32. Tigapuluh dua

5.6K 571 14
                                    

Kepala keluarga Andromedes kini tampak nya dalam suasana hati yang bagus, jika biasanya pria tua tegas itu selalu diam dan memperhatikan sekitar tanpa ikut berkomentar. Namun sekarang bersama bungsunya James pria itu terlihat begitu bahagia saat ini. Walaupun hanya duduk sembari menyesap whiskey nya. Netra legam pria itu terus memperhatikan Marvel yang saat ini tengah di ajari menggunakan senjata api oleh cucu sulungnya. Si iblis liar, tak lain adalah Wilder. Singkatnya pagi pagi tadi Tuan Lee dan Wilder datang berkunjung ke kediaman James, lalu Tuan Lee dengan santai menarik  Marvel dari dekapan James yang masih tertidur pulas di atas kasur, membawa pergi bungsunya James ke Mansion utama nya. Di awal memang si bungsu terlihat bersemangat, namun saat sudah hampir setengah hari belajar menggunakan senjata api bersama Wilder. Namun lihat saja sekarang anak itu terlihat sudah bad mood karena sang kakak sepupunya sedari tadi tak menyuruhnya istirahat. Dan lagi tangannya sudah lumayan pegal karena terus memegang berbagai senapan laras panjang dan berbagai jenis Revolver.

Dorr...

"Fokus dan tembakan ke sasaran Marvel, jangan ragu. Jika kau sudah terjun dalam dunia Andromedes yang sebenarnya, perasaan ragu akan membuat nyawa mu terancam. Jadi fokus dan luncurkan saja peluru nya jika kau sudah merasa tepat pada objek yang akan kau tembak," Suara tegas Wilder kembali mengudara. Marvel terkejut saat tangannya yang menggenggam pegangan senapan kini terasa di remas saat tangan besar Wilder juga ikut menggenggam pegangan senapan. Memilih fokus saat Wilder memberikan titahan, hingga jari telunjuk pria itu menekan jari telunjuk Marvel yang berada di tarikan pelatuk Senapan panjang hitam itu.

Dorr!!!

Dam! Objek yang menjadi sasaran kini hancur lebur karena tembakan dari nya. Marvel mengelap sudut mata nya yang kini tanpa ia sadari sedari tadi ia menangis, apalagi wajah tegas Wilder terus menelisik nya. Sedari tadi dia memang baru satu kali mengenai objek yang akan di tembak dan sekarang bantuan dari Wilder dia sudah menembak objek dua kali.

"I-iya ini aku nembak lagi. Gak usah liat liat," Si bungsu berbicara dengan suara tersendat nya karena menangis. Mengelap mata nya dengan punggung tangannya. Kembali melihat objek yang akan ia tembak, dengan penuh keteguhan hingga akhirnya timah panas itu melesat sempurna pada objek sasaran di depan nya. Dalam diam Marvel bernafas lega karena telah berhasil mengenai objek nya.

"Good job, sekarang gunakan senjata yang lebih ringkas lagi." Wilder memberikan Desert eagle pada si bungsu yang langsung di Terima oleh sang empu. Memberikan ruang pada bungsu nya James untuk berinteraksi dengan benda itu, tak memiliki pergi dari dekat Marvel. Wilder hanya berdiri di belakang anak itu. Hingga senyum kecil terbit di sudut bibir putra tunggal Jacob itu, kala setidaknya lima timah panas dari senjata ringkas itu kini menghancurkan seluruh target di depan mereka.

Wilder melepaskan pelindung di badan si bungsu lalu menuntun anak itu untuk menjauh dari lapangan, para bodyguard di sana juga sibuk membereskan bekas cucu bungsu Tuan Lee itu berlatih barusan. Berjalan gontai ke arah Tuan Lee yang terus memperhatikan nya sedari tadi, namun Marvel hanya tak acuh memiliki berbaring di sofa sebelah Tuan Lee. Memejamkan mata nya namun netra Ice blue itu kembali terbuka sayup saat tubuh ringkih nya di angkat Tuan Lee yang kini dirinya terduduk di pangkuan pria tua itu.

"Lelah?" Tuan Lee berujar tangan keriput itu mengelus tekuk leher si bungsu. Marvel mengangguk lemah anak itu memiliki menyandarkan Kepalanya di dada bidang sang Opah. Mencari posisi nyaman untuk nya menutup mata sejenak. Wilder mengambil Tissue basah di dekat nya lalu mengelap lembut tangan si bungsu yang tampak menjuntai ke arah nya itu. Pria itu juga memberikan kecupan lembut di punggung tangan Marvel.

Marvel menegakkan kepalanya cepat saat merasakan perasaan tak enak Tiba-tiba. Entah mengapa pikiran nya tertuju pada Alpha, ada dengan nya saat ini. Perasaannya sungguh tak enak saat ini, tingkah nya ternyata langsung di lihat oleh kedua pria di dekatnya yang berbeda usia. "Ada apa Sayang?" Wilder lebih dulu bertanya. Di tatap nya lekat adik sepupunya yang bungsu itu.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang