Bagian 3

112 21 4
                                    


Kepulan asap rokok memenuhi ruang sempit yang cukup gelap ini. Djalu masih terus menghisap rokoknya yang hampir habis, dihisap dalam hingga lesung pipinya menghilang, lalu dihembuskan secara perlahan.

Salah satu tangan lainnya sibuk melihat ponsel yang sedari tadi menampilkan banyak pesan.

"Ngerepotin banget sih," cetusnya saat Djuli terus-terusan mengirim pesan.

Puntung rokok yang sudah habis itu ia buang dan injak dengan kakinya. Djalu berdiri seraya menyemprotkan parfum pada jaketnya untuk menyamarkan bau rokok yang hinggap. Setelahnya, laki-laki itu keluar dari ruangan gelap yang menjadi tempatnya mengistirahatkan pikirannya yang kalut barusan.

"Mau kemana, Lu?" tanya Riko saat Djalu baru saja sampai di parkiran.

"Jemput Adek gue," kata Djalu.

Riko yang memang sedang bersiap untuk pulang hanya mengangguk, lalu berpamitan. Melakukan hal yang sama, Djalu segera menancapkan gasnya menuju sekolah Djuli.

Dari kejauhan, Djalu sudah bisa melihat adik kembarnya yang sedang berdiri di dekat gerbang. Saat motornya berhenti, Djalu sedikit menaikkan kaca helmnya dan menyuruh Djuli untuk segera naik ke atas motornya.

"Pelan-pelan ya Djalu, jangan ngebut. Bahaya soalnya," ucap Djuli memberikan pesan setelah menyamankan diri di atas motor kembarannya.

Djalu hanya mendengus.

Laki-laki itu tidak mempedulikan pesan yang Djuli berikan, sebab saat ini Djalu asyik memacu gas pada motornya dengan kecepatan penuh. Kembarannya yang berada di jok penumpang itu bahkan sudah memekik ketakutan.

"Jangan ngebut Djalu!" teriak Djuli.

Namun, Djalu abai. Telinganya benar-benar tertutup. Tangannya masih setia menarik gas dengan kencang sampai remnya ditarik mendadak membuat Djuli terkantuk pada helm yang digunakannya.

"Kenapa ngerem mendadak sih? Kamu ini baru aja kebut-kebutan! Kalau lagi ngebut terus ngerem mendadak bahaya tahu!" omel Djuli yang kesal karena perilaku kembarannya.

Djalu tidak peduli, laki-laki itu hanya diam sembari melihat ke depan. Karena penasaran, Djuli ikut melihat apa yang Djalu perhatikan dan seketika dirinya terdiam.

"Jangan ngelamun, gue mau jalan lagi," ucap Djalu menghentikan Djuli yang melamun.

Ditegur seperti itu akhirnya Djuli kembali memegang jaket Djalu, saat motor itu berjalan lagi diam-diam Djuli memikirkan kejadian tadi. Kakak kembarannya yang sedang mengendarai motor ini, rela menghentikan motornya yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi hanya karena melihat seekor anak kucing yang akan menyebrang.

Djuli melihat dengan jelas jika kakaknya itu baru menghidupkan motornya lagi saat kucing itu benar-benar sudah sampai di tepi jalan.

"Alu mau jajan es krim nggak?" tanya Djuli tiba-tiba.

"Hah?"

"Mau jajan es krim nggak?" Djuli berteriak lagi dengan sedikit mencondongkan kepalanya.

"Nggak."

Mendapat tolakan seperti itu, Djuli memajukan bibirnya. Namun, ia tidak menyerah. "Aku yang jajanin, Alu," katanya.

"Nggak mau," tolak Djalu.

"Sebentar aja kok, yuk jajan es krim dulu yuk, Alu? Es krim yang di belokan itu loh," bujuk Djalu tidak menyerah.

Sebal dengan rengekan adiknya yang terus keluar, akhirnya mau tidak mau Djalu mengendarai motornya untuk membeli es krim di belokan. Sesampainya di sana ia hanya diam saja di atas motor, sedangkan Djuli sudah berlari untuk memesan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DJALUWhere stories live. Discover now