1. Di jemput

260 28 0
                                    

Hari ke hari terus berjalan, sebentar lagi Willi dan Meisya akan menikah.

Meisya hanya bisa merelakan nasibnya, sedangkan teman-temannya sedang berisik membicarakan perihal kuliah dimana.

Meisya hanya diam, diam karena tak mungkin ia ikut membicarakannya.

"Mei, diem dulu daritadi lo" tegur Hanni, menyadarkan lamunan temannya itu.

"Lagi badmood, Mei?" Tanya Jihan.

"Iya, Mei, biasanya lo semangat banget kalo soal kuliah gini" ujar Jauza.

Meisya membuka tas selempangnya, mengeluarkan suatu beda tak terduga. Ia meletakkannya di meja kafe itu.

"Undangan nikahnya Bang Bian, Mei?" Tanya Jihan.

"Liat aja sendiri" suruh Meisya dengan nada yang sangat datar.

Jihan mulai membuka pelan undangan itu, setelah membaca sejenak, Jihan membulatkan matanya, "Mei, lo serius?"

Meisya menganggukkan kepalanya, ia menangis, entah mengapa air matanya bisa keluar.

Jihan melepaskan undangan itu, dan memeluk Meisya yang berada di sebelahnya itu.

Jauza dan Hanni menjadi penasaran, keduanya membaca bersamaan undangan itu.

Jihan menghapus air mata Meisya yang berada di pipi bersih nan mulus itu. "Mei, coba cerita sama kita, kenapa bisa gini? Udah berenti dulu nangisnya."

Jauza dan Hanni ikut menyetujui apa yang di pinta oleh Jihan.

"Awalnya, tuh, gue ngira Mama sama Papa ngebahasin tentang perjodohan, tuh, mau ngejodohin Bang Bian, eh ternyata gue yang di jodohin. Gue nanya sama Mama, kenapa gak Bang Bian aja yang di jodohin, kata Mama kuliahnya Bang Bian nanggung, sedangkan gue mau lulus SMA" jelas Meisya permulaan.

"Terus kenapa lo gak nolak dengan alasan kalo lo mau kuliah?" Tanya Hanni.

"Gue udah nolak berkali-kali, Han, beribu alasan yang gue kasih Mama tetap gak mau. Gue udah minta bantuin Bang Bian buat ngebujuk Mama hasilnya juga nihil. Mama tetep aja selalu bilang cowok yang mau di jodohin sama gue juga masih kuliah. Dia masih kuliah, lah gue apa? Gue sama sekali belum kuliah, bahkan waktu itu belum lulus SMA" lanjut Meisya.

"Alasan orang tua lo mau ngejodohin lo apa, Mei?" Tanya Jauza penasaran.

"Pengen gendong cucu gegara liat tetangga gue punya anak, padahal Bang Mahen umurnya emang udah pas banget buat nikah, gak kayak gue" sahut Meisya.

"Kalo di liat-liat dari namanya calon laki lo kayaknya ganteng" ucap Hanni.

"Ganteng, sih, iya, Han, tapi gue gak tau sifat dia bakal ganteng apa gak, gue aja belom banyak ngomong sama dia, ngechat aja jarang, itu pun kalo penting. Gak kebayang banget, sih, kalo udah nikah nanti pasti canggung banget" sahut Meisya.

"Lo ada fotonya gak?" Tanya Jihan.

Meisya menggelengkan kepalanya, "gak ada, bahkan foto prewedding kemaren aja gue gak nyimpen."

"Pantesan lo sekarang kayak sibuk banget, Mei" tebak Jauza.

Meisya menghembuskan nafasnya, "ya begitulah, Za."

🎸🐻

Di lain tempat, ada Willi yang termenung di kamar kosan temannya. Sama halnya dengan Meisya, ia memikirkan pernikahan yang akan menanti sebentar lagi.

"Gegara mau nikah jadi murung terus lo" ucap Jay.

"Coba bawa enjoy aja, Wil" suruh Satya.

"Bukan gitu, Sat. Gue bisa bawa enjoy kalo gue enak sama Meisya, gue gini gak enak sama dia, gue paham kalo dia tertekan, dia baru banget lulus minggu kemaren, dia punya impian pengen kuliah, sedangkan nanti gue posisinya sebagai suami dia, seenaknya gitu kuliah, kasian dianya, Sat" jelas Willi.

MarriedWhere stories live. Discover now