Chapter 6 (dad, do you hate me?)

999 90 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.

“hanya segini?” tanya seorang pria pada Key

“minggu lalu kau baru saja membeli mobil mahal itu!” kesal Key

“oh ayolah, sekarang kau sudah menjadi nyonya Limnoi, uang segiini tidak ada apa-apanya”

“berhenti memerasku sialan!”

“memeras? Hahaha… aku hanya meminta upah” jawabnya santai sambil mengejek Key

“dalam bulan ini, hanya ini yang bisa aku berikan! Aku tidak bisa terus bertemu denganmu! Aku tidak mentranfer uang dengan asal, karena dia bisa saja mencari tau” ucap Key lalu meninggalkan pria itu setelah memberikan sejumlah uang yang banyak

“dia makin kurang ajar saja” gumam pria itu namun tetap memasukan uang yang ada dalam map coklat kedalam jaketnya.

.
.

“handphone baru ya? Itu keluaran baru” tanya Kongjiro pada Teetee yang kembali sekolah setelah seminggu diskorsing bersama Fristone

“iya dibelikan paman Net, teman mamaku” jawab Teetee, ya  Net menepati janji membelikannya handphone yang bagus

“bahkan handphonemu sekarang jauh lebih mahal dari Fristone” ejek yang lain

“handphone belas kasihan kalian samakan dengan hanphone milikku?” ejek Fristone tidak terima

“jangan mencari perkara lagi” lerai Teetee, dia mau sekolah dengan normal saja sekarang

“benar, ayo kerja tugas kimia saja” ucap Kongjiro. Fristone menatap tak suka pada Teetee, karena Teetee selalu lebih unggul darinya dan mendapatkan banyak teman, rata-rata dikelaspun lebih senang bersama Teetee, pada hal dia memiliki segalanya, sedangkan Teetee? Menurutnya Teetee hanya anak biasa saja.

.
.

“ada apa Frist?” tanya Tutor menemukan Frist duduk dengan wajah cemberut disofa saat ia pulang

“aku mau handphone baru” jawabnya

“handphone? Bukannya kau baru membelinya dengan mamamu minggu lalu?” tanya Tutor bingung

“aku mau yang lebih bagus dari itu pa!”

“tapi itukan pilihanmu sendiri?”

“pokoknya aku ingin yang baru!” kesal Frist, Tutor memejamkan matanya, sungguh ia lelah pulang bekerja malam ini dan menemukan anaknya rewel

“oke baiklah, kita pergi beli sekarang”

“nah! Papa yang terbaik!” senang Fristone berlari senang kearah sang ayah.

.
.

Teetee melihat belanjaannya disebuah minimarket kecil tak jauh dari apartemen, malam ini ibunya lambat pulang bekerja dan dia tak boleh manja untuk membuat dan membeli bahan makan malam sendiri, ya setidaknya tidak menyusahkan sang ibu dan membuat ibunya nanti makin lelah karena harus mengurusnya lagi

“sepertinya ini cukup” ucap Teetee lalu keluar minimarket, dia merapatkan sweaternya akan suhu malam yang dingin dan berjalan dipinggir trotoar sambil bersenandung kecil, dia sangat suka cuaca malam hingga membuat moodnya lebih baik

.
.

Tutor menyetir mobil dengan pelan dan melirik Fristone yang senang dengan handphone baru yang ia inginkan, mereka baru saja membeli handphone itu, lampu merah membuat Tutor menghentikan mobilnya dan tanpa sengaja matanya melihat Teetee yang berjalan dipinggir Trotoar, anak itu berjalan dengan senyuman manis diwajahnya seolah ia nampak begitu senang akan hal yang sangat sederhana, sesekali anak itu merapatkan sweaternya karena dinginnya malam, wajah yang polos yang belum mengetahui betapa pahitnya kehidupan

“pa?’

“pa?”

“papa!” tegur Fristone karena ayahnya malah mematung dan melamun

“ya?”

“lampunya sudah hijau, mobil dibelakang sudah klakson terus tuh” keluh Fristone dan Tutor tersadar dan kembali menjalankan mobilnya namun matanya tak bisa berpaling dari Teetee yang berjalan sampai bayangan anak itu menjauh darinya.

.
.

Selesai dengan fristone, Tutor menuju kamar dan menemukan Key sudah pulang juga entah dari mana, ia juga tak ingin tau

“kau baru ingat punya rumah?” tanya Key melipat tangan

“aku sedang tak ingin mendengar ocehanmu” malas Tutor mengambil beberapa pakaiannya dari lemari

“kau mau pergi lagi? Perjalanan bisnis lagi, hum? Kebohongan apa lagi?” kesal Key

“bukan urusanmu”

“aku istrimu!”

“kau yang menginginkan ini, ah kau dan ibuku, bukan aku, aku tidak pernah berjanji padamu bahwa keluarga ini akan harmonis” balas Tutor, ya keluarga mereka memang hanya terlihat bahagia didepan public dan juga didepan anak mereka Fristone seolah-olah layaknya keluaraga bahagia, namun kenyataannya tidak seperti itu

“sudah ada Fristone, sudah anak kita, kita tidak bisa membohonginya terus bahwa kita adalah keluarga bahagia, kita bisa membohongi public tapi tidak bisa membohongi anak sendiri dari  kenyataannya kau tak pernah menganggapku istrimu! Dari kita menikahpun kau tidak menyentuhku sama sekali!” kesal Key saking kesalnya ia melempar vas bunga yang ada dimeja, ia melampiaskan semua yang ia pendam, dan kemudian hanya air mata yang jatuh menuruni pipinya

“Fristone masih anak-anak dan dia anakku, jadi dia tak boleh tau apapun sekarang” ucap Tutor tak peduli akan Key yang frustasi didepannya

“papa, mama itu apa?” suara fristone dari keluar kamar membuat mereka terdiam, mungkin suara lemparan bunga tadi yang mengangetkannya

“bukan apa-apa Frist, hanya vas yang tidak sengaja jatuh, kembalilah tidur” pinta Tutor tanpa membuka pintu, ia tak mau anaknya menyaksikan perdebatan ini

“oke” jawab Frist dan kembali kekamarnya karena memang dia mengantuk

“jangan membuatku kesal Key, kau taukan? Aku bertahan saat ini hanya karena Frist” tegas Tutor lalu menarik tasnya keluar dari kamar meninggalkan Key yang menangis diatas tempat tidur. Ia menangis keras mengingat hidupnya seperti ini, ia punya suami namun tidak pernah sama sekali menyentuhnya, tidur dengannya, bahkan ia tidak tau apakah dia mencintainya juga, ia punya keluarga yang terlihat sangat bahagia tapi kenyataannya hanya kehampaan.

.
.

Teetee selesai makan malam dan kembali kekamarnya, ia menyiapkan buku-buku untuk jadwal pelajaran besok disekolah dan memastikan semua tugasnya selesai, saat ia menarik salah satu buku foto usang menampakan ibunya, dia yang masih bayi dan ayah Fristone terjatuh, ya dia memang menyembunyikannya disana dari sang ibu, ia ingin bertanya pada ibunya namun takut ibunya sedih, jadi dia menduga-duga sendiri saja, ia masih bingung kalau benar dia adalah ayahnya kenapa dia tidak pernah bicara padanya, kenapa dia hanya diam saja saat ia tersudutkan, kenapa ia tak pernah ingin melihatnya, Teetee menatap sedih foto itu, cincin yang ibunya pakai dan ayah frist pakai difoto itu sama, Teetee tidak bodoh hingga tidak tau bahwa itu adalah cincin pernikahan, dia jelas tau itu adalah cincin yang hanya bisa digunakan suami istri

apakah dia benar-benar papaku? Kalau dia benar papaku, kenapa dia seperti itu padaku? apakah papa membenciku? Apa dia tidak mengiginkanku?’ anak itu mulai bertanya-tanya dilubuk hati kecilnya

papa, apa kau membenciku?’

.
.
.

Tbc

Berikan vote :')

Dad, Do You Hate Me? (TutorYim) Where stories live. Discover now