Chapter 3 || Berubah-rasa sakit ||

125 87 9
                                    

Happy Reading •••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading




"Aku yang sudah menganggap dia sebagai perisai pelindungku, aku anggap dia sebagai pahlawanku. Sepertinya, aku harus berjuang tanpa bantuan darinya."

-Senja Alferinika Laurent-

Senja mulai memasuki kelas, ia melihat teman-temannya menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan. Senja tidak suka dengan tatapan teman-temannya, karena tatapan itu persis dengan tatapan yang diberikan Ayah dan Ibunya. Yaitu, tatapan kebencian.

Dari dulu teman-temannya memang membenci Senja, entah apa kesalahan yang diperbuat Senja. Selagi itu tidak merugikan dirinya, ia tidak mempermasalahkan hal itu. Ya, walaupun ada beberapa siswi yang selalu membulinya tanpa sebab. Bisa kita bilang, Senja menjadi pelampiasan emosi mereka.

Senja melirik ke arah remaja laki-laki yang sedang tertawa riang bersama seorang gadis. Bahkan, Senja tidak mengenalnya sekalipun.

"Siapa yang bersama Diksa?" batin Senja menatap mereka dari kejauhan.

"Apa aku samperin mereka aja, ya?" monolog Senja. Kemudian, ia mulai melangkah menghampiri Diksa.

Aldiksa Deoxsam Atlamajaya, seorang remaja pria yang berusia 17 tahun. Orang dimaksud Senja adalah Diksa. Ia menganggap Diksa sebagai perisai pelindungnya, karena ia selalu ada untuknya saat ia butuhkan. Bisa disebut, rumah ke dua baginya yang sangat berharga.

"Diksa," panggil Senja saat sudah dekat dengan Diksa.

Diksa yang terasa namanya terpanggil, ia langsung menoleh ke sumber suara. "Senja?" ucap Diksa pelan.

"Ada apa?" tanya Diksa, ia menatap wajah Senja dengan bingung.

"Enggak ada, aku cuma mau nanya ... emmhh, dia siapa?" tanya Senja ragu-ragu.

Diksa beralih menatap gadis di sampingnya. "Oh, dia Violet, teman masa kecil gue sekaligus pacar," ucap Diksa, Diksa menarik Violet agar berkenalan dengan Senja.

Violet yang sadar akan hal itu, ia langsung menarik tangan senja untuk berjabat tangan. "Gue Violetta Gisyella anasthasya, sahabat sekaligus 'pacarnya Diksa'," ucapnya dengan penekanan di akhir kata, ia tersenyum manis menatap Senja.

Senja membalas Violet dengan senyuman. " Aku Senja," balas Senja singkat.

"Maaf, Ja, kami duluan, ya? Gue mau anter dia ke kepsek," pamit Diksa. Diksa segera pergi menggandengnya Violet tanpa menatap ke arah Senja sedikitpun.

"Tapi .... Sudahlah." Saat Senja ingin mengucapkan sesuatu, ia segera mengurungkan itu semua, karena Diksa sudah lebih dulu meninggalkannya.

Dia menatap sendu Diksa dari kejauhan. Jujur, ia merasakan sakit saat mengetahui Diksa berpacaran dengan sahabat kecilnya itu. Ia menyukai Diksa dari lama, namun sepertinya hal itu harus ia kubur dalam-dalam. Bagaimana pun, ia tidak akan mendapatkan cinta dari Diksa.

Ia menganggap Diksa sebagai pahlawan, ia menganggap Diksa sebagai perisai pelindungnya, sepertinya sekarang hancur. Mungkin setelah ia mempunyai kekasih, Diksa akan lebih fokus pada gadisnya itu.

"Aku yang sudah menganggap dia sebagai perisai pelindungku, aku anggap dia sebagai pahlawanku. Sepertinya, aku harus berjuang tanpa bantuan darinya," batin Senja sendu.

Karena Senja tidak ingin memikirkan hal ini lebih jauh, ia lebih memilih memasuki kelasnya.

Baru saja ia melangkah, seseorang lebih cepat menyeretnya dengan paksa.

"Auhh," rintih Senja.

Bersambung ••••

Jangan lupa vote dan komen !

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komen !

Ig :yummy.sr09
Tiktok :yummy.sr09

Garis Takdir Senja(ongoing)Where stories live. Discover now