Forty three

723 198 24
                                    

"Put...." tegur Reinald lagi saat Putri masih saja terdiam.

"Boleh... minum dulu? Sebelum aku jelasin?" tanya Putri pelan.

Reinald mengangguk, mengikuti Putri berjalan menuju dapur dan menanti dengan was-was sampai Putri datang membawakan dua cangkir cokelat hangat.

Putri menyesap coklatnya perlahan, menaruhnya di meja lalu meraih pigura yang dari tadi dipegang Reinald.

"Kamu lihat bulatan kecil ini?" tanya Putri menunjuk hasil USG-nya.

Dalam diam, Reinald mengangguk.

Putri mengusap foto itu penuh kasih. "Usianya baru 7 minggu dan ternyata memang bertahan sampai 7 minggu saja." Dia menoleh ke arah Reinald dengan mata yang berkaca-kaca. "I'm so sorry, Rei...."

"How???" ucap Reinald dengan suara tercekat. "I mean, what happened, Put?"

Putri menaruh piguranya di atas meja, meraih cangkir cokelatnya. "Aku sadar kalau aku hamil seminggu setelah kamu berangkat.  Aku telat, trus aku nunggu sampai 5 hari sebelum aku beli test pack dan nge-test." Putri menyesap isi cangkirnya sampai tandas lalu menaruh gelas kosongnya di atas meja.

"Kamu gak langsung bilang ke aku, Put...." tuding Reinald.

"Maaf ya, Sayang... saat aku lihat ada dua garis samar di 3 test pack yang kucoba, aku udah keburu syok. Yang kutelepon pertama kali malah Puspa. Dia bilang, lebih baik tunggu aku ke dokter buat make sure dan baru setelahnya aku kasih tau kamu.

Jadi ya... aku tunggu seminggu lagi sambil setiap hari aku test ulang. Hasilnya selalu garis dua tapi gak nyata banget gitu loh.... Trus aku bilang ke Raka."

"Why Raka? Kenapa bukan aku?" protes Reinald lagi.

"Ya karena hasilnya samar. Aku masih belum terlalu yakin dan gak mau bikin kamu panik padahal kamu lagi repot di sana...."

"Ya tapi, kan, Put...."

"Rei! Aku terusin dulu ya ceritanya... please jangan diprotes dulu. Sulit loh aku buat ceritain hal ini terutama ke kamu...." potong Putri.

"Oke... maaf...." gumam Reinald yang sekarang meraih cangkir susunya dan meminumnya perlahan.

"Akhirnya aku periksa ke obgyn... ditemenin Raka yang kayaknya dituduh sama dokter kalau dia itu bapaknya. Dikasih tau kalau aku hamil 7 minggu... tapiii... you see this?" Putri menunjuk gambar USG-nya. Di sebelah bulatan tampak ada gambar lain.

"What was that?" tanya Reinald pelan.

"Pendarahan...." jawab Putri singkat. "Aku dikasih penguat janin, vitamin, dan lain sebagainya... dan aku jaga diri banget sepulang dari dokter, Rei... Rutin minum obat, minum vitamin, gak minum kafein... but a week later... well... its gone."

Tangan Reinald terulur mengusap pelan wajah Putri. "How can you survive that alone, Put?" tanyanya dengan tatapan sedih.

"Actually, I can't... aku sedih banget. I know I always said kalau aku gak mau punya anak. Tapi ya pas dia hadir, aku langsung jatuh cinta aja. Like I would do anything for him.. or her.... Well, sadly we never know juga."

Putri meraih tangan Reinald, menggenggamnya erat. "Tapi tau gak yang bikin aku makin down itu apa?"

Tatapan Reinald seakan bertanya, lalu Putri melanjutkan. "Karena aku tau kamu akan seseneng apa kalau aku kabarin soal anak kita... errr... mungkin syok di awal, tapi kurasa kamu akan jauh lebih senang lagi dibanding aku."

Mata Reinald berkaca-kaca, mengecup punggung tangan Putri. "I'll be over the moon, Put... for several reasons tentunya. We can get married... aku punya alasan solid untuk ajak kamu ikut aku... and I finnaly having a beautiful baby with you... gezzz... I do sound selfish right now!" sesal Reinald.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang