7. kok nyesek..

195 20 9
                                    

Abima keluar dari kelasnya setelah menaruh tasnya di kursi miliknya. Ia berjalan menuju ruang Osis guna membersihkan tempat itu, semenjak jadi ketua Osis Abima jadi lebih sering berangkat pagi, seksi kebersihan Osis justru jarang memperlihatkan keberadaan mereka.

Ia bersenandung kecil sembari membuka kunci pintu ruangan tersebut, dan memasukinya perlahan, tangannya meraih sapu yang tergeletak di ujung ruangan. Dan mulai menyapu lantai ruangan tersebut.

Sesekali Ia bersenandung, terlihat jelas wajahnya tak memperlihatkan keluhan sama sekali, wajar saja, bagi Abima kebersihan itu nomor satu, dilanjut kerapihan, banyak orang menyanjungnya, apalagi guru-guru. Ia dipandang memiliki moral yang tinggi, remaja yang sopan lah yang dipandang.

Ditambah ketampanannya, tak sedikit yang suka padanya, hanya saja Ia tak tertarik dengan percintaan. Yapi baru-baru ini perasaan suka muncul di benaknya.

Gadis urakan yang dikabarkan sering berkelahi itu yang membuatnya jatuh hati, Prisma. Kesan pertama Abima saat melihat Prisma justru baik. Berbeda dengan orang-orang yang memandang Prisma sebelah mata.

Baginya, Prisma ini pemberani, ramah, juga lucu disaat bersamaan. Ah, sepertinya kata lucu kurang cocok. Tapi apapun itu, intinya Abima naksir sama Prisma.

Selesai dengan urusan menyapu, Ia mengecek meja-meja yang biasanya dipakai rapat, ternyata tak kotor. Ia memutuskan kembali ke kelas karena takut bel tiba-tiba berbunyi. Padahal masih ada dua puluh menit.

Ia kemudian berjalan santai menuju kelas. Tetapi Ia dikkejutkan dengan Vito yang tengah memohon kepada kakak kelas yang tetlihat tengah memalaknya.

"Kak, ini buat bayar buku, aku nggak ada duit lagi kak," pintanya melas. Lelaki di depan Vito justru semakin panas.

"LO PIKIR GUE PUNYA DUIT?! MAKANYA GUE MINTA LO!" bentaknya, Vito tersentak, lelaki tinggi itu menarik kerah Vito kemudian.

Abima yang merasa situasi tidak baik-baik saja segera mendekat, Ia akan melerai tak peduli konsekuensi yang akan diterimanya.

Hendak berlari, Ia justru dikejutkan dengan seorang perempuan yang melayangkan tendangannya tepat di pundak si pemalak.

DUAGH!

Abima secara reflek berhenti, dan meringis mendapati si pemalak terjatuh. Prisma lah yang melakukaan itu, gadis dengan jaket berwarna hijau army itu berdiri angkuh di depan orang yang barusan di tendangnya hingga terkapar.

"Lo punya kuping nggak sih? Dia bilang duitnya buat beli buku, Tolol" bentaknya setelah sedikit membungkuk, preman sekolah itu kesal, rahangnya mengeras. Meski dikatai perempuan paling jago bertarung di Rajawali High School, lelaki yang dikenal dengan nama Brando itu mau melawannya, perempuan tetap perempuan. Simpul Brando.

"Nggak usah sok jagoan lo, mentang-mentang diratuin, paling juga dijadiin ratu karena ngelon-"

BUGH!

"MENTAL BACOT BANYAK GAYA!" balasnya, Prisma menjulurkan lidahnya mengejek, Brando semakin memanas, Ia bangkit dengan gertakan pada giginya, pipi dan pinggangnya sakit akibat ulah Prisma.

"Apa? Apa? Mau maju lo? Sini-sini!" tantangnya, Brando kian emosi, hendak melayangkan tinjuan kepada gadis didepannya suara tegas menguasai atensinya. Ia lantas berhenti.

"SEMUANYA BUBAR! Balik ke kelas masing-masing! Lima menit lagi bel." Abima, lelaki itu mendekat setelah sadar kenapa dirinya hanya berdiri diam diujung sana, kerumunan yang menonton pun bubar. Beberapa celaan Abima dapatkan.

"Dasar ketos! Kaku banget lo!"

"Nggak asik lu!"

"Ganggu aja,"

Abima tak menghiraukan cemoohan para siswa resek yang tengah berjalan pergi dari sana, Ia menatap Prisma dengan tatapan khawatir. Tapi sepertinya gadis ini baik-baik saja. Justru Brando yang parah.

"Ngga di apa-apain kan Vit? " tanya Prisma, Abima menatap interaksi keduanya dengan perasaan campur aduk, kenapa jadi sesek begini? Apalagi tatapan Prisma kepada Vito yang terlihat amat dalam.

"Lain kali jangan jalan sendirian, gue kan ada." ujarnya, Vito mengangguk pelan, lalu Prisma menggandeng tangan Vito, hendak menuju kelas. Abima yang melihat keduanya berlalu mendapati sesak didadanya.

Ia seperti diduakan setelah kejadian gulali kemarin, Ia kira kisahnya akan lancar. Abima diam, Ia masih mencerna interaksi antara Prisma dan Vito. Prisma terlihat sangat khawatir pada Vito, sementara Vito yang dapat perlindungan pun sama khawatirnya.

"Apa gue harus jadi lemah biar dilindungin Prisma kayak gitu?" fikirnya, Ia kemudian menggelengkan kepalanya cepat. Ia tak mau terlihat obsesi pada Prisma, cukup jadi dirinya sendiri saja.

Ia kemudian berlalu dari sana, Brando juga sudah dari tadi pergi menuju UKS. Sialan, bisa-bisanya ditendang + dipukul seorang perempuan. Ia akui tendangannya mantap sih, Ia harap pundaknya tak terlalu parah.

"Mau beli buku sekarang apa pas istirahat nanti?" tanya Prisma kepada Vito. Ia kemudian merangkul.pundak Vito, Vito terkejut. Bola matanya membulat. Ia tak pernah bersentuhan dengan lawan jenis seperti ini.

Tapi tenang, Vito sedang menyukai seseorang kok, tapi bukan Prisma.

"Nanti aja," balas Vito kemudian.

"Mau gue temenin?" tanya Prisma, merasa akan menyusahkan si lelaki menggeleng tanda tak usah. Prisma justru tersenyum.

"Daripada dipalak?" nalas Prisma sembari menaik turunkan alisnya, Ia melepas rangkulannya dan mengusap-usap tangan kanannya yang memerah. Vito yang melihatnya pun merasa bersalah.

"Sakit?" tanya Vito, Prisma menggeleng sembari menyembunyikan tangannya.

"Maaf ya,"

"Nggak perlu."

"Ajarin bela diri," celetuk Vito tiba-tiba, Prisma menatap serius lelaki itu, dan berhenti berjalan, Ia kemudian mengambil buku ditasnya. Hari ini dia bawa satu buku yang akan Ia baca ulang kalau bosan di kelas.

"Nih!" ujarnya sembari menyodorkan buku yang sampul depannya hanya setengah, kelihatannya robek.

"Itu buku buat belajar bela diri, ada tata cara boxing sama pencak silat. Tinggal pilih, aslinya dua buku, tapi gue gabungin, didalemnya juga ada cara-cara bertahan diri. Kalau kurang faham sama gerakannya lo liat youtube aja. Nanti gue kirim link nya," jelas Prisma panjang lebar.

Vito menatap buku itu dengan tatapan berbinar, Ia membenarkan kacamatanya sebelum tersenyum. Baru kali ini Prisma melihat Vito tersenyum.

"Makasih, Prisma!" ujar Vito, setelahnya mereka berpisah karena harus mengikuti pelajaran. Bel pun sudah berbunyi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rude Girl X Softboy | 𝗙𝗲𝗺𝗱𝗼𝗺!Where stories live. Discover now