7. Meisya dan Jack

104 9 0
                                    

Hari demi hari telah berlalu, menghabiskan banyak waktu bersama Willi telah mengukir kenangan-kenangan kecil yang tak bisa di lupakan oleh Meisya.

Kini ia berdiri sendiri di balkon apartemen tanpa di temani Willi sambil menikmati langit malam yang mendung.

Sore tadi ia di tinggal Willi sendirian dengan alasan ingin bertemu sapa dengan teman sejenak, namun kini telah menunjukkan pukul 21.43 malam. Pikiran Meisya menjadi kemana-mana.

Belum lagi Willi tak bisa di hubungi, nomor telepon suaminya sudah tidak aktif dari 3 jam yang lalu.

Meisya seketika khawatir, dan memegangi ponselnya menunggu balasan pesannya dari Willi. "Kak lo dimana sih? Udah mendung, kok lo belum pulang-pulang sih?"

Tak berselang lama hujan deras turun, Meisya langsung memasuki apartemen, dan menutup pintu balkon apartemennya.

"Tadi Kak Willi naik motor ya? Ih berarti kehujanan dong di luar?" Ucap Meisya bermonolog.

Meisya menggeleng-gelengkan kepalanya, "ih apasih yang lo pikirin Mei, siapa tau Kak Willi lagi nginep di rumah temennya, terus hpnya mati, masih di charger."

Tiba-tiba pintu apartemen terbuka, Willi datang dengan membawa sekantung plastik entah isinya apa.

"Ya Allah Kak, untung gak sempet kehujanan tadi" ucap Meisya.

Willi terkekeh pelan, "nungguin ya?"

Meisya berdecak kesal, "ih Kak, abisan lo gak aktif, gue takut jadinya."

Willi memberikan sekantung plastik pada Meisya, "nih buat lo, di makan ya, gue mau mandi dulu."

Setelah memberikan sekantung plastik itu pada Meisya, Willi meninggalkan Meisya dan langsung pergi ke kamar mandi.

"Saking asiknya sama temen sampe lupa sama mandi" ejek Meisya sambil berteriak agar Willi bisa mendengar jelas di dalam kamar mandi.

Meisya langsung duduk di kursi bar dapur dan membuka plastik yang di berikan Willi padanya.

Terdapat croissant di dalamnya, Meisya terkekeh melihatnya. "Tau darimana dia dari kemaren pengen makan croissant?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Hujan semakin deras, petir pun sangat terdengar oleh Meisya, Meisya tak takut, ia hanya memikirkan bagaimana jika mati lampu.

Meisya menghabiskan croissantnya dan menyisakan 1 untuk Willi.

Tak lama Willi keluar dari kamar mandi dengan keadaan telanjang dada, "Mei lo takut petir gak?"

Meisya menggelengkan kepalanya, "gak, ngapain juga gue takut, lagian gue di dalam ruangan juga."

Willi duduk di sebelah Meisya, "kalo mati lampu?"

Meisya mengindikkan bahunya, "gak tau."

"Kak, lo punya temen namanya Jackson kan?" Tanya Meisya pada suaminya.

Willi menganggukkan kepalanya, "iya, kenapa?"

"Dia pernah cerita tentang cewek gak sama lo?" Tanya Meisya lagi.

Willi menggelengkan kepalanya, "gak pernah, lagian gue baru kenal dia pas gue masuk kuliah."

Meisya mengangguk-anggukan kepalanya. "Waktu dia SMA, dia kakel gue Kak. Dulu gue sempat deket sama dia, bahkan deket banget, gak lama sih Kak, kita sering jalan bareng juga, kemana-mana bareng."

"..."

"Kalo di bilang masa lalu buruk gue gak pantes juga sih di bilang gitu. Nyatanya dia cowok baik kok."

MarriedWhere stories live. Discover now