Eleven

630 199 18
                                    

Reinald
Put, mau lunch bareng gak?

Putri
Skip dulu ya... aku tumbang, nih. Gak kuat masuk.

Reinald
Loh, kenapa?

Putri
Day one. Nyeri banget sampe susah bangun. Aku ambil cuti haid jadinya... ngeri pingsan kalau dipaksain.

Reinald
Udah makan??

Putri
Mau bangun aja susah, boro-boro kepikiran makan, Rei! Rain check, okay?

Reinald
Okay. Get well soon, Put.

Putri masih berguling-guling tak nyaman dilengkapi dengan gel pack hangat di bagian bawah perutnya. Kepalanya terasa pusing, mulutnya terasa pahit, dan keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhnya.

Kucingnya si Oyen hanya bergoler nyaman di ujung kasur tampak tak peduli sama sekali dengan pemiliknya.

Mendadak saja Putri merasa mual. Dia berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah hebat di sana sampai tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan. Saat sedang berkumur untuk menghilangkan rasa pahit yang tertinggal, samar-samar Putri mendengar pintu kamarnya diketuk.

Memaksakan diri, Putri menyeret tubuh sakitnya untuk cepat-cepat membuka pintu. Ternyata Reinald yang berdiri di depannya membawakan entah apa di tangannya.

Putri memberi kode agar dia masuk saja sementara dia kembali berlari ke kamar mandi untuk melanjutkan muntah-muntah sesi 2.

Saat Putri selesai, dia melihat Reinald sudah menyiapkan semangkuk bubur ayam pitan dan menyeduh teh hangat sendiri.

Reinald memerhatikan jam tangannya sejenak, sudah jam 1 lewat 15 menit.
"Kamu makan ya... nanti aku dateng lagi. Kasih tau aja kamu mau dibawain apa." Lalu dia menepuk-nepuk kepala Putri sejenak kemudian bergegas pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi bahkan hanya melambaikan tangan saja saat Putri meneriakkan terima kasih.

Benar saja, sekitar jam 7 malam Reinald datang lagi. Kali ini membawa dua porsi nasi hainan untuk dimakan bersama.

"Aku laper. Makan bareng ya...." ucap Reinald sambil menunjukkan makanan di tangannya saat Putri baru saja membuka pintu.

Putri membiarkan Reinald masuk sambil memberi penahan di pintu kamarnya agar tidak sepenuhnya tertutup.

"Tiduran aja lagi... kamu masih pucet gitu!" cegah Reinald saat Putri hendak membantu dia menyiapkan makanan.

Reinald memang tau dimana Putri menyimpan barang-barangnya karena empat bulan lalu dia yang membantu Putri pindah ke kosan campur yang mau menerima kucing sebagai peliharaan karena kosan sebelumnya melarang keras hewan masuk ke dalam.

"Kamu tuh haid atau tipes sih sebetulnya? Sampe separah ini...." tanya Reinald keheranan sambil meletakkan tangannya di dahi Putri. "Demam loh, ini... ada termometer gak?"

Bibir Putri mencebik manja. "Rusak. Belum beli lagi. Anget-anget aja, kok ini... bukan yang panas banget!"

"Gak minum vitamin penambah darah ya?" selidik Reinald sambil memasang wajah galak.

"Lupa... cuma minum kemarin padahal harusnya seminggu sebelum haid. Minggu kemarin tuh hectic banget aku sampe lembur terus. Kayaknya akumulasi juga jadinya pas day one malah pingsan! Padahal biasanya ngilu-ngilu senggol bacok doang."

Reinald berdecak kesal. "Jaga diri baik-baik, sih, Put... udah tau tinggal sendiri!"

Cemberut Putri menyahut. "Yang mau sakit juga siapa, sih?" gerutunya.

Reinald memutar bola matanya. "Makan! Udah bisa makan kan? Sedikit aja gapapa yang penting makan. Jangan suka bikin aku cemas!"

"Ya ngapain juga pake acara cemas segala?" balas Putri sambil menyendok sedikit nasi ke mulutnya.

"Hhhhhh.... Pake nanya kenapa lagi...." gerutu Reinald.

"Ya emang gak tau! Gak salah dong aku!" Putri ngeyel. Level keras kepala dan menyebalkan dia saat ini sedang berada di batas langit.

Reinald berdecak kesal. "Ya masa masih harus aku jelasin lagi? Udah gede loh, kamu tuh...." serunya sambil mencubit pipi Putri gemas walau Putri dapat menyadari kalau pipi Reinald memerah entah karena apa.

"Ih apa, sih?" Putri balas mencubit lengan Reinald.

"Makan ajalah kamu! Nih tehnya... ati-ati masih panas!" seru Reinald yang sekarang memilih untuk fokus dengan makanannya.

Putri menyesap tehnya pelan-pelan setelah makan beberapa suap saja sambil berhati-hati mencuri pandang ke arah Reinald yang ternyata beneran kelaparan karena dia menghabiskan makannya hanya dalam waktu singkat.

"Gak dimakan lagi?" tegur Reinald saat melihat Putri masih menyisakan makanan lebih dari separuh.

Putri menggeleng. "Cuma sanggup makan segitu. Nanti kusimpen aja buat sarapan."

Reinald agak cemberut, namun dia bergerak membereskan bekas makan dan menyimpannya dengan rapi. Masih melarang Putri untuk membantunya.

Reinald duduk berdampingan menunggu Putri menghabiskan minumnya sambil sesekali mengelus-elus si Oyen yang sedang bermanja-manja di kakinya.

Putri menyesap teh hangatnya sekali lagi. Sebelum bergumam pelan memanggil nama Reinald.

"Rei...."

Reinald menoleh dan melihat Putri tersenyum amat manis ke arahnya.

Putri meraih tangan Reinald, menggenggamnya erat lalu tiba-tiba saja mengecup pipinya. "Thank you...." bisik Putri di telinganya.

Wajah Reinald memerah seketika. Dia tertawa tanpa suara, merangkul Putri erat dan mencium puncak kepalanya.

———————————

"Kamu udah pulang?" tanya Reinald saat Putri menghubunginya.

"Lagi di jalan. Aku masih di taksi."

"Gimana hari ini? Kamu ketemu jawaban yang kamu cari?"

Putri menghembuskan napas panjang. "Ya aku dapet maafnya, sih, beb... setidaknya dia minta maaf dengan benar tadi."

"Udah lega? tanya Reinald lagi.

Putri menggeleng walau dia tau lawan bicaranya tidak bisa melihat. "Gak sesuai sama harapan aku. Gak bikin lega sama sekali malah. Kupikir ini bisa jadi closure, turns out....hhhhhhhhhhhhh" Putri menghela napas resah.

"Dia bilang apa, Beb?"

"Banyak hal... aku sulit jelasin kalau di telpon. Tunggu ketemu aja gimana? Miss you, tho...."

"Puputtt...."

"Intinya aja ya...." ucap Putri dengan berat hari.

"Iyaaaa...."

"He wants to propose...." jawab Putri cepat sambil menutup mata menunggu reaksi dari Reinald.

Lama hanya terdengar deru napas pelan dari seberang sana.

"Beb...." panggil Putri mencoba meyakinkan diri kalau Reinald masih belum menutup panggilan.

Didengarnya Reinald menghembuskan napas keras. "Ass hole!!" makinya.

"He's a real pain in the ass! Dan sialnya... dia bisa menawarkan hal yang saat ini gak bisa aku tawarkan ke kamu, Put...."

—————————

Luv,
NengUtie

Second ChanceKde žijí příběhy. Začni objevovat