EPISODE 25 : MASALAH BARU

120 23 3
                                    

Mereka mencoba mencarinya tanpa bantuan skill, karena rantai Indonesia masih belum kembali.

"Indo bagaimana kondisimu?" tanya Rusia. Indo hanya menggelengkan kepala.

"Aku seperti kembali menjadi manusia biasa-kupikir aku akan menjadi beban kalian kali ini." Indo berkata sedikit murung.

Dia tidak tahu bagaimana cara mengembalikan kembali senjatanya, dan hari sudah mulai gelap-kedua team itu saling mencari di antara lebatnya hutan ini.

Neth membuat api unggun untuk menghangatkan mereka. Sangat mudah mencari ranting kering karena mereka di kelilingi oleh pepohonan besar. Rusia sedang mencari mangsa untuk ia tangkap dijadikan makan malam-bekal mereka sebisa mungkin harus mengirit, perjalanan menuju tujuan masih terlalu jauh.

"Hei idiot, bisakah kau berguna sedikit?" Neth kesal lantara Indo sejak tadi diam membisu seperti orang yang patah hati.

Indo tidak menjawab, dia sibuk menatap kobaran api yang semakin membesar dan menghangatkan tubuh mereka-masih memikirkan kenapa senjatanya tidak kembali padahal musuh sudah dikalahkan, barang kali ada yang keliru.

__________________

Kondisi team Palestina bisa dibilang baik-baik saja, team mereka beruntung karena semuanya dengan senang hati bekerja sama.

"Wah banyak sekali tangkapanmu, Palestina!" seru Belarus terlihat bersemangat.

Yang dilakukan ketiga orang ini juga sama, China membuat api unggun, Pales berburu, dan Belarus bagian masak. Menu makanan mereka hari ini adalah monster kelas F seekor kelinci, dan monster kelas B seekor rusa gemuk.

Sama seperti di dunia asal, ada beberapa hewan dan tumbuhan yang bisa di makan, bedanya hewan ataupun tumbuhan di sini mereka bisa melawan-sehingga orang yang memangsanya harus menggunakan effort jika ingin makan enak.

"Komunikasi kita terputus dengan mereka, akan cukup sulit untuk bertemu lagi-karena aku tidak bisa merasakan mana Indonesia, sepertinya kejadian tadi siang cukup rumit di bagian sana." Pales menjelaskan sambil sibuk membantu Belarus memanggang daging hewan itu.

"Aku tidak tahu seberapa besar hutan ini, dan kita harus berhati-hati-jangan sampai terjebak kedalam jebakan yang sama," ucap China.

Pales mengangguk setuju. Mereka juga sudah tahu bagaimana keadaan satu sama lain, juga sudah tahu bahwa mereka memasuki portal ilusi.

Api yang tadinya besar semakin mengecil seiring berjalannya waktu, angin berhembus ke sana ke mari tak berhenti. Semua daging enak yang mereka masak sudah tinggal tulangnya saja-ketiganya mulai tidur saling bergantian untuk berjaga.

Tepat pada saat api unggun mati, hari mulai terlihat cerah. Kedua team terbangun, sekali lagi mencoba mencari cara untuk menyatukan mereka kembali.

"Mari kita berkemas." Pales berdiri lebih dulu.

Ketika semuanya sudah siap, Pales merobekkan syalnya menjadi beberapa bagian. Lalu ia talikan salah satu sobekan kainnya itu ke ranting pepohonan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Belarus penasaran.

"Kita membuat tanda. Siapa tahu mereka jauh berada di belakang kita," jelas Pales sambil tersenyum.

"Bagaimana jika mereka ada di depan kita?" tanya Belarus penasaran.

"Itu justru lebih bagus, berarti kita sama-sama menempuh jalan yang sama." Ia mengambil barang bawaannya dan mulai melanjutkan perjalanan.

Tepat seperti perkiraan Palestina, team Indo berada di belakang mereka-dengan wajah masam, murung, dan lusuh ketiganya berjalan dengan rasa lapar.

SKENARIO Where stories live. Discover now