02. Akhir dari hubungan

11 2 0
                                    

Azelia kembali menatap Michelle kemudian berkata. "Kamu diem di sini ya, aku mau ada perlu sama Bryan. Pokonya kalo aku di apa-apain sama dia kamu diem, jangan keluar."

Michelle mengernyitkan dahinya bingung. "Kamu kenapa lagi? pasti ada sesuatu ya yang buat kamu gak nyaman?"

Azelia tersenyum hangat berusaha meyakinkan Michelle bahwa dirinya baik-baik saja. "Nggak Chell, ada hal yang perlu dibicarain aja."

Setelah mengatakan hal itu Azelia segera menuruni mobilnya berjalan menghampiri Bryan meninggalkan Michelle yang masih kebingung. Ada rasa sedikit khawatir pada gadis itu.

Dilihatnya wajah Bryan yang semula nampak riang kini berubah menjadi masam ketika menyadari kehadiran Azelia.

"Lo ngapain di sini?" tanya Bryan seakan tak suka melihat keberadaan gadis itu.

"Sana pulang!" usirnya tegas.

Azelia tersenyum getir kala mengingat perlakuan buruk Bryan padanya akhir-akhir ini.

"Aku cuma mau bilang maaf." Kini Azelia yang bersua.

"Udah sana pergi, lo di sini cuma ngeganggu tau gak?!"

"Jadi kita selesai ya?" celetuk Azelia tiba-tiba berusaha menegarkan hatinya.

Bryan tersenyum smirk lalu membawa Azelia pergi menjauh dari kerumunan kemudian dengan tiba-tiba mencengkram kedua pipi gadis itu cukup kuat membuat Azelia kaget bukan main.

"Iya, kita selesai!" pupus Bryan.

Wajah gadis itu tertoleh ke samping ketika Bryan melepas kasar cengkraman pada kedua pipinya.

Azelia menatap lelaki itu dengan sorot mata kecewa sekaligus marah. Ia tak pernah menduga jika lelaki itu akan bermain fisik padanya.

"Kita udah gak ada hubungan apapun lagi, jadi lo stop ganggu gue, ngerti?"

Azelia tertawa renyah meratapi nasibnya yang nampak menyedihkan. Ia kasihan dengan dirinya sendiri yang belum juga bisa menemukan lelaki yang tepat. Bryan bukanlah sosok lelaki sebaik yang ia kira. Ternyata ia salah menilainya.

Sepertinya ini salahnya. Tak seharusnya ia berekspektasi tinggi terhadap sosok lelaki bernama Bryan.

Tanpa mau mengatakan sepatah katapun lagi Azelia langsung berlalu pergi dari sana meninggalkan Bryan yang kini berdiam diri mematung di tempatnya seraya menatap punggung Azelia yang semakin lama semakin menjauh.

Tak lama Azelia kembali memasuki mobilnya dengan membawa chicken yang sempat ia beli tadi.

"Zel? Pipi kamu?" lirih Michelle yang memang sedari tadi menyaksikan interaksi Azelia juga Bryan barusan.

Ia awalnya memang terpancing emosi. Namun ia berusaha untuk menahan diri agar tidak keluar dari dalam mobil. Ia hanya ingin memberi waktu Azelia dengan Bryan. Sepertinya mereka baru saja mengakhiri hubungannya.

Azelia tersenyum tipis seolah mengerti apa yang Michelle pikirkan. "Aku gakpapa."

"Ini gak bakal membekas lama, aku udah akhirin hubungan aku sama dia, Chel. Aku malah lebih ke ilfiel sama dia. Aku gak nyangka aja dia bakalan sekasar itu sama aku," jelas Azelia membuat Michelle jadi merasa tak tega dengannya.

"Oke kalo kamu emang ilfiel sama dia Zel, tapi kamu juga pasti ngerasa sakit. Kamu gak usah pake topeng ya kalo sama aku atau sama yang lain. Kamu gak sendiri kok, kamu masih punya kita yang bakalan selalu ada buat kamu," ujar Michelle berusaha menenangkan gadis itu.

Azelia tersenyum haru. Ia merasa beruntung sekali memiliki teman-teman yang selalu ada untuknya juga susah senang bersama.

"Makasih ya." Hanya itu yang bisa Azelia ucapkan sekarang. Ia tak tahu bagaimana harus berterimakasih kasih dengan cara apa lagi.

"Kita mampir dulu ke rumah Bryan ya."

Michelle mengangguk paham. "Iyaa ayo."

"Mau aku aja yang nyetir?" tawar Michelle dibalas gelengan kepala oleh Azelia.

"Gakpapa, aku gak selemah itu, Chel."

Michelle terkekeh geli. "Yauda buruu!"

Azelia kembali melajukan mobilnya menuju tempat tujuan tepatnya menuju rumah Bryan. Ia sengaja membeli chicken untuk Bryan. Nampaknya sedari tadi Bryan belum makan apapun, terlihat dari wajahnya yang pucat pasi.

Setibanya di sana Azelia dan Michelle langsung turun dari mobil berjalan menghampiri seorang wanita yang tengah duduk di teras rumah.

"Mama," sapa Azelia langsung dibalas seruan dari wanita itu. Mawar selaku nenek dari Bryan yang memang sudah Bryan anggap sebagai ibunya karena Mawarlah yang sedari dulu merawatnya. Jika ditanya ke mana perginya ibu kandung Bryan, jawabannya tentu saja ibunya meninggal saat pemuda itu berusia 11 tahun.

Melihat kehadiran Azelia sontak membuat mawar langsung berdiri menatapnya mata yang penuh binar.

"Cantiknya Mama! Kamu kok baru ke sini sih?" seru mawar.

"Maaf, Ma. Azel akhir-akhir ini tuh sibuk sama kegiatan sekolah jadi gak sempet ke sini," ujar Azelia seadanya.

"Ya sudah gakpapa, eh ini temen kamu yaa?" Mawar beralih menatap Michelle dengan tersenyum.

"Namanya siapa?"

Michelle pun maju mempekenalkan dirinya. "Saya Michelle, Bu. Temannya Azel."

"Cantik yaa, sopan lagi. Ayo sini kalian masuk dulu."

Azelia tersenyum hangat. "Gakpapa, Ma. Kita di sini gak lama kok," tolaknya halus.

"Azel cuma mau nganterin ini, tadi Bryan nitip chicken kebetulan Azel lagi di luar jalan-jalan sama Michelle," alibinya.

"Oalaa begitu ya," sahut wanita cantik itu seraya mengambil alih kantung plastik itu dari tangan Azelia.

"Ya udah kalo gitu Azel sama temen Azel pamit dulu ya, Ma," seru Azelia kemudian berlalu pergi bersama Michelle dari sana kembali menaiki mobil.

"Hati-hati!" seru wanita itu.

Azelia tersenyum getir. Sepertinya ini pertemuan terakhirnya dengan wanita cantik itu. Wanita baik dan penyayang yang notabenya ibu dari Bryan.

TBC

kiw sambil diputer lagunya yaw biar lebi kerasa feel nya hihi><

DIFFERENCE Where stories live. Discover now