5. Aster

856 104 5
                                    

Hari ke tiga Way dirawat, ia diminta untuk tidak banyak melakukan aktivitas berat. Sebenarnya tidak banyak aktivitas yang bisa Way lakukan, ia lebih banyak diruangannya atau pergi ke taman rumah sakit.

Saat pertama kali Way ingin berjalan ke taman karena sudah sangat bosan seharian berada di ruangannya, Pete bertindak seolah-olah Way sedang sakit keras. Saat itu Pete sampai membawa satu unit kursi roda untuk Way.

Way memandangi kursi roda dan Pete bergantian dengan tatapan bingung.

"Emm untuk apa kursi roda ini?"

Pete pun menjawab tanpa beban.

"Bukankah kau ingin pergi ke taman? Ayo aku bantu dorongkan ke taman"

Way mengejapkan mata, sebelum memandang Pete sebal.

"Pete, aku tertembak di punggung bukan di kaki. Kaki ku masih bisa berjalan dengan normal, jadi lebih baik segera kau singkirkan benda ini" Way berjalan melewati Pete yang terdiam di belakang kursi roda.

Way hanya bisa menghela nafas panjang mengingat kejadiaan itu.

Tiga hari dirawat Pete masih setia menunggui Way setiap malam. Awalnya Way merasa tidak nyaman, ia berapa kali menyakinkan Pete bahwa ia tidak apa-apa sendiri. Namun Pete hanya menyinggungkan senyum kecil,

"Abaikan saja keberadaan ku Way"

Way mempoutkan bibirnya, serta menautkan kedua alisnya. Ia mengerutu dalam hati 'bagaimana bisa aku menggabaikan keberadaan sosok sebesar ini?'.

Way hanya menatap sosok yang sedang duduk dan fokus pada perkerjaannya dengan laptopnya di meja, sebelum mengalihkan pandangan kearah meja di sebelah ranjang kirinya.

Dimeja itu terdapat vas bunga bening dan bunga segar berwarna pink yang mengisinya. Pada saat Way terbangun ia tidak menyadari keberadaan vas bunga tersebut. Namun pada saat Pete datang ke ruangannya saat hari pertama ia sadar, Way melihat Pete membawa sebuket bunga ditangannya yang kemudian Pete pindahkan sendiri ke dalam vas itu.

Bunga yang Pete bawa pun selalu sama. Bunga berwarna pink itu selalu menarik perhatian Way, sejujurnya ia tidak terlalu mengerti dunia perbungaan namun entah mengapa ia senang saat Pete membawakannya bunga tersebut.

"Apa yang akan kau lakukan setelah pulang dari rumah sakit?" Pete membuka pembicaraan saat Way masih memandang vas bunga itu.

"Entahlah, aku belum memikirkannya. Mungkin aku akan lebih fokus di garasi ku. Untuk kembali ke dalam tim... aku pikir harus memikirkannya dulu."

Way memainkan kedua tangannya, bimbang. Way hanya tidak ingat suasana tim menjadi canggung apabila ia memutuskan untuk kembali.

Pete beranjak dari duduknya menghampiri Way, duduk di sisi kosong ranjang. Menggenggam kedua tangan Way, menyalurkan kehangatan.

"Way, jangan terlalu dipikirkan. Jangan terburu-buru. Kembalilah saat hati mu siap untuk kembali. Beristirahatlah saat kau merasa lelah".

Way tertegun dengan kata-kata Pete, ia memandang genggaman tangan mereka dalam diam.

Ada sebuah pertanyaan yang selama ini Way ingin tanyakan pada Pete. Awalnya pertanyaan itu ia tepis berapa kali, namun sekarang itu muncul kembali.

Way tidak ingin disangka ia terlalu percaya diri namun mengingat semua perlakuan baik Pete kepadanya, mungkinkah....

Way memberanikan diri melihat wajah Pete, memandang kedua mata itu dalam, mengumpulkan kebenaraniannya sebelum bertanya,

"Pete, apa kau menyukai ku?"



To Be Continued...

What If...Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora