Forty one

729 199 15
                                    

Part iseng karena emang yang ngarang lagi iseng aja. Neng nodong vote juga donggg!! Maacihhh!!

————————

"Loe ngeliatin apaan, sih?" tegur Satria yang tersadar kalau sahabatnya yang tadinya bersemangat memaksa dia untuk ikut nonton konser bersama malah tidak fokus menonton ke arah stage tapi malah sibuk memerhatikan ke sebelah kanannya.

Reinald tersenyum tipis, tangannya menunjuk sosok kriwil yang asyik bergoyang sambil bernyanyi-nyanyi sendiri walau dia sedang dirangkul pacarnya.

"Lucu amat rambutnya!" ucap Satria spontan.

"Emang...." jawab Reinald masih sambil tersenyum melihat Putri yang sekarang sibuk berbisik entah apa ke telinga Eza yang hanya manggut-manggut saja. Tampaknya Eza kurang familiar dengan band yang tampil dan terlihat jelas kalau dia di sana hanya demi menemani Putri saja.

"Loe kenal?" tanya Satria lagi.

Reinald mengangguk.

"Ya tinggal sapa aja, Goblog!!" seru Satria lagi.

"Males! Ada pawangnya!" balas Reinald.

Satria nyengir. "Ya iya sih!"

Reinald menabahkan diri, mencoba menikmati konser walau matanya tak bisa lepas dari memandang ke arah Putri. Wanita yang sudah dia taksir sejak lama, namun sayang saja waktu mereka tidak pernah tepat.

Saat Reinald mengenal Putri pertama kali, dia baru saja menjalin hubungan dengan teman sekelasnya. Walau tentu saja bukan hubungan serius. Memang hubungan jenis apa yang diharapkan dari anak yang baru masuk SMA?

Mengenal Putri walau cuma dua hari dalam seminggu membuat Reinald semakin tertarik. Dia cantik, lucu, cerewet, kadang bisa terlihat galak dan tegas tergantung situasi. Terutama jika ada pembagian tugas kelompok. Dua kali Reinald satu kelompok dengannya dan dia menurut saja saat Putri memerintah ini-itu. Tawanya menggelegar tanpa malu. Nyaris tidak pernah jaim di depan siapapun kecuali di depan Eza.

Entah kenapa Reinald merasa kalau Putri jauh lebih pendiam jika sedang berdekatan dengan Eza dan akhirnya dia tahu kenapa. Reinald sempat merasa kecewa, namun dia lihat sepertinya hubungan mereka lancar-lancar saja. Eza sangat perhatian, cara bicaranya terdengar lembut saat bercakap-cakap dengan Putri walau dia juga agak mengisolir dan membajaknya untuk dinikmati sendiri.

Mungkin Putri juga tidak menyadari kalau semakin lama dia semakin jarang berinteraksi dengan teman-teman yang lain dan melakukan apapun hanya berdua saja dengan Eza.

Masuk tengah semester terakhir SMA, mereka berpisah. Putri mengambil jadwal les yang berbeda. Dari apa yang Reinald dengar melalui Melly, ternyata Putri menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal Eza yang tidak bisa jika melanjutkan les di jam yang sekarang.

Reinald si pengagum rahasia hanya bisa menggigit jari. Merasa sedih karena tidak bisa melihat kelebatan rambut kriwilnya lagi di setiap minggunya.

—————————

Reinald tersentak sampai dia salah memainkan nada saat melihat sosok kriting yang tiba-tiba saja muncul di kafe tempat dia manggung malam ini.

Putri dan temannya makan berdua saja. Dia terlihat lebih kurus dari yang terakhir Reinald ingat. Matanya juga tidak berbinar ceria dan dia terlihat pucat.

Saat rehat, Satria menegurnya. "Maen yang bener, Nyet! Konsen woi! Konsen!!"

"Errrr... ada Putri, Sat!" bisik Reinald sambil diam-diam menunjuk Putri yang duduk di sudut kiri.

"Tegor sana! Kalau loe segitu penasarannya...." usul Satria.

"Ehhh... masih inget gak ya dia sama gue?! Udah lama banget loh!" tanya Reinald tak yakin.

Second ChanceWhere stories live. Discover now