Chapter 9 || Mimisan-Pertemuan ||

96 83 10
                                    

Happy reading•••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading




"Sejahat-jahatnya mereka, aku akan tetap menganggap mereka keluarga."

-Senja Alferinika Laurent-

Aksa segera menarik pergelangan tangan Senja, mereka pergi meninggalkan rumah sakit. Aksa tidak ingin Senja berlarut-larut dalam kesedihan karena ulah mereka, Aksa melirik ke spion motornya, ia melihat Senja menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.Apakah mereka benar-benar melukai fisik dan batin Senja? Itu lah yang di pikirkan Aksa saat ini.

Beberapa saat kemudian, motor yang dikendarainya dan Senja berhenti di sebuah taman. Ya, taman itu adalah, taman favorit Senja. Aksa sengaja membawa ke sini, untuk menenangkan Senja dan melupakan kejadian di rumah sakit tadi.

"Are you okay, Senja?" tanya Aksa pada Senja saat mereka sudah duduk di kursi taman.

"I'm not fine," balas Senja tanpa menatap ke arah Aksa.

"Kenapa mereka tetep jahat sama aku?" cicit Senja mengecilkan suara. Aksa yang mendengar samar ucapan dari Senja barusan.

"Iya, mereka jahat. Tapi jangan sampai kamu membenci mereka ya, Ja?" ucap Aksa dengan suara lembutnya. Ia mengangkat tangannya, dan mulai mengelus lembut rambut milik Senja.

"Sejahat-jahatnya mereka dan seburuk-buruknya mereka, mereka tetap keluarga yang aku punya saat ini. Aku gak pernah benci sedikitpun sama mereka, Kak. Aku hanya berharap, mereka bisa menerimaku seperti dulu," lirih Senja dengan suara purau.

Tanpa ia sadari, dar4h mengalir dari hidung Senja. Aksa yang melihat itu refleks kaget.

"Dar4h!" pekik Aksa kaget. Senja mendongkak ke arah Aksa dengan raut wajah bingung.

"Apa?" tanya Senja bingung.

"Darah di hidung kamu, Senja," ucap Aksa yang mulai mencari sesuatu di sakunya.

Perlahan jari jemari Senja mulai memeriksa hidungnya. Dan benar saja, saat ia melihat darah seg4r yang terus mengalir di hidungnya. Dengan cepat, Aksa segera membersihkan darah Senja dengan sapu tangan miliknya. Senja tidak hanya diam, ia segera mengambil alih sapu tangannya.

Ia membersihkan darah tersebut dengan cepat, sesekali ia mendongakkan kepala ke atas untuk memberhentikan pendarahan di hidungnya.

"Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" tanya Aksa menatap Senja Khawatir.

"Gak usah, aku gak papa! Ini kecapean aja," tolak Senja tanpa menoleh ke arah Aksa.

"Tapi, aku khawatir, Ja. Liat tuh, darahnya gak berhenti-henti," bujuk Aksa tetep kekeh memaksa Senja.

"Senja gak mau, Kak Aksa," tolaknya dengan penuh penekanan.

Aksa menghela nafasnya lelah, jika dirinya terus memaksa Senja, itu tidak akan berhasil. Kekeras kepalaan, membuat dirinya pasrah.

Garis Takdir Senja(ongoing)Where stories live. Discover now