Chapter 1 (Kenyataan Pahit)

2.2K 110 5
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.

Yim melihat jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari, namun Tutor belum juga pulang. Belakangan ini suaminya memang bertingkah aneh, mereka sudah tak makan malam bersama lagi, dia juga jarang kembali kerumah. Yim tau sesuatu pasti sudah terjadi. Ia menghubungi nomor Tutor namun selalu diabaikan, pria itu tak menganggkat telfonnya.

Yim nampak frustasi, ia sudah mengorbankan segalanya termasuk masa mudanya demi menikahi kekasihnya yang kini tak menganggapnya lagi. Ia ingin menyesal namun sudah sangat terlambat, kini ia hanya bisa mempertahankan keluarga mereka.

.
.

"Ibumu bilang kau akan menceraikannya?" tanya Key pada Tutor yang saat ini duduk diam didalam ruang kerjanya, ia tak pulang dan memilih dikantor saja

"yang aku bingung Key, kenapa kau bisa-bisanya sampai disini" heran Tutor

"kau jawab aku"

"ya aku akan menceraikannya, kau puas?"

"aku menunggu, aku tak mau anak kita lahir dengan statusmu masih sebagai suami orang"

"itu salahmu"

"salahku? Ingat? Kau meniduriku. Tapi ini bukan masalahkan? Orang tuamu lebih menyetujui aku dari pada istrimu yang tak jelas asal usulnya itu. Ibumu bahkan sampai memohon agar kau pisah darinya"

"diam Key, kau berisik"

"sayang, aku tak mau menjadi yang kedua, aku tak mau jadi selingkuhan, aku mau jadi yang utama dan semua harus tau aku adalah istri Tutor Lamnoi" ucap Key berjalan memeluk tubuh Tutor dari arah belakang, Tutor tak bergeming ia mengambil handphonenya saat Ibunya menelfon dan memintanya untuk segera bertemu.

.
.

Yim terbagun saat bayi kecilnya yang masih berusia dua bulan itu menangis. Ia berusaha menenagkannya. Ia kembali melihat jam, sudah jam tujuh pagi namun Tutor masih belum pulang. Seharusnya dulu ia tak melanjutkan pernikahan tanpa restu ini. Harusnya ia lebih tau diri sejak awal. Saat bayinya tenang, ia mendengar langkah kaki menuju kamar, dan pintu kamar terbuka menampakan pria yang sangat ia rindukan.

"Tutor..." Yim mendekat dan akan menyentuh tangannya, namun Tutor menjauhkan tangannya hingga Yim berhenti

"ada apa? Kenapa kau berubah sekarang?" tanya Yim, wajahnya nampak kacau saking frustasinya dia

"tidak ada yang berubah Yim, aku menyadari bahwa sejak awal semua ini salah" jawab Tutor membuat air mata yang sedari tadi Yim tahan terjatuh dikedua pipi pucatnya

"aku tak mengert....."

"jangan berpura-pura lagi Yim, aku tau kau sudah tau semuanya tentang aku dan Key, dan semua itu benar. Bila kau terus bertahan seperti ini, kau hanya akan makin terluka" Tutor memotong ucapan Yim

"apa kita tidak bisa memperbaiki semuanya lagi dari awal? Aku mohon, aku tidak masalah, tanpa kau minta maafpun, aku tidak peduli. Kita mulai lagi dari awal" Yim mengeleng pelan memohon sambil menarik tangan kanan Tutor

"pernikahan kita ini seperti hubungan yang tersembunyi, karena statusku yang harus dilindungi dari public maka pernikahan kita tidak ada yang tau, walau pernikahan kita ini sah tapi kita tak bisa seperti keluarga pada umumnya" jelas Tutor

"karena kau berasal dari keluarga pembisnis besar? Keluarga kaya raya hingga kau malu menikahi orang miskin sepertiku?" tanya Yim terluka

"aku hanya ingin punya keluarga normal seperti yang lainnya Yim" ucap Tutor menghancurkan semua harapan Yim, berlahan tangan putihnya terlepas dari tangan pria itu

"lalu....lalu bagaimana dengan anak kita? Bagaimana dengan Teetee?" tanya Yim menoleh melihat bayinya yang bahkan baru berusia dua bulan

"Aku harus jujur padamu, Key juga sedang mengandung anakku" bukannya menjawab Tutor malah memberikan sebuah kenyataan yang begitu membuatnya hancur

"Kita anggap saja hubungan kita tidak pernah ada, aku sungguh ingin memiliki keluarga normal dengan Key dengan bayi kami" ucap Tutor meletakkan surat cerai yang ia bawa ditangan kirinya diatas meja

"bayi kalian? bagaimana dengan anak kita! Bagaimana dengan Teetee! Apa kau benar-benar seberengsek ini?! Sialan! Bagaimana ketika ia besar dan menanyakan ayahnya? Kau kira semudah itu mengakhiri sebuah hubungan!?" kesal Yim, ia nampak frustasi hingga mendorong Tutor

"ketika ia bertanya, katakan saja bahwa ia tak memiliki ayah" jawab Tutor bahkan jawaban yang tak pernah Yim bayangkan, Yim terdiam sejenak, dengan menahan kesedihan yang teramat sangat, juga kekecewaan, ia berusaha tegar dan menganggkat dagunya lalu ia mengangguk mengerti.

Ucapan Tutor sangat menyakitinya, ia menghapus air matanya dengan kasar, kaki putihnya berjalan mengambil sebuah pena, lalu tanpa ragu ia menandatangi surat cerai itu, bahkan ia mengigit ibu jarinya dan memberikan stempel dengan darahnya sendiri hingga Tutor terkejut saat Yim kembali menatapnya dengan tatapan berbeda

"aku menyesal tidak pernah mendegar nasehat ibuku, harusnya aku lebih mengejar cita-citaku dibandingakan menikah dengan iblis sepertimu. Tapi aku tidak menyesali kelahiran Teetee, seperti ucapanmu. Kau bebas sekarang, lakukan apapun yang kau mau" lalu melemparkan surat cerai dan cicnin pernikahan mereka kewajah Tutor

"aku bersumpah dengan darahku yang ada disurat itu, aku tak akan pernah menganggu keluarga bahagia impianmu" lanjut Yim, ia menoleh berjalan kearah bayinya yang terus menangis seolah tau bahwa orang tuanya sedang tidak baik-baik saja. Yim mengendong Teetee lalu melewati bahu Tutor untuk pergi dari sana, toh mereka telah diusir.

.
.
.

Seminggu telah berlalu, dan selama itu pula Yim nampak frustasi hingga ibunya sangat khawatir, tidak ada pilihan lain, Yim harus kembali kerumah ibunya. Saking stresnya, ia bahkan tak bisa mengurus Teetee, ia hanya mengurung diri dan menangis. Ia tak pernah membayangkan hidupnya akan sehancur ini. Seluruh artikel memberitakan penikahan Tutor dan Key tanpa tau masalah mereka seolah-seolah itu adalah pernikahan pertama Tutor dan belum memiliki seorang putra. Yim tersenyum ketir, ia sadar bahwa ia tak bisa seperti ini terus, atau anaknya juga akan ikut menderita.

Mustahil bila bisa melupakan kesedihan ini dengan mudah, tetapi Yim sekali lagi tidak punya pilihan lain, walau rasanya ia sudah ingin mati, dan ingin mengakhiri hidupnya saja tetapi setiap kali mendengar Teetee yang menangis seolah memanggilnya, membuatnya kembali bangun dari keterpurukan.

Yim berdiri dan berjalan seolah menyeret tubuhnya kearah bayi yang sedang tertidur, Yim tersenyum dibibir pucatnya saat melihat bayi lucu itu bak malaikat menangkan hatinya. Ia tak hidup sendiri, ia masih memiliki Teetee.

"Maafkan ibu membuatmu berada dalam keadaan ini, tapi tidak apa-apa Tee, kita tidak akan mati walau hanya hidup berdua"

.
.

Tbc

Berikan vote :')

Dad, Do You Hate Me? (TutorYim) Where stories live. Discover now