Twelve

661 202 35
                                    

Entah ada angin apa Rizki mendadak saja mengumpulkan teman-teman les mereka dalam rangka reuni dadakan. Reinald yang ditanya pendapatnya soal venue mengusulkan untuk berkumpul di kafe milik Raka saja yang berada di pusat kota dan gampang untuk diakses oleh teman-teman mereka.

Rizki berhasil mengumpulkan 7 orang teman dan dia juga mengatakan kalau akan ada lagi yang datang menyusul seperti Putri yang baru bisa datang setengah jam setelah acara dimulai karena dia masih harus lembur.

Putri menyapa singkat Reinald yang duduk diapit Rizki dan Yoga lalu asyik bercengkrama dengan yang lain sambil menikmati hidangan yang tersedia.

Ketika sebentar lagi akan masuk ke sesi live music dan anggota band masih memulai check sound, tiba-tiba saja Fahri memanggil-manggil. "Halo... Halo... itu mas-mas kacamata pake jaket bomber army! Gak usah sok kecakepan! Sini kerja!! Buruan!!"

Reinald tertawa lalu mengacungkan jari tengah ke arah Fahri and the gank. "Bangsatt!!!"

"Putri... Put... pacarnya suruh ke sini, Put... gitarnya nganggur, nih!" lanjut Fahri lagi yang membuat meja mereka terjadi kehebohan.

Putri sampai membenamkan wajah di antara telapak tangan demi menyembunyikan wajahnya yang memerah di tengah serbuan tak percaya teman-teman mereka kalau sekarang Reinald dan Putri berpacaran.

Putri bukan orang yang sosial medianya aktif dan gemar memposting foto. Dari dulu dia memastikan kehidupan pribadinya tetap privat dan Reinald juga seperti itu. Mereka tidak pernah mengumumkan status walau sekarang mereka sudah berpacaran nyaris satu tahun lamanya.

"Loe berdua kenapa duduk jauh-jauhan gini kalau beneran pacaran, sih??" tuntut Mega tak percaya.

"Ya orang gak kebagian tempat!!" balas Putri yang masih tertawa salah tingkah.

"Ki, tuker tempat!!" seru Mega ke arah Rizki yang bergegas bangkit untuk bertukar tempat dengan Putri.

"Ih apaan, sih! Norak tau gak!" gerutu Putri walau akhirnya dia pindah juga ke sebelah Reinald.

"Beb, mau coba gak?" bisik Reinald menawarkan pisang goreng karena tadi dia lihat di sisi meja Putri tidak tersisa lagi pisang gorengnya.

Putri menggeleng sambil meringis lucu. "Kenyang banget aku," jawabnya balas berbisik. Tak menyadari kalau yang lain memasang mata ke arah mereka berdua.

"Putri sama Rei tuh vibes-nya kayak pasangan King and Queen Prom ya...." ucap Lia.

"Eh iya bener banget... ini anaknya kaga bakal ada yang jelek pasti!" sambar Mega.

"Kalo ada yang jelek dipastikan ada yang salah! Coba pastiin ke Putri, bener anak Rei apa bukan?!" tambah Rizki.

Putri melempar tisu makan bekas ke arah Rizki. "Gak gitu ya, Bangsatttt!!!!" makinya ditambah dengan Reinald yang ikut melemparkan es batu ke arah Rizki.

Puas saling meledek, Reinald bangkit setelah mengusap-usap punggung Putri pelan dan memberi kecupan singkat di kepalanya sebelum bergabung dengan anggota band-nya.

Sebelum mulai bernyanyi, Fahri berkata. "Oke... lagu pertama, ini lagu request dari gitaris kami. Buat si kriwil kesayangannya katanya...." goda Fahri sambil mengedipkan mata ke arah Putri disambut dengan sorakan riuh rendah dari yang lain.

I'm desperate for changing
Starving for truth
I'm closer to where I started
I'm chasing after you
I'm falling even more in love with you
Letting go of all I've held onto
I'm standing here until you make me move
I'm hanging by a moment here with you
......
Lifehouse - Hanging by a moment

Eza yang tadinya sudah akan masuk ke dalam kafe, memutuskan membatalkannya saat dia melihat mata Putri hanya tertuju pada Reinald.

Sebelumnya dia sangat menantikan pertemuan kembali dengan Putri setelah dia mempertaruhkan segalanya di pertemuan terakhir dengan mamanya dua hari lalu.

Dia menutup pintu perlahan, berbalik, dan bergegas untuk kembali pulang.

————————————

Reinald membuka pintu perlahan sambil mengucapkan salam. Berjalan dengan agak berjingkat untuk meminimalisir suara.

"Rei... udah pulang?" tegur Ibunya yang bergegas menghampiri.

"Maaf ganggu ya, Bu? Ibu kenapa bangun? Udah jam sebelas loh, ini," sapa Reinald setelah mencium tangan ibunya.

"Bapak haus minta minum. Ibu kasih sedikit aja malah marah-marah. Mau minum banyak padahal kan gak boleh. Sekarang bapak baru tidur lagi."

Reinald menatap prihatin, mengusap-usap punggung ibunya. "Sabar ya, bu... namanya juga lagi sakit. Nanti gantian aku yang jaga bapak abis aku ganti baju. Ibu tidur aja ya... tidur di kamarku aja biar gak keganggu."

"Kamu istirahat aja, Rei. Capek kan... udah makan belum?" Ibunya malah balik bertanya.

"Udah tadi di bandara."

"Besok masuk?"

Rei mengangguk. "Tapi boleh dateng jam 10 kok. Obat bapak masih ada, bu? Mau tebus lagi gak?"

"Adaaa... Mas Raya kirim uang ke Ibu kemarin. Ibu pake buat tebus obat bapak."

"Kalau dikirimin sama Mas Raya, ibu pake aja buat beli baju, sih... obat biar dari aku aja. Udah aku siapin budget-nya, kok."

"Halah, baju ibu masih banyak!" elaknya sambil mengekori Reinald yang menyeret koper ke kamarnya dan mulai merapikan isinya.

"Putri sabtu dateng... bawa popok 2 ball buat bapak. Dia bilang jangan kasih tau kamu, nanti kamu marah. Ya ibu mana bisa gak bilang ke kamu..."

Reinald menghela napas dalam. Artinya Putri datang sehari sebelum bertemu dengan Eza. Bukan Reinald tidak bersyukur dengan perhatian Putri ke keluarganya, dia hanya merasa sungkan dengan bantuan yang kadang Putri berikan tanpa pernah dia minta.

"Lama dia di rumah. Bantu Rena packing barang dagangan, ngobrol lama sama bapak sambil nemenin bapak berjemur walau yah.. kamu tau sendiri. Suara bapak jadi kurang jelas sejak dia kena stroke. Nemenin ibu masak juga walau kayaknya Putri gak begitu pinter masak ya, Rei... potong wortelnya bisa gak beraturan gitu...."

Reinald tertawa. "Dia jago bebenah, bu.. gak jago masak," bela Reinald.

"Gapapa... masih bisa belajar." Ibunya memaklumi.

"Kamu gak mau ngelamar Putri, Rei?" tanya ibunya tiba-tiba.

Reinald tersenyum tipis. "Tabunganku belum cukup, bu... kasian nanti Putri. Lagipula kalau aku nikah, nanti yang jaga ibu, bapak, sama Rena di sini siapa?"

Ibunya Reinald menghela napas dalam. "Maafin ibu sama bapak yang udah bikin kamu repot ya, Rei... adikmu juga. Udah ibu bilang jangan nikah buru-buru, kerja dulu... pacaran lama gak menjamin ke depan akan baik-baik aja. Seenggaknya dia harus kerja biar ada penghasilan sendiri kalau ada apa-apa. Nahhh bener aja, kan!!! Jadinya malah ngerepotin kita semua sekarang."

"Sssttttt, Bu... jangan begitu. Kasian Rena... lagi hamil gede kalau denger ibu ngeluh nanti dia makin stres. Aku gapapa, kok. Yang penting ibu sama Rena sehat. Keponakan aku lahir sehat. Bapak juga semoga makin berproges kesehatannya. Mikir positif aja ya, bu, biar ibu gak sakit. Seenggaknya sekarang ada Rena yang nemenin ibu jaga bapak. Jadi aku kalau kerja gak begitu kepikiran. Udah ya, bu... sabar-sabar ya...." bujuk Reinald sambil memeluk ibunya.

"Untung pacar kamu baik ya, Rei... seenggaknya masih ada yang nemenin kamu sekarang."

Reinald hanya bisa membalas dengan senyum. Memikirkan berapa lama sekira Putri akan bertahan untuk dia yang saat ini harus menanggung banyak beban.

————————————

Hayo... Putri harus milih siapa hayooo...? (Genuinely asked)

Luv,
NengUtie

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang