43. Empatpuluh tiga

2.4K 315 5
                                    

Udara malam terasa dingin hingga menembus tulang rusuk, dan Marvel terbangun karena udara sejuk itu. Anak itu mengucek mata nya perlahan lalu mulai melangkah kaki nya ke arah balkon kamarnya yang sedikit terbuka. Mengkerut bingung karena setahunya sebelum ia tidur, Alpha sudah menutup segala akses yang langsung menghubungkan kamar si bungsu ke luar pekarangan Mansion. Tangan nya terulur menutup kaca balkon kamar nya, sebelum benar-benar pergi menjauh dari balkon netra ice itu melihat beberapa pria berpakaian hitam tengah berjaga di area pekarangan Mansion di tengah gelap nya malam.

Kaki yang terbalut sandal rumahan itu berbalik arah dari balkon namun belum sempat benar-benar menjauh kaca tebal balkon kamarnya itu pecah tak beraturan membuat degup jantung Marvel berdetak kencang mendengar suara pecahan yang menggelegar di areal kamar nya yang memang sunyi tanpa suara itu.

Marvel dengan cepat meraih bongkahan batu yang di gulung kertas putih dengan bercak darah di sana. Memberanikan dirinya untuk membuka kertas yang ada bercak darah itu. Alis nya mengkerut dalam karena kertas darah itu hanya menampilkan tulisan.

HI!

Netra ice itu menyongsong mencari darimana asal kertas itu berasal. Hingga di kegelapan malam tepat di sudut pekarangan Mansion seseorang berpakaian hitam kini tengah melambai ke arah nya di kegelapan malam. Mengisyaratkan jika sosok misterius itu mengatakan hay pada nya. Nafas Marvel tercekat merasakan alarm bahaya apalagi saat melihat sebuah senapan jarak jauh di arahkan pada nya. Kakinya terasa begitu melemas untuk segera menjauh dari balkon kamar yang pecah itu.

"D-daddy," Marvel meremat dada nya yang terasa seperti begitu sempit hingga dirinya sulit bernafas.

Dobrakan pintu terdengar hingga langkah kaki tergesa terdengar. Tubuh nya langsung di tarik seseorang masuk ke dekapan hangat orang itu.

"Tuan kecil anda tidak papa, tenang lah anda akan baik baik saja." Suara Kim mengisi indra pendengar nya lalu usapan lembut di punggung kini terasa, Marvel sedikit bernafas lega saat Anthony dan Kim yang memang berjaga di depan pintu kamar nya datang. Tangan gemetar itu memberikan gumpalan kertas yang teremat di tangannya itu ke pada Kim, sejenak ketiga nya terdiam. Kim mengambil langkah, menepuk bahu Anthony.

"Bawa tuan kecil menemui yang lain, saya akan lakukan penyisiran di sini." Anthony segera menuntun Marvel keluar dari kamar. Memberikan kode untuk mengendong Marvel namun anak itu menolak keras, jadi nya mereka berdua berjalan bersisingan dengan Marvel yang meremat kuat ujung baju Anthony.

"Perketat keamanan di kamar Tuan kecil," Perintah Kim yang langsung di angguki tegas oleh kepala bodyguard yang berdiri di depan nya saat ini. Seketika itu para anggota DiamondGolden yang bertugas malam ini langsung di kumpulkan di ruang aula yang ada di Mansion. Kim mengepalkan tangannya kuat karena kali ini seseorang kembali berani meneror Marvel, pria itu mengepalkan tangannya kuat, mencoba terus menekan emosinya saat saat genting seperti ini dirinya tak boleh emosi.

"Ini sangat tiba-tiba, kami hanya bisa menembak lengan nya saja sebelum sosok itu benar-benar menghilang dari pandangan kami!" Ridwan-- pemimpin anggota DiamondGolden yang berjaga malam ini angkat suara. Pria itu menyerahkan sebuah peluru berwarna emas di mana itu adalah alat pemecah kaca tebal itu, karena hanya karena sebuah batu tidak akan bisa memecahkan kaca tebal balkon kamar Marvel.

"Bawa benda ini ke Tuan James, sisa nya terus berjaga. Ketatkan penjagaan di dekat Tuan kecil!"

****

Ruangan kedap suara itu diisi oleh empat pria yang kini menampilkan raut wajah datar mereka, aura suram dan mencekam sangat terasa di sana, hingga langkah Anthony sedikit sungkan untuk melangkah lebih masuk ke dalam ruangan itu. Pintu terbuka saat Anthony menghubungi James karena kedatangan Marvel.
Marvel meremat kuat ujung baju Anthony karena terlalu takut akan aura menekan dari ketiga kakaknya dan Daddy nya.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang