Eight

767 223 13
                                    

Sepulang dari kantor, Putri diajak rekannya, Dita untuk hang-out di kafe yang menurut Dita, makanannya enak, tidak over price, dan ada hiburan live music-nya demi menghibur Putri yang empat bulan terakhir ini masih saja bermuram durja gara-gara patah hati.

Benar saja, makanannya enak walau pilihan menunya tidak terlalu banyak. Saat Putri dan Dita mulai makan, acara live music baru saja dimulai. "Put, liat, deh... gitarisnya lucu," ucap Dita membuat Putri menoleh ke arah stage.

"Yaelah... temen les aku dulu ituuu...." jawab Putri setengah tertawa terutama saat matanya beradu pandang dengan Reinald yang tersenyum lebar ke arahnya. "Bertahun-tahun gak ketemu, tau-tau ketemu di sini!" gumam Putri lagi.

"Kamu beneran kenal? Siapa namanya?" tanya Dita lagi.

"Reinald... dari masih SMA emang paling nonjol sendiri. Ganteng! Tapi tipe orang ganteng yang gak merasa ganteng. Berasa biasa aja padahal kita yang kalau disapa berasa dag dig dug sendiri," jelas Putri sambil tertawa kecil.

"Pernah naksir? selidik Dita sambil tersenyum meledek.

Putri cepat-cepat menggeleng. "Heeuuuu... udah prinsip dari dulu, orang ganteng enaknya buat diliatin doang bukan untuk dimiliki!"

Dita tertawa. "Bilang aja tau diri, Put!!"

"Nah!!! Itu juga!! Reinald paket lengkap lah dulu tuh.. ganteng, pinter, supel. Kayaknya pas les 2 tahun lebih sama dia, dia ganti pacar cuma 2 kali, deh. Lumayan lama gitu hubungannya gak yang tiap bulan ganti cewek."

Percakapan Dita dan Putri beralih ke bergunjing soal berita-berita terkini dan terpanas di kantor sampai makanan mereka habis. Saking serunya mereka mengobrol, Putri tak menyadari kalau sekarang Reinald berdiri tak jauh darinya sampai Dita memberi kode agar Putri menengok ke arah Reinald yang dari tadi memerhatikannya.

"Rei!!" Putri menoleh, melambaikan tangan ceria yang membuat Reinald tertawa dan menghampiri mereka.

"Kaget loh aku liat kamu di sini!" sapa Putri saat Rei sudah berdiri di sebelahnya.

Alis Reinald agak terangkat saat Putri memanggilnya dengan sapaan aku-kamu tidak loe-gue seperti dulu.

"Aku juga kaget, kok, Put," balas Reinald yang matanya berpendar jenaka.

Putri terdiam sejenak, menyadari kalau dia saat ini berasa sok akrab sekali sampai ber-aku-kamu ria dengan orang yang dulu sering dia ajak berseteru.

"Cuma berdua aja?" sapa Reinald lagi.

Eh... ini Mbak Dita... senior kesayangan akuuu...." Putri memperkenalkan Dita ke Reinald.

"Halah, pake muji-muji segala... pokoknya proposal budget besok harus udah kelar ya. Awas aja kalau belom!" ancam Dita setelah berjabat tangan dengan Reinald.

"Besok weekend astagaaaa...." gerutu Putri.

"Lohhh, laptop dibawa kan? Bisa lah besok.. tinggal ketak-ketik dikit trus kirim, balas Dita.

Putri ternganga walau matanya tertawa. "Beh... babeh... kenapa ikut ke sini, Beh?? Rei... ada air putih gak buat nyembur? Mbak Dita kenapa kesambet pak bos gini????"

Dita dan Reinald meledak tertawa. Baru saja hendak mengobrol, tiba-tiba saja Dita mendapat panggilan dari anaknya yang memintanya untuk cepat pulang.

"Eh... eh... aku pulang duluan! Casya udah rewel nyariin. Tagihan udah kubayar ya, Put, tadi pas balik dari toilet. Kamu di sini aja dengerin musik ketimbang nangis terus di kosan! Titip Putri, ye Rei... jagain. Kasian baru patah hati!"

"Heh.... eh, makasih loh.. ditraktir!" gerutu Putri spontan sementara Dita mengecup kedua pipi Putri dan pergi secepat kilat dari sana tak lupa mengingatkan soal proposal yang dia tunggu maksimal sore hari besok.

"Belum mulai lagi?" tanya Putri menunjuk stage.

"Sebentar lagi kayaknya. Aku, sih santai... cuma additional guitar player aja soalnya. Gak ada aku juga masih jalan, kok. Paling pas balik dimaki-maki sama yang lain," gurau Reinald. "Kerja di mana, Put?"

"Bank. Back office-nya tapi. Gak jauh dari sini, kok di tower 2."

Reinald terkejut. "Lahhh... satu tower! Bisa-bisanya gak pernah ketemu!! Kamu udah kerja berapa lama di sana?"

"Dari lulus... gak pernah pindah," jawab Putri.

"Aku baru setahun ini, sih. Organisasi nirlaba, tapi ya urusan back office aja."

"Asikkk bisa ditraktir Rei!!!" seru Putri ceria.

Reinald tertawa. "Bolehhhh... Senin lunch bareng ya.. sekalian ngobrol macem-macem. Kalau boleh tau, aku juga penasaran kenapa bisa ada acara patah hati segala...." pamit Reinald sambil mengacak puncak kepala Putri sekilas.

———————————

"Kamu sama Rei gimana, Ti?" tanya Eza setelah menghabiskan minumannya.

"Gak gimana-gimana. Baik-baik aja, kok...."

"Two years?" tanya Eza lagi.

Putri mengangguk. "Lucu sih saat sahabat sendiri malah dijadiin pacar. Kebanyakan denial-nya dari awal. Kamu sendiri gimana? Dating lancar?"

"Pernah coba pas S2... its just... did'nt work. Belum lama juga coba deket sama yang mama pilihin. Anak temennya mama, tapi kayaknya aku terlalu pasif so she left."

Putri memicingkan mata menatap Eza tajam. "Pasti saat dia text panjang lebar buat tanya kabar dan cerita ini-itu kamu jawabnya pakai dry text. Hihhh... siapa juga yang gak pegel digituin?" omelnya.

Eza tersenyum simpul. "Aku bisa kok gak dry text, Ti.... tergantung lawan bicaranya kan...." ucapnya membela diri.

Balas tersenyum, Putri menjawab. "I know...."

———————

Luv,
NengUtie

Second ChanceWhere stories live. Discover now