2. Aiko Dan Keinginannya

4.1K 346 18
                                    

"AZOF!" teriak Aiko di balkon kamarnya yang cukup tinggi hingga hanya kepala sampai d*da yang terlihat. "AZOF!" teriaknya lagi.

Azof yang rebahan santai di hari minggu terpaksa turun. Aiko akan terus berteriak sampai habis suara mungkin jika dia tidak turun.

Azof keluar tanpa peduli tubuh atasnya di pandangi Aiko dengan ngiler. "Apa?" sahutnya terdengar agak kesal dan malas.

"Ih, kok ga pake atasan!" Aiko kan jadinya jelalatan.

"Apa? Cepet, manggil ada apa?"

"Katanya kalau di cium pacaran?" cicit Aiko dengan salah tingkah.

Azof bahkan baru ingat kejadian itu. Ternyata tidak membuat Aiko malu dan menghindarinya.

"SIAPA YANG CIUM?!" suara Tomi begitu menggelegar dan bergegas mendekati Aiko di balkon.

Tomi memelototi Azof teramat marah.

Aiko menekuk wajahnya. Lagi-lagi direcoki papanya. "Aku udah besar!" sebalnya tiba-tiba. "Papa kenapa ga izinin aku punya pacar kayak yang lain! Papa jahat!" serunya berlinang air mata.

Emosi Tomi sontak kalah. Dia paling tidak suka anak gadisnya menangis.

"Aku mau Azof! Pokoknya Azof!" tegasnya lalu membelitkan tali pita di pakaiannya ke leher. "Aku bunuh diri nih," refleksnya polos.

Azof mengulum senyum samar. Dia pikir Tomi akan mengamuk, membuat mereka berdebat seperti biasa. Namun ternyata, Aiko malah mengeluh disertai lawakan.

"Gembul-gembul," gumam Azof sangat pelan.

Tomi menahan tawa gelinya. "Oke-oke, papa izinin tapi engga dengan ciuman! Bahkan pegangan tangan juga ga boleh!" tegasnya yang langsung Tomi sesali.

"Aaa... Ga asyik, temen aku kok boleh!" rengeknya dengan menghentakan kaki.

Azof melipat tangan di besi balkon, jadi asyik mendengarkan debat ayah dan anak gadisnya. Cukup menghibur walau hanya sebentar.

Setelah di omeli Tomi dan perginya Aiko, Azof kembali merasa hampa dan juga pikirannya kembali berisik di penuhi masalahnya.

***

"Apa lagi?" Jenny menyambut Tomi yang lesu lalu ambruk memeluknya dengan wajah kusut ditekuk.

Jenny usap-usap rambut suaminya hingga berantakan lalu dia sisir dan rapihkan lagi.

"Tidurnya yang bener, aku lagi nonton,"

Tomi pun menurutinya, duduk di samping Jenny yang bersandar di kepala ranjang lalu memeluknya dari samping.

"Nyesel,"

"Kali ini apa lagi? Kamu kayak anak kecil, biarin Aiko sama Azof selagi ga melewati batas,"

"Ga bisa, justru karena melewati batas!"

"Kamu mau anak kamu berontak karena terus di kekang? Kita awasin udah cukup, Azof juga selama ini ga bikin Aiko nangis walau pasti jengkel sama tingkah Aiko,"

"Aku malah ngomong izinin mereka pacaran, bodoh banget!" sesal Tomi dengan semakin terbenam di bulatan Jenny yang kian empuk.

"Bagus dong, Aiko pasti seneng,"

"Anak gadisku seneng, ayahnya kebakaran! Berani banget dia Cium Aiko!" amuknya.

"Apa?"

"Makanya dengerin suaminya beres, aku kesel karena itu! Astaga! Aiko papa dicium laki-laki brandalan!" keluhnya.

Jenny terkekeh pelan, Tomi lucu sekali. Begitu menyayangi Aiko segenap jiwa. Mungkin karena anak perempuan makanya dekat dengan ayah, beda dengan Akram yang manja pada Jenny.

Manjanya Akram membuat Tomi kadang merebutkannya. Lucu sekali.

Jenny bahagia dengan keluarga kecilnya yang bahagia setelah banyaknya rintangan. Aiko dan Akram sungguh menjadi hadiah.

***

"Ndut, ngekor mulu, ndut.." Roni mencolek pipi Aiko sekilas.

Aiko mendelik kesal. Dia mengunyah bakso di mulutnya dengan tenang, melirik Azof sesekali.

"Pemandangan yang ga pernah berubah dari SMP, bucinnya Aiko.." kekeh Ohan.

"Tentu, ga akan berubah, obses sih, cegil-cegil," Roni kembali mencolek pipi Aiko. Gadis yang terus mengekor pada Azof sampai menjadi bagian dari persahabatan mereka dari semenjak SMP dan SMA.

"Azof, dia colek-colek mulu!" rengeknya kesal.

Azof mendelik kesal. Sedang malas bicara dan berharap Aiko tidak terlalu berisik hari ini. Pikirannya sedang mumet.

"Dasar, ndut aduan.."

Aiko semakin kesal karena di panggil gendut terus oleh Roni. Dasar abang yang ga pernah pulang-pulang! Gerutunya dalam hati.

Roni berpindah ke sebrang Aiko agar bisa berhenti mengganggunya. "Zof, lo jadi kuliah di kota X?" tanyanya.

Sontak Aiko menyemburkan satu baso kecil yang baru masuk hingga seperti bola memantul mengenai kening Roni.

Beberapa detik syok sebelum Ohan terbahak dengan renyah dan Roni misuh-misuh melap wajahnya yang terkena semburan.

Aiko mesem-mesem menahan tawa puasnya. Namun detik berikutnya berubah sendu. Azof pindah? Lalu dia bagaimana. Jauh tidak ya pindahnya.

***

"Mau nikah! Pokoknya mau nikah!" Aiko merengek di sofa, begitu tidak bisa diam seperti bocah.

"Ga!" tegas Tomi.

Kenapa sih anaknya sebegitu bucin. Pada Azof yang terlihat berandalan lagi.

"MAU NIKAH!"

Akram menghela nafas kesal melihat kakaknya yang begitu bodoh hanya karena cinta. Menikah seperti meminta jajan.

Jenny juga hampir menyerah dengan kelakuan anak gadisnya terhadap Azof. Entah pelet apa yang digunakan Azof sampai Aiko sebegitu sayang, cinta entah obsesi.

"Ga usah ngaco!" tegur Jenny tegas. "Fokus belajar, bentar lagi ujian, emangnya mau tinggal kelas?"

"Ihh.. Mau nikah pokoknya! Aku ga akan makan, pokoknya mau nikah sama Azof! Papa udah ga sayang sama aku," isak Aiko lalu pergi.

"Astaga!" Jenny memijat keningnya pening.

"Aneh banget punya kakak, bocil parah," Akram menggeleng samar lalu asyik bermain game lagi.

***

Azof mematikan rokoknya saat Aiko muncul di balkon kamarnya dengan wajah kusut dan mata sembab.

Kali ini drama apa lagi yang Aiko bawa.

"Kenapa?"

"Mau mogok makan, mau bunuh diri," jawab Aiko singkat nan serius.

Azof menahan kedut di bibirnya.

Kali ini pohon toge mana yang akan Aiko pakai. Selalu saja begitu ancamannya. Azof jadi ingin mencubit bibir bebeknya.

"Kenapa? Bukannya lo udah diizinin pacaran?" Azof menyesap kopinya dengan santai.

"Mereka ga kabulin! Aku mau nikah sama kamu. Titik!"

Azof sontak menyemburkan kopinya dan menatap Aiko kaget. Jelas tidak akan diberi izin, mereka masih bocil. Azof juga belum berpikir sejauh itu.

"Apa? Mau nolak juga?" suara Aiko bergetar dan kedua matanya merebak basah. "Aku mogok makan sampe kamu mau dan papa izinin!" serunya lalu masuk ke kamarnya dengan tangis pecah.

"Astaga, Aiko.." Azof kehabisan kata-kata dengan cegilnya itu.

Ai, Love You (HiatusNungguMood)Where stories live. Discover now