EPILOG

178 24 4
                                    

Jimin mendecak ketika panggilannya pada Lisa tak dijawab olehnya untuk yang kesekian kalinya. Beberapa pesan yang ia kirimkan juga belum mendapatkan jawaban apapun. Selain kesal, rasa khawatir juga tengah ia rasakan tentu saja. Dirinya terlalu sibuk belakangan ini, sehingga untuk bertemu tatap dengan Lisa pun tak bisa dirinya lakukan.

"Hey, Jimin! Sudah selesai?"

Panggilan dari Hyunjae membuat pandangannya beralih, sebelum kembali memasukkan ponselnya pada saku celananya dan menggendong tasnya.

Jimin menghela nafasnya, setelah akhirnya bisa bersandar pada mobilnya untuk mengistirahatkan dirinya saat ini. Sebelum akhirnya beberapa teriakan dari beberapa penggemarnya yang sedang menunggu di luar area konser dimana dirinya baru saja lakukan terdengar olehnya. Perlahan menurunkan jendela mobilnya di samping untuk menyapa penggemarnya. Rasa lelahnya tadi ia tutupi dengan baik dengan senyumannya, serta membalas beberapa ucapan dari beberapa penggemarnya yang terdengar olehnya.

Hari ini adalah hari terakhir dari konser yang diadakannya di Seoul, setelah lebih dari 1 tahun Jimin menyapa para penggemarnya di beberapa negara lainnya dan Seoul menjadi tempat terakhir untuk konsernya. Merayakan debutnya yang sudah beranjak 10 tahun, dan juga album yang ia keluarkan setelah mengambil hiatus karena wajib militernya.

Jimin perlahan menutup jendela mobilnya, setelah merasa suara teriakan dari para penggemarnya tak lagi terdengar olehnya. Beralih kembali pada ponselnya dan sama sekali tak mendapatkan pesan balasan atau panggilan balik dari Lisa.

"Apa kau bisa menghubungi Lisa, hyung? Kenapa dia selama beberapa hari ini tak bisa aku hubungi, huh?" Tanya Jimin pada Hyunjae yang duduk pada kursi kemudi dan tengah menyetir saat ini.

"Ada apa? Kau dan Lisa-ssi memiliki masalah?" Tanya Hyunjae. "Aku sama sekali belum menghubunginya. Kau tahu bagaimana sibuknya kita, huh?"

Jimin hanya berhela sembari bersandar, meletakkan begitu saja ponselnya. "Aku juga tak tahu. Dan seingatku, aku sama sekali tak memiliki masalah apapun dengan Lisa."

"Mungkin Lisa-ssi sedang sibuk dan tak sempat untuk melihat ponselnya."

"Ck, tapi apa dia tak melihat ponselnya selama ini, huh? Memangnya, apa yang sedang dia lakukan?"

"Saat kau sibuk atau bahkan tak memiliki waktu untuk melihat ponselmu, apa Lisa-ssi mengeluh tentang hal itu padamu?"

Jimin dibuat terdiam akan ucapan Hyunjae tadi. Dan tak memiliki jawaban apapun saat ini setelah tahu bahwa dirinya kalah telak.

"Apa kau tak ingin pulang ke rumah orang tuamu? Kau sepertinya sudah tak pulang kesana. Lagipula, kau memiliki waktu libur untuk satu minggu ke depan."

Untuk waktu yang lama, Jimin belum menjawab apapun dan memikirkan ucapan Hyunjae. Sebelum akhirnya ia mengangguk setelahnya. "Baiklah. Antarkan aku sekarang malam ini."

"Baiklah. Kau istirahat saja dulu. Apa perlu aku bawakan beberapa pakaian? Atau barang lain yang kau butuhkan?"

Jimin menggeleng, "tak perlu." Ucapnya. Sebelum memilih untuk menutup kedua matanya dan mulai beristirahat.

.

.

"Jimin!"

Panggilan itu membuat Jimin tersenyum, menerima pelukan Ibunya dan membalasnya pula.

Ibunya menjadi orang yang pertama melepaskan pelukan di antara mereka. "Ayo masuk, sayang. Kau pasti sangat lelah, huh? Eomma sudah menyiapkan banyak makanan kesukaanmu."

"Eomma, aku baik-baik saja."

"Mana bisa begitu." Ucap Ibunya, kini menyentuh wajah putranya itu. "Lihat ini. Kemana perginya seluruh pipi menggemaskanmu, hmm? Menyanyi dan menari juga butuh banyak tenaga. Sudahlah, ayo masuk. Ayah dan adikmu juga sudah menunggu."

we got married ❌ jimliceDove le storie prendono vita. Scoprilo ora