Chapter 7 || Hukuman-Cambukan ||

94 85 5
                                    

Happy Reading•••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading




"Orang lain sering menganggapku sebagai anak pembawa sial dan tidak pernah menganggapku ada, aku sendiri pun tidak tau letak kesalahanku sendiri dimana."

-SENJA ALFERINIKA LAURENT-

"Dari mana saja kamu?" tanya Brata menatap Senja dengan sorot mata yang tajam.

Tubuh Senja mulai keringat dingin, apalagi Ayahnya sepertinya marah besar terdapa dirinya. Senja beralih menatap ke arah sang Ibu yang tengah bersidekap dada.

Mereka menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Maaf, Senja telat pulang karena-"

Dengan cepat, Liora memotong ucapan Senja. "Ck, jangan banyak alasan! Kamu di sini bukan siapa-siapa, yang artinya ... bukan berarti bisa pulang ke rumah ini seenaknya!" sarkasnya.

Jantung Senja kembali berdetak tak karuan, entah kenapa ia mempunyai firasat tidak enak. Apalagi tatapan keduanya menatap dirinya dengan tatapan tak bersahabat.

"Sekali lagi, Senja minta maaf. Senja gak akan mengulangi kejadian seprti ini lagi," lirih Senja dengan menundukkan kepalanya.

"Heh, apa maaf bisa diterima? Enggak. Kesalahanmu itu banyak, lebih dari ini!" timpal Brata, Brata mulai berjalan ke arah Senja.

Dirinya mulai meraih lengan Senja dan mencengkramnya dengan kasar. Senja merasakan pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat Brata mencengkramnya dengan kasar.

"Gadis sepertimu tidak akan pernah merasakan hidup tenang!" Brata segera menyeret kasar Senja menuju gudang, dan di susul oleh Liora yang berada di belakang.

Brata menghempaskan Senja dengan kasar, sehingga Senja tersungkur ke lantai. Ringisan tertahan dari mulut Senja.

Brata segera melepaskan sabuk pinggang yang di pakainya. "Terima hukuman dari saya, ini konsekuensi yang kamu terima!" ucapnya dengan tatapan nyalang.

Senja menggeleng lemah. "Jangan, Senja mohon! Jangan lakukan ini lagi, Yah," pinta Senja lemah dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Namun, Brata tidak mendengarkan itu semua, seakan tuli. Hatinya dibutakan dengan dendam dan amarah.

Ctassh!

Suara pecutan, ringisan, dan teriakan menggema di ruangan gudang. Liora yang melihat itu semua, ia tersenyum senang. Dirinya dan Brata sungguh gil4 saat ini.

Di sisi lain, Bi Surti melihat kejadian tersebut di balik tembok yang terhalang lemari. "Ya Allah, ini gimana? Bibi gak tega liat non Senja seperti ini," lirihnya pelan, menatap sendu ke arah Senja.

"Akhh ...!" Senja terus meringis, kala Brata tidak henti-henti memecutnya berkali-kali.

Sakit, itu yang di rasakan Senja saat ini. Wajahnya yang pucat dan badannya penuh dengan keringat dan lebam di mana-mana, rambut coklat menjadi berantakan, dan Seragam yang dikenakannya berubah menjadi merah karena darah segar yang mengalir di luka Senja.

Garis Takdir Senja(ongoing)Where stories live. Discover now