#Extra capter : Promnight band

268 9 1
                                    

Halo semuanya. Gimana nih kabarnya?? Aku bikin extra part hehe. Semoga suka ya. Sebelumnya jangan lupa pencet bintangnya. Kesan pesannya juga di kolom komentar.

Seja berjalan beriringan bersama Zoa, teman satu kelasnya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Seja berjalan beriringan bersama Zoa, teman satu kelasnya. Rencananya, mereka akan pergi ke koprasi untuk membeli bulpoint, mengingat masing-masing dari mereka kehabisan alat tulis tersebut.

Saat berbincang ria, pandangan mereka teralihkan pada satu ruangan yang dimana mereka menemukan satu siswi duduk didalam sana seorang diri memainkan sebuah alat musik kalimba. Jelas hal itu membuat perhatian keduanya teralihkan karena siswi itu jelas mereka kenal, walau tidak akrab. Akhirnya, mereka pun berjalan masuk ke ruangan tersebut, menyapanya.

"Halo, Liza. Sendirian aja, nih?" sapa Zoa membuat siswi itu langsung menoleh.

"Sendirian, lah. Maklum, joml—eh, istri Jaemin, ding."

"Halu aja, teros. Yang nyata gak dianggep," sindir Seja menyandarkan punggungnya ditembok.

"Nah, iya. Yang temen voli kalian yang bawa kamera terus, itu. Udah ganteng, tinggi, tuturnya lembut, tipe gue banget. Sayang beda agama." Zoa membenarkan.

Seja mendengus. "Kalau pun seagama, belum tentu bisa dapetin dia juga kali, Wa. Cintanya dia udah mentok diLiza," ucapnya menggoda siswi bernama Liza itu.

Tampak Liza menghela napasnya sambil memijat pelipisnya. "Please, gue capek dengerin orang-orang bawa-bawa Ganta mulu. Pergi sana, kalian berdua! Ganggu gue menyendiri, aja."

"Btw, Ghani kemana, Za? Kok, gak bareng, lo?"

"Tanyalah pacarnya. Kenapa tanya gue? Mana lah, saya gue tau."

Seja dan Liza melirik Zoa yang sibuk mengetik sesuatu dilayar ponselnya. Menyadari tatapan itu, Zoa celingak-celinguk memastikan tatapan itu memang ditujukan untuknya. "Gue emang pacarnya, tapi lo Ratunya, Mbak Ija-nya Ghastan, Ghani," balasnya acuh.

"Pengawal gue tumbang satu. Maybe, Ghani izin jenguk?"

"Enggak, tadi dia masuk, kok, " jawab Seja.

"Sama adeknya, kali." Liza beralih kembali memainkan Kalimbanya.

Mengingat jarang-jarang Seja dan Zoa masuk ke ruang musik, mereka penasaran dengan benda-benda yang berada di sana. Masing-masing dari mereka berjalan menelusuri setiap alat musik yang tergeletak.

"Sepertinya selama lo sekolah disini hanya tempat ini yang lo datengin, Za," ujar Zoa menyentuh debu yang menempel dikaca sebuah lemari.

"Ngawur, gue juga pergi ke Masjid ya, Markonah."

"Tapi, lo banyak menghabiskan waktu disini, kan?"

"Karena kebetulan kelas gue deket. Makanya, gue main kesini."

"Orang pada istirahatnya ke kantin. Lah ini ke ruang musik," celetuk Seja mengcibir.

"Komen mulu, mulut netizen. Suka-suka gue, lah. Bawa bekel sendiri, ngapain ke kantin? Hemat, cuy."

ZORAN [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant