22. Kode

658 89 7
                                    

"Aku bisa mengingatkan mu kembali bila kau lupa Way"

"Tidak! Maksudku a-aku mengingatnya"

Pete terkekeh melihat Way yang gugup. Jemarinya terangkat merapikan rambut bangun tidur Way.

"Bersihkan dirimu, kau bisa gunakan pakaian ku"

Pete keluar dari kamarnya, memberikan Way ruang privasi untuknya.

Setelah memastikan Pete keluar dari kamar, Way yang setengah telanjang itu keluar dari selimut yang menutupi tubuhnya dan berjalan ke kamar mandi.

Way bukan tipe orang yang berlama-lama di kamar mandi. Selang 15 menit Way sudah siap berpakaian.

Way mengendusi baju yang ia kenakan. Dapat ia rasakan aroma Pete yang masih melekat dipakaian itu.

Setelah selesai bersiap Way keluar dari kamar Pete. Di ruang makan Pete tengah berkutat di dapur miliknya.

Pete yang menyadari kedatangan Way menoleh. "Oh nice timing, breakfast is ready"

Way duduk dikursi meja makan, Pete meletakan mangkuk dihadapan Way.

Way duduk dikursi meja makan, Pete meletakan mangkuk dihadapan Way

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sarapan simple yang entah mengapa Way sangat menikmatinya. Mungkinkah karena pria dihadapannya ini?

Seperti biasa Pete makan dengan tenang, Way pikir mungkin Pete terbiasa dengan table manner.

Diam-diam Way mencuri pandang Pete. Dengan kaos tanpa lengan dan celana bahan Pete masih terlihat mempesona dimata Way.

Eh?

Way melihat jam yang terpasang di dinding dan Pete bergantian. Bukankah Pete seharusnya sudah siap berangkat ke kantornya, pikir Way.

"Pete bukan kah ini hari kerja? Kau tidak bersiap pergi ke kantor?"

"Kau tidak ingin pergi ke suatu tempat?"

"Bukankah kau berkerja hari ini?"

"I want to spend time with you today. Jadi ada tempat yang ingin kau kunjungi Way?" Way berkedip beberapa kali.

'Mentang-mentang boss enak sekali dia' Pikir Way.

"Bagaimana kalau Paris?"

Dapat Way lihat Pete tertegun sejenak. Way tertawa dalam hatinya, senang dapat mengerjai Pete. Pasti Pete tidak menyangka Way mengatakan ia ingin pergi ke Paris, pikir Way.

"Bagaimana kalau lusa?"

"...Apanya yang lusa?"

"Bukankah kau ingin ke Paris? Aku harus menyelesaikan pekerjaan ku terlebih dahulu sebelum kita pergi"

Way kaget candaannya ditanggapi serius oleh Pete. Segera Way menggelengkan kepalanya.

"No i'm just kiding, Pete. Why you taking it seriously?"

Satu hal yang harus Way ingat Pete adalah pria kaku yang tidak bisa menangkap candaannya.

***
S

etelah candaan Way ditanggapi serius oleh pria kaku itu, Way pun berpikir sejenak tempat apa yang ingin ia datangi. Entah mengapa hanya satu tempat ini yang terlintas dipikiran Way.

Rumah hutan milik Pete.

Disinilah mereka diperjalanan menuju rumah hutan. Pete kembali membawa mobil Jeep hitam miliknya. Sebelum pergi ke hutan Way meminta Pete untuk singgah sejenak ke apartemennya, ingin mengambil beberapa barang miliknya.

Way hanya mengambil beberapa barang kemudian kembali masuk ke mobil Pete. Way tidak ingin repot menganti pakaiannya, ia masih mengenakan pakaian milik Pete toh pemiliknya pun tidak keberatan.

Ketika mereka mulai memasuki hutan Way memandangi pohon-pohon yang menjulang tinggi di sekitar mereka.

"Ingin pergi melihat tempat lain di hutan ini Way?" Way yang mendengarnya tidak bisa menyembunyikan rasa excited-nya.

"Ada tempat lain selain rumahmu?"

"Emm. Jaraknya mungkin 15 menit dari rumah hutan itu"

Setelah perjalanan dengan mobil mereka kembali berjalan kaki sekitar 5 menit hingga mata Way menangkap hamparan luas bunga-bunga kecil berwarna putih dihadapannya, daisy. Dipinggirnya terdapat sungai yang jernih dan tenang.

"Woaahhh" Way tidak bisa menutupi kekagumannya dengan pemandangan itu. Ia mengeluarkan kamera dari dalam tasnya.

Ya salah satu barang yang Way ambil dari apartemennya adalah kamera.

Pete hanya melihat punggung belakang Way yang tengah asik berkeliaran mengabadikan hal-hal yang menurutnya menarik.

Pete duduk ditengah-tengah bunga berwarna putih itu dan memetik beberapa bunga disekitarnya dan merangkainya. Way yang menyadari Pete duduk dibelakangnya menghampiri Pete yang masih asik dengan bunga itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"For you" Way tertawa melihat kumpulan bunga yang di'rangkai' oleh Pete itu. Way mengambil rangkaian bunga itu dan memfotonya dengan kameranya.

"Way duduklah" Way duduk disebelah Pete.

"Kemarikan tanganmu"

Way tanpa pikir panjang mengulurkan tangannya dan tertegun ketika sesuatu berbentuk bulat dengan hiasan bunga itu Pete sematkan dijarinya. Way mengalihkan pandangannya pada Pete dan detik berikutnya mereka berdua tertawa.

'Cincin' itu Pete bentuk dari bunga daisy.

"Apakah ini bisa dibilang lamaran?"

"If you want that"

Way tersenyum mendengar jawaban Pete. Way memetik satu bunga, membentuknya seperti cincin dan memasangkannya juga pada jari Pete.

"Aku tidak ingin cincin palsu, aku ingin yang asli. Next time use the real one Mr. Peeraphon"

To Be Continued...

What If...Where stories live. Discover now