Possessive Boss - 14

204 40 0
                                    

Kemarin adalah hari yang memalukan di mana aku dituduh Ricky sengaja menariknya agar jatuh tepat di atas tubuhku. Emang ya, bos yang satu itu sintingnya luar biasa! Sejak kapan aku punya niatan jahat buat menjebak dia? Sejak kapan tolong jawab?! Bukannya dia yang selalu punya niat buruk buat menjebak aku termasuk menjebakku sebagai ibu Elsa.

Entah kenapa dia menyuruhku ke ruangan rapat. Dan hanya ada kami berdua aja. Sekarang dia lagi natep aku dengan tatapan mengintimidasi. Please, aku Cuma mau bekerja di sini bukan jadi objek perhatiannya.

"Kenapa sih kamu harus lakuin itu?"

Aku menatapnya heran. Lakuin apa maksudnya?

"Maksud Pak Ricky?"

"Iya, yang kemaren itu. Kenapa kamu mesti menarik saya. Kamu pengen Karina dan Shopia tahu kalau saya tuh mau ngapa-ngapain kamu begitu? Di sana ada Elsa. Elsa pasti cerita ke neneknya. Seharusnya, saya tahu kalau kamu emang punya niatan buruk sama saya sejak kamu ngajakin saya ke kamar."

Dia nyerocos aja! Mukanya dibuat sok sedih. Jujur, aku bingung banget sama tuduhannya. Jelas-jelas aku mau jatuh karena nabrak kaki ranjang. Aku narik kemejanya karena nggak ada lagi sesuatu yang bisa ditarik hingga aku nggak jatuh. Tapi, sialannya dia malah ikutan jatuh.

Ibu Peri tolong sadarkan Ricky kalau aku nggak semurahan itu buat menjebaknya.

"Kamu tahu Shopia kaya gimana kan? Dia pasti nyebarin ini semua di kantor."

"Shopia bukan Mitha atau Novi ya, Pak, yang apa-apa disebarin ke orang kantor. Udahlah. Saya mau kerja. Capek dengerin Pak Ricky ngomel terus." Aku berdiri dan hendak meninggalkan ruang rapat tapi saat aku membuka pintu... pintunya terkunci.

Aku menoleh ke arah Ricky yang tiba-tiba berada di belakangku.

"Cari ini?" dia mengangkat tangannya.

Aku mencoba meraih kunci di tangannya tapi dia malah menghindar.

"Pak, saya mau kembali ke ruangan." Aku protes. Tapi, keprotesanku nggak digubris sama sekali sama Ricky.

"Nggak boleh sebelum kamu jujur sama saya."

"Jujur tentang apa?"

"Kemarin."

"Saya mau jatuh, Pak. Saya nggak sengaja narik Pak Ricky. Saya melakukan itu biar nggak jatuh. Tapi, malah Pak Ricky ikutan jatuh."

"Kamu narik saya kenceng banget loh tadi."

Aku merasa tensiku naik. "Terus Pak Ricky maunya apa? Saya udah jawab dengan jujur. Lagian ngapain sih saya menjebak Pak Ricky segala, orang Pak Ricky aja suka banget nempel-nempel sama saya."

"Apa kamu bilang? Sejak kapan saya suka nempel-nempel sama kamu?"

"Coba deh tanya semua orang di kantor ini, Pak Ricky ini deket banget sama saya sampai-sampai semua orang di kantor pada nyangka kalau saya ini gampangan. Dan saya nelen semua label dari orang kantor sekian lamanya. Belum lagi Mitha, Novi dan Dhea yang jelas-jelas nggak suka sama saya."

Akhirnya aku bisa mengeluarkan semua uneg-uneg.

Ricky terdiam. Dia hanya menatapku tanpa sepatah kata pun.

Melihat Ricky lengah, aku langsung mengambil kunci pintu dan secepat mungkin membuka pintunya namun, sial, Ricky mencoba mengambil kuncinya dengan posisi tangannya yang seperti memelukku dari belakang.

Tepat pada saat aku berhasil membuka kunci pintu Dhea berdiri di depan pintu. Dan posisi tangan Pak Ricky masih berada di tanganku.

Aku terdiam beberapa saat saking terkejutnya melihat Dhea yang ada di depan pintu. Sejak kapan dia ada di sana?

Ricky melepaskan tangannya dari tanganku. Dia membenarkan jasnya. Aku berlalu pergi meninggalkan Ricky dan Dhea.

***

Author Pov

"Apa yang baru aja kamu lakuin sama Davina?" Tanya Dhea dengan raut wajah kesal, cemburu dan marah.

"Bukan urusanmu." Jawab Ricky ringkas.

"Kamu calon suamiku."

Mata Ricky menyipit. "Sejak kapan aku jadi calon suamimu?" Ricky tidak suka dengan keputusan sepihak ini. Bisa-bisanya Dhea bilang kalau Ricky adalah calon suaminya.

"Sejak aku setuju untuk dijodohkan denganmu."

"Tapi, aku nggak pernah setuju dengan perjodohan itu."

"Aku selalu dapetin apa yang aku mau, Rick."

"Tapi nggak dengan aku."

***

Possesive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang