chapter 4

50 35 3
                                    

Pihak sekolah memindahkan Elfi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif lagi. Di rumah sakit itu dilakukan uji lab untuk mengetahui lebih lanjut penyebab Elfi pingsan. Dia masih berada di UGD sampai bisa siuman dan menunggu hasil lab keluar.
"lo ngapain ke sini?" sulut Amar yang baru sampai di depan ruangan UGD, melihat Vandi sudah berada di sana.
"santailah! Gue cuman nungguin tantenya Elfi, sesuai perintah pak Hendri," jawabnya terlihat begitu santai, nampak dia masih duduk di kursi tunggu depan ruangan UGD.
Tanpa kata apapun lagi Amar langsung duduk di samping Vandi sambil celingak-celinguk memastikan sesuatu.
"gue tau lo lagi nutupin sesuatu!" bisiknya tepat ditelinga Vandi.
&&&
Aca terlihat sangat cemas bersama dengan Rara yang menggandeng Hida menuju ke rumah sakit tempat Elfi dirawat. Sambil lalu Hida mengabari Fajri jika putrinya masuk ke rumah sakit saat pingsan di sekolahnya tadi pagi. Setelah sampai di resepsionis mereka diarahkan untuk menuju ke ruang UGD yang ada setelah ujung koridor timur. Saat melewati koridor mereka menemukan percakapan yang cukup penting untuk disimak tanpa diganggu.
"lo gak usah sok tau!"
"heh, lo pikir gue gak curiga apa?" ucapnya cukup keras terdengar. "tiba-tiba lo datang bak pahlawan dengan anak PMR, wush.... bawa tandu lagi."
"hubungannya?"
"ya jelas ada. lo itu pengen jelek-jelekin nama gue kan?"
"picik banget pikiran lo! dua orang itu kini berdiri saling tunjuk. bukannya lo harusnya tau kalo Elfi itu alergi serbuk bunga, dan lo kasih bunga yang penuh serbuk ke dia."
"heh, lo denger ya! Gue udah pesen bunga yang bersih dari serbuk sari dan lo gak usah membalikkan fakta!"
"buat apa gue mencelakai Elfi jika gue cuman pengen balas dendam sama lo?"
"bisa ajah kan lo atau anak buah lo yang lain itu punya niat jahat sama Elfi  karna dia bakal jadi cewek gue, iyakan?"
Plak...plak...plak...
"hebat ya kalian berdua!" seru Aca yang maju dan ambil posisi diantara mereka berdua.
"Ca, ini gak seperti yang lo pikir! Dia-,"
"cukup! Sekarang kalian berdua pergi! Dan jangan pernah muncul lagi depan Elfi!" tegasnya penuh penekanan. Tapi mereka berdua hanya diam seakan ingin memberontak namun tak bisa.
"apa perlu gue panggil satpam?"
"oke!" Vandi pun pergi beranjak menjauh dari Aca dan Amar, dia mendekat ke Rara dan memberikan sebuah map dan tasnya Elfi. Kemudian Amar menyusul pergi ke arah yang berlawanan.
&&&
Keadaan Elfi semakin membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter sorenya. Tapi terlihat wajahnya sedang memikirkan sesuatu dan dia tidak mengutarakan hal itu.
"ada apa?"
"gak papa kok onty," elaknya dengan senyuman.
“kepikiran sama ayah ya?" Elfi mengangguk untuk mengalihkan kebohongannya. "kamu gak perlu kepikiran kek gitu, fokus sama pemulihannya!"
"ayah gak bakal pulang kan?"
“nggak kok, kamu tenang ajah ya!"
Mereka pun membawa Elfi pulang ke rumah, sementara Hida menemani Elfi di rumahnya karena permintaan dari Fajri.
Di kamarnya Elfi duduk bersandar di kasurnya memikirkan omongan Aca dan Hida saat dirumah sakit. Dia teringat satu hal yang tidak mereka ketahui, kejadian di taman.
Flaskback
Sore itu Elfi pergi ke taman membawa berkas yang diminta oleh Pak Hendri untuk pengajuan proposalnya kemarin. Kebetulan asistennya itu tidak jauh rumahnya dengan taman jadi, mereka memutuskan untuk bertemu disana. Namun sebuah kejadian tak terduga adalah dia bertemu dengan panglima perang geng vegas.
"hai," sapa pria yang sebenarnya Elfi tau tapi pura-pura tak tau.
"hey,"
"kamu anak lab jahit kan? Yang waktu itu sempat kesiram minuman dikantin?"
"oh iya."
Elfi sebenarnya sangat canggung untuk berkenalan langsung seperti itu namun takdir mempertemukan mereka dalam kondisi itu. Mereka sedang basa-basi mengenai lingkungan sekolah. Namun tiba-tiba beralih topik.
"kamu kelahiran tanggal berapa?"
"14 Maret, kamu?"
"12 September. kamu pasti suka biru ya?"
"iiihh kok bisa tau gitu?"
"ada deh."
Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke arahnya namun kakinya tergelincir dan jatuh tak jauh dari tempat mereka. Anak itu membawa tiga helai bunya sepatu yang begitu cantik, sayangnya terlempar ke udara karena dia terjatuh. Bunga-bunga itu berhamburan ke arah Elfi, refleks dia menghindar dan jatuh dipelukan Vandi. Sejenak mata mereka saling menatap penuh ketulusan yang begitu aneh rasanya untuk mereka.
"oh, maaf!" Elfi bangkit dan menjauh dari bunga yang berhamburan itu.
"kamu tidak suka bunga?" tanya Vandi gamblang melihat ekspresi dan sikap elfi barusan.
"lebih tepatnya aku alergi serbuk bunga apalagi bunga sepatu dan aku sangat tidak menyukainya," jelasnya penuh harap Vandi akan melakukan suatu hal untuknya.
Benar sekali, Vandi bangkit dan menyingkirkan bunnga-bunga itu dari Elfi dan membantu anak kecil yang terjatuh tadi.
"kamu gak papa kan dek?"
"gak papa kok kak, makasih ya!" ucap anak kecil itu dengan nada yang terdengar sangat menggemaskan. Karena gemas Vandi mengucek rambut anak itu dengan tulus.
"balik lagi sana sama ibunya takut dicariin!"
"oke kakak ganteng!" anak itupun pergi ke arah tadi ia muncul dengan sedikit berlari.
Kemudian Vandi kembali duduk di sebelah Elfi.
Di bawah pohon yang rindang itu ada hal yang tak seharusnya terjadi. Elfi sedikit kesal karena salah satu kekuarangannya itu terlihat oleh seorang Vandi entah kenapa? Pohon itu menjadi saksi bisu akan munculnya hal aneh diantara mereka.
Disisi lain ada yang secara sembunyi-sembunyi memperhatikan dan merekam gerak-gerik mereka berdua. Tak jarang dia mengambil gambar keduanya menggunakan ponselnya. Namun kedua orang itu sama sekali tidak menyadari akan hal itu.
"saya punya rencana bagus pak bos." Lapornya pada orang disebrang sana menggunakan ponselnya.




Duh jahat banget yaaa
Menurut kalian siapa sih dalang masalahnya?

Hmmmm
Yuk mikir sambil staytune yaaa
Author sedang mengebumikan niat malas dan asik

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaa

Terhalang Dendam (Segera Terbit)Where stories live. Discover now