE!

Komen banyak-banyak ya sengku ><
Biar cepet updatenya. Ehehehe

Siap?

Go!

Happy Reading

Dengan langkah panjang, dia berjalan menyusuri jalanan yang ramai. Senyum mengembang di wajahnya saat melihat beberapa orang berlalu lalang dengan tatapan lembut. Tangannya mendorong sepeda yang kondisinya jauh dari sempurna, dengan ban yang bocor dan rantai yang putus, bahkan jok sepedanya telah hilang entah ke mana.

Tadi, begitu pulang sekolah, dia terkejut melihat kondisi sepedanya yang rusak di area parkiran sekolah. Si pelaku hanya menatapnya seolah tidak peduli sambil menendang sepeda itu ke arahnya. Bukan hanya beberapa orang yang menyaksikan, tetapi hampir semua murid di sekolahnya menyaksikan insiden tersebut. Karena bertepatan dengan waktu pulang sekolah.

Tentu saja, jika ditanya apakah dia marah, pastilah dia marah. Tapi apa dayanya, ia hanya bisa tersenyum kecil melihat sepedanya yang rusak, tanpa aksi pembalasan lebih lanjut. Jika dia membalas, pasti saja pelakunya akan menantang balik. Maka, lebih baik Shaka langsung pergi sambil membawa sepedanya yang rusak.

Sekarang, Shaka berada di bengkel langganannya - tempat dia biasanya membawa sepeda jika rusak. Dia menatap dengan penuh perhatian bagaimana mekanik di depannya dengan cepat dan cekatan memperbaiki ban sepedanya.

"Apa kamu gak berniat buat beli sepeda baru?" tanya montir yang menatap Shaka. Shaka yang menatap balik pun menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"Itu juga masih bagus, Bang." Hanya itu yang keluar dari mulut Shaka.

Jamal —Montir bengkel— mengangguk sambil menatap sepeda milik Shaka. "Kayaknya bakal jadi dua harian ke depan deh, ini perlu diganti lainnya juga."

"Gak bisa sekarang ya, Bang?" tanya Shaka terdengar pelan. Matanya masih menatap sepeda yang benar-benar rusak.

"Enggak, Ka. Ini udah rusak parah soalnya."

Shaka menghela napas panjang dan mengangguk. Dia kemudian bangkit dan mengucapkan pamit untuk pulang, mengingat waktu sudah menunjukkan sore hari. Jamal membalas anggukan dan kembali fokus pada sepeda milik Shaka.

•••🥀•••


"Baru pulang?"

Begitu Shaka baru saja menutup gerbang rumah, tiba-tiba sebuah suara wanita terdengar, seakan-akan tanpa minat. Dia langsung berbalik dan melihat ibunya yang sedang berdiri di teras rumah dengan kedua belah tangan bersilang di dada.

"Gak sekalian keluyuran aja?"

Sang Mama terus menanya tanpa menatap Shaka yang tengah kebingungan hendak menjawab apa. Shaka hendak menyalimi tangan Mama nya malah di tepis dan menyiram wajah Shaka dengan selang air yang ada di dekat pilar rumah. Shaka yang diperlakukan seperti itupun kaget dan berusaha menghindar dari air.

"Gak tau diri. Dari mana aja kamu, huh!!  Jam segini baru pulang, gak liat apa rumah berantakan?!" terka Mama menatap tajam Shaka. Tangannya terus menyirami Shaka dengan selang air.

Tuna Rungu || Choi BeomgyuWhere stories live. Discover now