5 Mother's Call

887 80 5
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my sister...!!!

Ariana update lagi hari ini.. Yayy!!!! Tolong VOTE nya ya teman-teman 😊

Sekarang langsung aja masuk ke ceritanya. Hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading.

*
*
*

Satu tahun kemudian.

Perkataan kakek Aryo rupanya tidak main-main. Ariana langsung masuk kantor perusahaan sang kakek tepat keesokan hari setelah percakapannya dengan kakeknya. Saat itu ia sangat gugup dan bingung ketika diperkenalkan langsung oleh sang kakek di perusahaan. Meskipun dirinya pegawai baru, tapi kakek langsung memberikannya posisi sebagai manajer. Hal itu sudah pasti mengundang keirian para karyawan yang sudah lama bekerja di sana. Apalagi statusnya sebagai cucu pemilik perusahaan membuat beberapa orang mencibirnya yang masuk lewat jalur orang dalam.

Untungnya otoritas sang kakek membuat Ariana tidak perlu menghadapi drama per-iri-dengkian. Belum lagi Jovan yang saat ini menjabat sebagai manajer umum selalu men-support Ariana. Adiknya selalu membantu Ariana saat sang kakak menghadapi kesulitan baik dari segi pekerjaan atau dari lingkungan pekerjaannya. Karena jujur saja selama menjabat sebagai manajer hukum di perusahaan sang kakek, Ariana selalu menemukan berbagai macam masalah, mulai dari karyawan yang bermasalah, aturan yang dimanipulasi, sampai bawahan yang selalu memandangnya penuh iri dengki.

Satu hal lagi, Ariana sangat tidak memahami kenapa sekretaris Jovan selalu memandangnya penuh kesinisan saat dirinya hendak menemui sang adik. Apa wanita gila itu tidak tahu kalau dirinya adalah kakak sang manajer umum? Lagipula gaya pakaiannya yang murahan itu saja sudah sangat tidak pantas bersanding dengan Jovan. Mau bermimpi menjadi bagian dari keluarga Koesnadi? Go to hell.

"Kakak nggak ngerti kenapa si sundel itu selalu sinis ngeliatin Kakak, dia masih nggak tau juga kalo Kakak ini kakak kandung kamu Jo?" tanya Ariana saat memasuki ruangan Jovan dengan wajah kesal.

"Kalian masih musuhan aja?" tanya Jovan menghela napas setelah mendengar ucapan kakaknya.

"Bukan musuhan, tapi dianya yang selalu membuat situasinya jadi keliatan begitu," jawab Ariana sambil membanting berkas yang ia bawa ke atas meja Jovan.

"Sabar dong Kak, nggak baik cewek marah-marah terus, nanti keriputan loh," ucap Jovan setengah bercanda.

"Pokoknya Kakak nggak mau tau, turunin posisi dia jadi karyawan biasa di bagian administrasi atau resepsionis, sikap sombongnya itu nggak pantes jadi sekretaris kamu," kesal Ariana.

"Loh Kak, kok malah jadi ngarah ke situ sih, kan Kakak sendiri yang bilang kalo kerja itu harus profesional," heran Jovan.

"Kamu ngebelain dia? Kamu suka sama dia? Iya? Denger ya Jo, sampe Kakak mati pun, Kakak nggak sudi kalo si sundel itu yang jadi adik ipar Kakak!" marah Ariana membuat Jovan segera berdiri sambil meringis.

"Kak kok jadi mikir kesitu sih? Yang suka sama dia tu siapa sih Kak," ucap Jovan mencoba menenangkan.

"Kamu sendiri yang mulai! Pake bawa-bawa keprofesionalan, kamu nggak tau kalo perilaku dan sikap itu bagian dari keprofesionalan? Kamu pikir orang yang cacat akhlak itu profesional?" balas Ariana menggebu-gebu.

"Yaampun Kak, iya iya Jovan salah. Udah dong Kak, jangan marah," ujar Jovan akhirnya sambil mencoba menyentuh Ariana.

"Nggak usah sentuh-sentuh! Sana jauh-jauh!" marah Ariana menatap tajam sang adik.

"Kak udah dong, tadi kita baik-baik aja loh," pinta Jovan.

"Kita nggak pernah baik-baik aja selama sekretaris kamu masih dia!" kesal Ariana.

Not A Surrogate WifeWhere stories live. Discover now