5. baikan

221 25 0
                                    

Prisma melepas jaketnya setelah turun dari motor, dan menentengnya ditangan, berjalan santai menuju kelas. Di perjalanan Ia bertemu Vito yang langsung di hampiri.

"Oi! Pagi Vito~" sapanya dengan sedikit nada, Vito sedikit terkejut, namun menghela nafas lega setelah tau siapa yang barusan mengkagetkannya. Ia kira uang jajannya akan berkurang pada jam pertama.

"Kok diem? Ngga dibales?" tanya Prisma, lalu menyenggol bahu kiri Vito.

"Bales apa?" tanya Vito kembali.

"Sapaan gue," balas Prisma.

"Oh! Iya pagi jugaa!" ujarnya, Prisma gemas. Secara reflek tangannya terangkat ke atas kepala Vito dan mengusak gemas rambut halus milik Vito. Vito membelakkan matanya.

"Kenapa?" tanya Vito setelah menatap lama Prisma yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Kenapa apanya?" tanya balik Prisma, seakan tak faham dengan pertanyaan yang dilontarkan lelaki manis didepannya ini. Ia tahu kok Vito menanyakan hal barusan.

"Kepalaku di elus-elus?" balas Vito kemudian, Prisma menggeleng kecil sembari terkekeh, sebenarnya apa yang lucu? Kenapa Prisma tertawa terus?

Setelahnya Prisma pamit ke kelasnya karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, Ia terkejut karena ketika masuk ke kelas seorang gadis yang selama ini mengganggunya menyapa dirinya dengan baik.

"Akhirnya dateng juga! Pagi Pris." sapa Vanya, sembari melambaikan tangannya ramah, Prisma kebingungan dan berambisi bahwa Vanya mempunyai rencana baru untuk mengganggunya.

"Kesambet setan apa lo? Apa mau ganggu gue dengan cara lain? Gue udah hajar mantan lo njir, kurang baik apa gue??" tanya Prisma bertubi-tubi, Vanya menggeleng ceoat, Sita yang baru saja datang turut bergabung dengan mereka.

"Di SMP kita baik-baik aja loh, kenapa pas SMA jadi begini?" tanya Sita setelah duduk di meja Vanya. Prisma menatap Sita dengan tatapan heran. Alisnya bertaut.

"Maksudnya?" tanya nya tak mengerti, apa maksud dari ucapan Sita barusan. Tapi benar sih, waktu SMP hubungan Prisma, Vanya, juga Sita baik-baik saja. Namun mereka tak begitu dekat.

"Jadi, gue mau minta maaf sama lo, Pris. Alesan dibalik gue ganggu lo selama ini karena gue ngerasa lo ngerebut kasih sayang orang-orang di sekitar gue.. Padahal mereka yang dateng ke lo. Gue bener-bener minta maaf sama kelakuan gue sama lo, dan gue juga bakal ganti rugi sepatu lo yang udah gue rusakin waktu itu, berapa duit??" jelas Vanya panjang lebar. Ia menunduk karena malu.

Kejahatan yang sudah dilakukan Vanya pada Prisma bukanlah apa-apa kalau dibandingkan kejahatan orangtua Prisma padanya, jadi Prisma tak menganggap hal ini serius. Tapi tidak dengan sepatu Converse asli yang di sobek menggunakan silet tajam oleh Vanya beberapa pekan yang lalu.

Prisma menyebutkan nominal yang harus diganti oleh Vanya, dan saat itu jugaa Vanya mengirim uang ke rekening Prisma. Prisma tersenyum lebar dan berterimakasih.

"Makasih. Aniway, maksudnya kasih sayang yang gue rebut itu apa? Mungkin dengan gue tau, gue bisa bantu lurusin." tanya Prisma setelah menaruh tasnya.

"Lo temenan sama Jared kan? Dia sahabat gue dari orok, tapi semenjak dia kenal lo, setiap gue ajak main dia selalu nolak karena lagi sama lo," balas Vanya, Prisma mengangguk-angguk berkali-kali menandakan Ia tengah mendnegarkan dengan serius.

"Lo tau Laut kan? Kakel kita?" tanya Vanya, Prisma mengangguk sebagai balasan.

"He's my brother. Semenjak dia kenal lo dia jadi jarang ngomong sama gue, dan setiap dimintain tolong beliin sesuatu dikantin katanya lagi sama lo," ucap Vanya, duh! Prisma bingung setengah mampus. Ia menggaruk leher belakangnya yang tak gatal. Sebenarnya yang membuat Jared maupun Laut mendekat padanya itu apa sih?

Sampai Jared dan Laut nyuekin Vanya cuma karena dia? Prisma merasa seperti seorang Pick Me kalau seperti ini. Dia merasa bersalah pada Vanya.

"Mereka suka sama lo, Pris." celetuk Sita tiba-tiba, Vanya pun setuju lalu mengangguk mengiyakan ucapan Sita barusan.

"Apaan dah? Mereka suka gue? Yang disukain apanya anjir? Kalau dibandingin sama Vanya juga kalah telak gue." balas Prisma. Prisma memang menganggap dirinya snediri tidak cantik, lalu mau dibandingkan dengan Vanya yang skincare nya mahal-mahal?

Tapi meski tak begitu bersinar, Prisma cukup berkarisma. Ia juga pintar berolahraga. Terlebih di futsal, orang-orang jadi suka padanya setelah bertanding futsal dan menjadi penggendong Team.

"Lo cukup menarik buat mereka, Pris." ujar Vanya. Ia kemudian menunduk menatap lantai kelas dengan tatapan nanar.

"Gue apa? Gue cuma beban buat mereka, cewek yang nggak bisa ngapa-ngapain dan manja. Nggak kayak lo, lo mandiri. Dan bisa ngapa-ngapain sendiri," imbuhnya, kini suara Vanya lebih pelan dari sebelumnya. Prisma mendekat. Lalu mengelus kedua bahu Vanya. Vanya mendongak.

"Gue bakal bicarain baik-baik sama mereka. Mereka juga bukan tipe gue kok," ujar Prisma. Vanya menatap Prisma dengan tatapan bersahabat.

"Gue nggak diajak nih?" celetuk Sita, Prisma terkekeh. Disusul Vanya yang mencubit gemas lengan Sita sambil tersenyum.

Prisma menarik kembali tangannya.

"Thanks," finis Vanya sebelum bel berbunyi tepat setelah mereka mengobrol.

Rude Girl X Softboy | 𝗙𝗲𝗺𝗱𝗼𝗺!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora