Chapter 8 (Fakta)

1.3K 115 19
                                    

Yim berlari sambil menangis memasuki halaman rumah sakit, ia berjalan dengan perasaan kalut, ia baru saja mendapat telfon bahwa anaknya kecelakaan dan dibawah kesana

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Yim berlari sambil menangis memasuki halaman rumah sakit, ia berjalan dengan perasaan kalut, ia baru saja mendapat telfon bahwa anaknya kecelakaan dan dibawah kesana. Saat ia sampai di ruang gawat darurat, kakinya seolah tak bisa menopang tubuhnya lagi akan pemandangan mengerikan yang ada dihadapannya, hal yang seumur hidupnya tak pernah ia ingin untuk lihat sama sekali.

Anak yang ia pertahankan, anak yang ia perjuangkan, anak yang ia berikan seluruh hidupnya, anak yang satu-satunya membuatnya bisa bertahan hidup kini terbaring dengan selang-selang aneh yang sama sekali tidak ia mengerti, kepala dan beberapa bagian tubuhnya mulai diperban sedangkan dokter dan beberapa tenaga medis lain berusaha menyelamatkannya

Yim bahkan bisa mendengar alat pedeteksi jantung itu melemah. Yim tak bisa masuk kedalam sana, ia tak diijinkan karena bisa menganggu orang-orang medis itu untuuk menyelamatkan anaknya, ia hanya bisa terduduk dilantai dingin rumah sakit sambil memegang dinding kaca untuk melihatnya, ia ingin memeluk anaknya lagi, ia ingin mendengar suara anaknya, tidak..dia tidak bisa kehilangan Teetee, dia bisa kehilangan semuanya tapi tidak dengan anaknya. Ia takut, saking takutnya ia tak berhenti menangis dan berdoa.

Tutor berdiri dibalik dinding rumah sakit, ia memejamkan matanya mendengar tangis keputus asaan Yim, tangis yang siapapun mendengarnya bisa merasakan betapa takutnya ia kehilangan, namun Tutor tak berani mendekat, sekali lagi ia seperti pengecut karena kesalahannya sendiri, ia hanya tak ingin menambah kesedihan Yim hanya Karena melihatnya sekarang. walau ia ingin memeluknya, menenangkannya namun ia sadar dirinya tidak akan pernah bisa menghibur Yim lagi.

Tutor mengumpulkan keberaniannya saat medengar tangis yim yang tak berhenti, kakinya akan melangkah mendekat namun Net lebih dulu datang dan memeluk Yim, hingga Yim menangis dalam pelukan pria itu dan Tutor mengurungkan niatnya, mungkin untuk saat ini saja, ia menyingkirkan keegoisannya dan membiarkan Yim untuk tenang walau bukan dalam pelukannya lagi.

.
.

Yim berdiri disebelah Teetee setalah mendapatkan pertolongan, anaknya dinyatakan koma atau tidak akan akan bangun dalam waktu dekat, untungnya anak itu ditangani dengan tepat waktu dan mendapatkan pertolongan dari pendonor darah yang cepat.

Yim menyentuh wajah putranya, ia sangat sedih melihatnya terbaring seperti ini, dunianya seolah-olah hilang. Teetee masih diruang gawat darurat belum bisa dipindahkan untuk melihat keadaanya beberapa jam lagi, jadi Yim dan menunggunya disana

“Yim, Tee akan pulih, dia anak yang kuat, dokter bilang dia akan baik-baik saja kedepan karena mendapatkan pertolongan dan pendonor dengan cepat” Net menangkan hingga Yim mengangguk pelan dan menghapus air matanya, ia berusaha tenang, dia harus percaya anaknya akan segera bangun

“ya dia akan baik-baik saja, karena mendapatkan darah yang tepat” suara yang tak asing membuat Yim dan Net berbalik menemukan Tutor berdiri dibelakang mereka, Yim bisa melihat penampilan kacau pria itu, noda darah mulai mengering dikemeja putihnya juga jas hitamnya, sepertinya Tutor belum punya waktu untuk membersihkan diri karena juga ikut menunggu walau dalam diam, Yim juga bisa melihat handiplast coklat disalah satu tangan Tutor menandakan Tutorlah yang mendonorkan darahnya, itu wajar karena dia ayahnya jadi tentu Tutor bisa melakukannya. Yim juga tau bahwa golongan ayah dan anak itu sama.

“kau?” Net cukup kaget juga karena tak menyadari sedari tadi kehadiran Tutor

“tenang, aku tak ingin menganggu, aku hanya ingin melihat anakku sebentar saja lalu aku akan pergi” jawab Tutor dan melihat Teetee yang terbaring, Yim tak bisa berkata-kata, ia tak tau bila dalam situasi seperti ini. Ia membiarkan Tutor untuk saat ini saja, ia tak mau pertengkar dihadapan anaknya.

Setelah memastikan anak baik-baik saja, Tutor berbalik dan keluar dari ruangan itu.

.

.

Diruangan lain, keadaan Frist jauh lebih baik dari Teetee, anak itu setidaknya tidak sampai kritis, walau ia juga mendapatkan luka yang cukup serius, ia berbaring dan untuk sementara tertidur, sedangkan Key menatap khawatir anaknya, ia mengenggam tangan Frist, Key bingung sedari tadi tidak melihat Tutor pada hal perawat tadi mengatakan bahwa yang membawa Frist adalah Tutor. Tutor juga yang membuat Frist untuk segera ditangani namun ia belum melihat pria itu, ia mengambil handphonenya dan menghubunginya namun panggilannya diputus begitu saja

“kau mencariku?” pintu kamar Frist terbuka menapakan Tutor yang sudah berpenampilan bersih, pria itu menyempatkan diri membersihkan diri dulu, ia sudah nampak tenang melihat Tee hingga ia punya waktu membersihkan dirinya sendiri

“astaga, sayang kau kemana saja…” Key berdiri dan mengenggam tangan Tutor namun Tutor menepisnya hingga Key mengerutkan dahinya bingung akan tatapan kebencian dari pria itu

“berani sekali, berani sekali orang sepertimu menipuku” ucap Tutor dingin

“Apa? Kena…”

“siapa? Katakan padaku, dia anak siapa?” tanya Tutor menunjuk Frist membuat Key terdiam, ia nampak terkejut menatap pria tinggi itu

“apa maksudmu? Dia anakmu” jawab Key walau nampak gugup

“kau masih berani berbohong? Katakan dengan jujur, sebelum hasil tes  DNA-nya akan keluar tiga hari lagi” paksa Tutor, awalnya ia juga akan menodorkan darah pada Frist karena nyaris kehabisan darah namun mereka bilang golongan mereka tak sama, Tutor tau  darah Key adalah O dan dia juga O bagaimana bisa golongan darah Frist adalah A? dan dia meminta tes DNA saat itu juga

“katakan!! Sialan!!” Tutor kehilangan ketenangan dan mencengkram kedua lengan Key dengan kasar, dan Key hanya mampu memejamkan matanya, ia takut, ia sangat takut

“aku meminta kejujuran dari mulutmu atau aku tak segan-segan menghancurkan hidupmu, kau sangat mengenalku bukan?” geram Tutor dan berlahan Key mengangguk pelan, ia tak punya pilihan lain lagi sekarang dan mengakui bahwa dia bukanlah ayah anaknya, karena Tutor tidak pernah bermain-main dengan ancamannya

“brengsek!!!” Tutor memukul dinding kamar rumah sakit dengan kesal

“Tutor!! Tutor!!” Key berusaha memangilnya namun Tutor sudah lebih dulu keluar dari sana dengan amarah.

.
.

Tbc

Berikan vote :')

Dad, Do You Hate Me? (TutorYim) Место, где живут истории. Откройте их для себя