"Selesai" ucap Jasmine sambil tersenyum di depan cermin melihat hasil karyanya semdiri.

Jasmine melangka pelan membawa 4 gelas berisi teh hangat menuju ruang tamunya, disana Gus Agam serta Abah dan Ummah duduk menunggu, Gus Agam sempat tercengah melihat sosok Jasmine menggunakan hijab, ini adalah kedua kalinya Jasmine berhasil membuat Gus Agam.

"Silakan" ucap Jasmine sambil menyuguhkan gelas berisi teh hangat.

Setelah keheningan cukup lama, Gus Agam membuka pembicaraan.

"Jasmine kedatangan saya kesini adalah menepati janji saya dua bulan yang lalu, maaf kiranya jika kedatangan saya ini sedikit terlambat" Gus Agam berucap dengan tetap menjaga padangan pada sosok Jasmine yang membuat hatinya bergetar hebat.

"Iya tidak apa-apa Gus, saya bahkan sudah melupakan itu, karena saya merasa tidak........." ucapan Jasmine terpotong.

"Tidak Jasmine saya tidak perna melupakan janji saya, dan saya tidak mungkin mengingkari janji yang sudah saya ucapkan, soalnya pantas atau tidak pantasnya jangan ucapkan lagi" Gus Agam berucap dengan tegas.

"Jadi bagaimana Jasmine apakah kamu siap untuk menjadi istri seorang Gus?" tanya Ummah Maryam dengan intonasi sedikit menekan.

"Maafkan saya Ummah, jika saya lancang mengucapkan ini, saya siap menjadi istri Gus Agam dan saya akan berusaha untuk memperbaiki diri saya sampai benar-benar pantas dikatakan sebagai istri seorang Gus" Jasmine tertunduk mengucapkan kalimat yang entah darimana bisa keluar dari mulutnya, meski dalam hati dia memaki diri sendiri karena ucapkan yang dia ucapkan.

Gus Agam yang mendengar jawaban Jasmine tersenyum sendiri.

"Huft, baiklah kalau begitu, kamu bersiap lah Jasmine akad nikahmu dengan Agam akan dilakukan segera, karena kebaikan sebaik-baiknya adalah disegerakan" Abah berucap dengan berat.

Jasmine menatap kedua orang tua Gus Agam, mata kedua orang tua itu jelas tidak bisa bohong bahwa mereka tidak setuju dengan lamaran ini, namun dapat Jasmine pastikan pula bahwa tatapan Gus Agam yang penuh keyakinan dapat mengalahkan keraguan kedua orang tuanya.

"Kalau begitu kita pamit ya, Ummah rasa sudah cukup, Jasmine menerima lamaran kita, jadi selebihnya kita tinggal menentukan tanggal baik untuk akad kalian" ucap Ummah yang terlihat jelas tidak betah berlama-lama di rumah Jasmine.

"Baiklah, sebelum itu boleh kirainya saya menyimpan nomor anda Jasmine agar komunikasi kita lebih mudah" Gus Agam menyodorkan ponselnya yang sudah menampilkan susunan angka dilayar.

"Oh baik" Jasmine meraih ponsel itu dan mengetik nomor teleponnya.

Setelah mengembalikan ponsel Gus Agam, tamu yang duduk tidak sampai satu jam itu beranjak dari duduknya dan segera berpamitan.

***

"Agam yang jelas saja kamu mau menikahi wanita seperti itu, lihat saya pas kita pertama datang, astagfirullah pakaiannya bener-bener enggak bener" oceh Ummah Maryam di dalam mobil.

Gus Agam yang mendengar ocehan Ummahnya hanya terdiam sambil fokus menyetir mobil.

"Sudahlah Ummah, itu pilihan putramu juga, lagian tadi langsung ganti baju juga kan" Abah berusaha menenangkan istrinya, hati kecil Abah sudah mulai melembut, entah karena rasa iba atau bagaimana sejak melihat langsung sosok Jasmine, Abah seperti paham bagaimana perasaan Agam putranya ingin menyelamatkan wanita itu.

"Abah kenapa ikut-ikutan Agam sih bela wanita itu" Ummah cemberut tidak terima dengan jawab suaminya.

"Justru karena dia wanita seperti itu Ummah, makanya Agam mau membimbingnya, Ummah banyangi jika Agam berhasil mengubahnya bukankah itu akan menjadi ladang pahala untuk Agam" ucap Gus Agam sedikit berani karena merasa restu telah diberikan oleh Abahnya.

"Ah sudahlah terserah kalian anak sama Abah, sama aja, sama-sama bikin kesel" ucap Ummah sambil membuang muka memandang jalan layar.

Disisi lain Jasmine duduk termenung, matanya fokus memandang amplop putih yang tertinggal di tempat duduk Gus Agam, amplop itu berisi beberapa lembar uang rupiah dan secarik kertas.

Assalamualaikum Jasmine yang Insya Allah akan menjadi Istri saya kelak

Maaf jika lancang memberikan anda uang ini, namun mohon pemberian saya ini diterima, saya berharap pemberian saya ini bisa anda gunakan sebaik-baiknya untuk membeli pakaian yang disukai Ummah saya, sekali lagi mohon di terima agar dipertemuan kita selanjutnya Ummah tidak lagi membuang muka dari anda, terima kasih.

Waasalamualaikum

Jasmine mengukir senyum tipis dibibirnya, dia juga merasa malu, namun laki-laki itu sungguh menghormati dan berusaha melindunginya bahkan dari pandangan Ummahnya sendiri.

***

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now