Chapter 5 || Sebuah rasa-skors ||

103 83 7
                                    

Happy Reading •••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading




"Orang baru akan kalah dengan orang lama, apalagi dia lebih dari kata sahabat."
-Senja Alferinika Laurent-

Saat ini, Aksa masih setia menemani Senja yang masih terbaring lemah belum sadarkan diri di atas brankar sampai sekarang ini. Aksa meraih tangan Senja dan menggenggamnya dengan erat, ia beralih menatap wajah Senja yang terlihat pucat.

"Lo cewek kuat, Ja," ucap Aksa yang masih setia menatap wajah Senja yang terlihat damai saat menutup matanya.

"Dengan kondisi lo yang begini, buat hati gue sakit, Ja." Aksa menaruh hati dari dulu pada Senja, setiap kali ia melihat Senja diperlakukan tidak baik oleh teman-temanya, membuat ia selalu ingin menolong dan melindungi Senja. Namun, dirinya selalu kalah cepat dengan Diksa. Tetapi, setelah ia mendengar dan melihat kejadian tadi pagi, membuatnya yakin untuk melindungi dan selalu ada di samping Senja setiap saat.

"Ugghh," leguh Senja, Senja mulai membuka matanya secara perlahan.

Aksa yang menyadari hal itu, ia segera bangkit dari duduknya. Ia tersenyum senang saat Senja sudah sadar dari pingsannya.

Senja menatap sekeliling. Seketika tatapanya tertuju pada Aksa yang berada disampingnya dengan menatap dirinya tersenyum. Seketika Senja tersenyum kecut. Ia pikir yang yang berada disebelahnya adalah Diksa, namun dugaannya salah. Yang berada di sampingnya adalah Aksa, kakak kelasnya sekaligus ketua OSIS di sekolahnya

"Aku kira dia Diksa, ternyata bukan," batin Senja sendu.

"Dia benar-benar melupakanku secepat ini, meski dia sering membantuku saat aku membutuhkannya, tetaplah aku hanya orang baru baginya. Orang baru akan kalah dengan orang lama, apalagi dia lebih dari kata sahabat," lanjut Senja membatin.

"Ja, ada yang sakit gak?" tanya Aksa membuyarkan lamunan Senja, yang tadinya ia tersenyum, kini raut wajahnya berubah menjadi khawatir.

Senja menggeleng lemah. " Gak pa-pa, sedikit pusing aja," jawab Senja dengan tersenyum.

Senja menyadari dirinya berada di UKS, Senja merubah posisi berbaring menjadi duduk dengan dibantu Aksa. Senja memegangi kepalanya yang masih pusing.

"Lebih baik kamu istirahat dulu," ujar Aksa menatap Senja khawatir.

Senja menggeleng cepat. "Enggak, kak! Senja harus belajar, apalagi sekarang ada ulangan. Senja harus ikut," ucap Senja, Senja mulai turun dari brankarnya. Saat ini kondisinya masih lemah, membuat Senja kehilangan keseimbangannya. Untung saja Aksa dengan sigap menangkap tubuh Senja.

"Tuh, 'kan! Kondisi kamu masib lemah, Senja."

"Tapi ini ulangan penting bagi nilai Senja, Kak." Aksa terlihat pasrah, ia lebih baik menurut, karena Senja ini agak keras kepala menurutnya.

"Oke, tapi sekarang kamu ganti baju dulu. Karena baju kamu kotor. Dan kamu bisa pakai baju olahraga punyaku dulu," ucap Aksa penuh perhatian.

"Gak perlu, Senja juga bawa baju ganti," ucap Senja.

"Baiklah."

Senja dan Aksa meninggalkan UKS, Senja dibantu oleh Aksa agar dirinya tidak jatuh. Namun saat di lorong, ia berpapasan dengan Hellena, dengan cepat ia meminta bantuan padanya untuk membantu Senja mengganti baju di toilet, sekaligus mengantarkan Senja sampai depan kelas. Ia tahu, Hellena tidak seperti murid lainnya. Ia gadis baik, pendiam, dan tidak terlalu mengikut campuri urusan orang lain.

"Len, tolong bantuin dia, ya?" ucap Aksa menatap Hellena. Hellena menatap keduanya secara bergantian.

"Oke, ayo!" Hellena menyetujuinya, ia meraih tangan Senja dan mulai membantunya.

"Jangan, senja bisa sendiri. Senja gak mau ngerepotin orang lain!" tolak Senja ragu.

"Enggak, Ja! Kondisi kamu kayak gini, gak mungkin bisa sendiri. Toh, Lena aja gak masalah, ya, 'kan?" Hellena menganggukan kepalanya setujunya.

"Lo tenang aja," ujar Hellena dengan senyumannya, membuat Senja terdiam atas perhatian mereka berikan.

"Kalo begitu, gue pamit dulu," pamit Aksa, diangguki keduanya.

"Makasih," lirih Senja pelan hingga tak terdengar oleh Aksa. Aksa mulai meninggalkan mereka. Ia menitipkan Senja terlebih dahulu pada Hellena, karena ia harus rapat di ruang OSIS untuk membahas mengenai hal ini.
*****
Ditempat lain, Alena dengan Ziora berada di ruangan BK. Mereka berdua berada di ruangan BK selama satu jam, karena diceramahi oleh Pak Andi dan Bu Rere selaku penanggung jawab kesiswaan.

"Alena, Ziora, kalian tau letak kesalahan kalian?" tanya Bu Rere menatap mereka intens.

"Ya, kami tahu, Bu!" jawab mereka dengan menunduk.

"Sudah Bapak bilang, berhenti menindas murid di sekolah ini, Alena, Ziora! Apa selama ini hukuman kami berikan kurang berat untuk kalian? Sehingga kalian tidak kapok juga." Pak Andi memijit pelipisnya pusing, dengan kelakuan murid yang satu ini.

Bukan hanya sekali, mereka berdua sering berkali-kali kepergok melakukan penindasan terhadap murid yang lemah. Mereka selalu melakukan kesalahan dan hukuman yang sama. Bahkan, mereka sering keluar masuk ruangan BK, namun mereka tidak kapok juga dengan kelakuan mereka sendiri.

"Untuk 1 minggu ini kalian tidak diizinkan masuk sekolah, yang artinya kalian Bapak skors! Dan jika kalian berbuat seperti ini lagi, Bapak dengan terpaksa ... kalian akan dikeluarkan dari sekolah ...!" jelas Pak Andi, membuat mereka melotot tak percaya.

"Apa? Gak bisa gitu dong, Pak!" pekik mereka berdua.

"Ya, biasalah! Seharusnya kalian sadar, letak kesalahan kalian dimana! Ini tidak sebanding dengan apa yang kalian lakukan selama ini, paham?" lanjut Bu Rere.

"Paham, Bu!" Seketika nyali mereka menciut.

"Sekarang kalian boleh keluar!"

"Kami permisi." Mereka beranjak dari duduknya, dan pergi meninggalkan ruang BK dengan perasaan yang kesal dan dongkol.

Bersambung ••••

Jangan lupa vote dan komen!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komen!

Ig :yummy.sr09
Tiktok: yummy.sr09

Garis Takdir Senja(ongoing)Where stories live. Discover now