37. Tigapuluh tujuh

3.6K 408 9
                                    

Jantung yang kian berdetak dua kali lebih cepat dengan nafas tercekat membuat langkah Marvel semakin berat kala saat Jacob membawa nya ke rumah sakit. Kakak sulung sang Ayah mengatakan jika Kakak sulungnya masuk rumah sakit. Hanya itu yang Jacob katakan, selebihnya pria dewasa itu memilih menuntun nya mencari ruang inap sang kakak. Hingga langkah yang sedari tadi terasa berat, memilih berhenti. Tangan kanannya terangkat lalu memegangi dada kirinya yang terasa semakin berdetak kencang. Jacob setia berdiri di belakang si bungsu dengan tangan kiri yang menenteng tas Marvel. Pria itu hanya diam melihat si bungsu yang kini menggulung lengan seragam sekolah nya. Hingga pria dewasa itu meringis pelan saat Marvel mendobrak pintu tak bersalah itu dengan kuat.

Brak!!

"Kakak!!!" Pekik si bungsu membuat suasana dalam ruangan yang tadinya hening kini bertambah Hening saat itu juga. Netra ice blue itu terus menyorot ke segala arah guna mencari orang yang hampir membuat jantung nya copot. Hingga amarah di sekolah tadi kini memuncak melihat Enigma yang duduk santai di atas bankar luas. Hingga Marvel berdecih sinis melihat senyum mengembang dari wajah Enigma. Katanya pemuda itu sakit dan sekarang yang di lihat nya sekarang malah pemuda itu duduk santai sembari memakan buah apel di tangan pemuda itu. Hingga Marvel langsung melangkah mendekati bankar, dengan sigap pula Enigma langsung mengangkat badan si bungsu ke atas bankar tepat di hadapan nya.

"Hey, kau mengkhawatirkan aku kan?" Ingin sekali Marvel membogem wajah kakak sulungnya yang saat ini sangat lah santai dan penuh harapan saat mengatakan hal itu. Membuat Enigma yang tadi berniat memeluk nya kini meringis pelan saat rambutnya di tarik sang empu.

"Kakak!! Katanya sakit kok ngeselin!" Marvel kembali berteriak kesal, membuat Enigma kalang kabut sendiri di buatnya, hingga dengan cepat pemuda itu mengecup singkat bibir Mungil sang adik. Membuat bungsunya James itu terdiam. Hingga tak lama langsung membogem wajah Enigma membuat tawa di dalam ruangan itu mengudara sedangkan Enigma hanya diam. Lalu menarik badan sang adik hingga menubruk dada bidang nya.

"M-maaf, jangan marah." Enigma berujar lembut membuat mahkluk yang berada di pelukan nya kini memilih menduselkan wajahnya di dada sang kakak.

"Bagaimana?" James membuka suaranya pada Kristoff yang sedari tadi memeriksa Enigma dan juga selaku dokter yang melihat interaksi Marvel dan kakaknya.

"Kondisi Tuan Muda sudah sangat membaik, racun dari peluru itu, sudah kami keluarkan sepenuhnya. Dan lagi untuk luka yang ada. Tak butuh waktu lama, luka itu akan mengering," Kristoff sedikit membungkuk dan beranjak pergi dari ruang inap Enigma. Meninggalkan para anggota keluarga Andromedes yang masih sibuk dengan urusan masing-masing, sengaja agar memberikan ruang pada pasangan adik dan kakak itu.

Karena memang peluru yang menembus perut Enigma adalah peluru yang telah di racuni. Sehingga membuat seseorang yang terkena peluru itu akan kehilangan kesadaran nya walaupun tak berpengaruh pada keadaan vital. Bisa di bilang peluru itu sejenis bius.

"Sakit apa?" Si bungsu mendongak guna meminta jawaban pada sang kakak. Marvel memilih menunggu dulu jawaban dari Enigma, netra sejernih ice itu menelisik badan si sulung. Hingga tangan kekar Enigma menuntun tangannya ke arah perut bagian kanan Enigma yang terdapat perban di sana. Nafas Marvel tercekat saat itu juga, melihat perut sang kakak di perban. Yang artinya kakaknya terluka di perut, dan lagi Kristoff bilang jika kakaknya terkena racun dari peluru. Hingga pikiran yang melayang kemana mana tadi kini bertumpu pada satu titik. Apakah kakaknya tertembak?

"Kakak tertembak?" Enigma mengangguk sebagai jawaban hingga pria muda itu berusaha terlihat menahan tawa saat tangan kecil si bungsu mengelus lembut perut nya. "Sakit yah di sini?" Merasakan anggukan dari sang kakak. Anak itu mencebik kan bibir nya. Menundukkan kepalanya lalu mengecup perban yang ada di perut sang kakak, tepat di mana luka tembak Enigma berada.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang