Chapter 9

400 55 7
                                    

Lisa tak membuang banyak waktunya saat itu. Menarik Jimin bersamanya untuk masuk ke dalam apartemennya. Sementara Jimin hanya mengikuti Lisa, bahkan ketika gadis itu meninggalkannya di ruang tengah untuk kembali dengan kotak P3K di tangannya. Lalu menariknya untuk duduk pada sofa yang berada di sana pula.

"H-Hey, aku baik-baik saja. Ini hanya luka--akh!"

Jimin meringis saat itu, melihat Lisa yang menekan telapak tangannya dengan kapas.

"Masih ingin berkata baik-baik saja? Sunbae bisa saja mati oleh wanita itu karena berusaha untuk menyelamatkanku!"

Lisa tak peduli dengan suaranya yang meninggi tadi, serta membiarkan airmata yang sedari tadi ia tahan telah jatuh untuk menghiasi wajahnya saat ini. Dan di sana tentu saja Jimin melihat semuanya. Kali ini membiarkan saja ketika Lisa berusaha untuk mengobatinya.

"Kau mengkhawatirkanku?" Tanya Jimin.

Lisa mendecak ketika mendengarnya. "Pertanyaan macam apa itu? Sunbae terluka karena menolongku. Apa Sunbae berpikir aku akan tertawa ketika melihat kau terluka seperti ini? Bagaimana jika wanita itu benar-benar gila dan mencoba untuk membunuhmu? Kita tak akan pernah tahu bagaimana pikiran manusia yang terisi oleh amarahnya."

Lisa menyudahi dengan membalut tangan Jimin dengan perban. Menghapus airmatanya sendiri dan menatap pada pria itu setelahnya.

"Jangan lakukan seperti itu lagi. Kau membuatku sangat ketakutan tadi, Sunbae."

Jimin melirik pada tangannya yang telah diperban, sebelum kembali menatap pada Lisa. "Bagaimana bisa aku diam saja ketika wanita yang kucintai tengah dalam bahaya seperti tadi?"

Lisa tahu hatinya berdebar saat itu, ketika mendengar ucapan Jimin dan mengetahui pula bagaimana perasaan pria itu padanya. Bahkan setelah tahun berlalu, Jimin masih memiliki sebuah rasa untuknya.

Lisa sendiri juga memilikinya. Namun berusaha untuk menguburnya dan mencoba untuk membenci Jimin di dalam kehidupannya. Namun nyatanya? Lisa memang tak akan pernah bisa berbohong terhadap hati kecilnya sendiri. Mau bagaimanapun Lisa mencoba untuk menghapusnya, itu sama sekali tak memiliki arti apapun.

"Sunbae sepertinya mengenal wanita itu tadi. Siapa dia?" Tanya Lisa, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan di antara mereka sembari membereskan seluruh peralatan yang ia butuhkan untuk mengobati Jimin.

Jimin hanya menggeleng, "Lee Jihye. Hanya salah satu penggemar fanatik yang gila dan bodoh. Beberapa bulan yang lalu, perusahaan kami sudah melaporkannya pada polisi karena dia semakin meresahkan. Tapi aku tak tahu jika dia ternyata sudah keluar dari penjara. Kurasa, dia melihat tentang berita pernikahan kita dan datang kepadamu."

Lisa berhela ketika mendengarnya, memukul lengan Jimin dan tentu saja membuat pria itu terkejut karenanya sembari memegangi lengannya yang baru saja dipukul. "Apa yang kau lakukan, huh?"

"Ck, bukankah sudah kubilang untuk berhati-hati? Sunbae adalah seorang idol. Bagaimana bisa begitu ceroboh dan tak pernah membaca situasi? Saat di klub waktu itu, dan sekarang penggemar fanatik. Sunbae benar-benar ingin membuat hidupku menjadi bahan pembicaraan orang-orang di luar sana, huh?!"

Jimin sempat tertawa saat itu. Wajah Lisa yang memberengut tadi terlihat sangat menggemaskan untuknya. Namun melihat bagaimana tatapan Lisa padanya saat ini menghentikan Jimin dari tawanya. Sudah tahu jika tatapan itu terlihat tak baik bagi situasinya sekarang.

"Aku serius, Sunbae. Hanya dengan kita saling mencintai, hal itu bukanlah jaminan kita bisa bersama dengan akhir yang bahagia."

Lisa merunduk saat itu, sedikit mengutuk takdir hidupnya yang tak berpihak padanya ketika tengah mencintai seseorang. Atau tentang mengapa dunia selalu saja berusaha untuk membuatnya terus jatuh dan sulit untuk bangkit.

Hidupnya sedari kecil sudah begitu buruk sekali. Bahkan Ibunya sendiri tak menginginkan kelahirannya. Lisa juga tak tahu siapa Ayah kandungnya sendiri karena Ibunya pun tak pernah bercerita padanya. Hanya terus mengatakan bahwa dirinya hanyalah seonggok daging yang tumbuh di rahimnya tanpa siapapun inginkan.

Lalu Jimin datang di hidupnya. Memberikan semua kebahagiaan yang tak pernah Lisa dapatkan selama 17 tahun hidupnya saat itu. Namun sekali lagi, seolah dunia tak pernah ingin dirinya tetap bahagia. Ibunya malah mengincar Jimin saat itu untuk menjadi mesin uang baginya. Dan Lisa tak ingin Jimin melakukan semua itu, dan memilih untuk pergi dari kehidupannya agar pria itu tak perlu untuk berurusan dengannya lagi. Lisa ingin Jimin bahagia, tanpa dirinya yang pastinya akan selalu menjadi kesialan bagi pria itu.

"Kalau begitu, aku bisa keluar dari dunia idol ini jika diperlukan."

Lisa mengangkat pandangannya menatap pada Jimin, terkejut dengan ucapannya. "Kau gila, Sunbae?! Kau pikir mudah untuk melakukannya seperti kau mengatakannya?!"

Jimin hanya mengendik. "Memang tak mudah. Tapi setidaknya aku bisa bersamamu."

"Sunbae, apa kau sama sekali tak memikirkan semua resikonya? Atau kejadian tadi saja. Hal itu bisa lagi terjadi jika Sunbae tetap pada pemikiran bodohmu itu."

"Ini bukan bodoh, Lisa. Aku hanya mencoba cara untuk bersamamu."

"Sunbae--"

"Apa kau tahu mengapa aku datang kemari?"

Lisa terdiam, tentu saja penasaran akan hal itu. Apalagi Jimin datang disaat waktu yang sangat tepat. Lisa bahkan tak mau membayangkan jika Jimin tak datang tadi.

"Aku baru saja mendengar dari manajerku jika lusa nanti Han Sajangnim akan mengumumkan tentang berita perpisahan kita."

Lisa berusaha untuk tak terlihat terkejut saat itu. Namun itu tak berlaku bagi Jimin yang langsung saja menyadarinya. Dan melihat dari raut wajahnya saja, Jimin tahu jika Lisa tak mengetahuinya--seperti yang manajernya katakan jika Lisa akan diberitahu esok harinya.

"L-Lalu? Bukankah saat itu kita sudah sepakat jika pernikahan itu hanya sebagai pengalihanmu atas kejadian di klub?"

Jimin sempat menutup kedua matanya dan berhela, sebelum kembali menatap pada Lisa. "Astaga, Lisa. Apa kau bersikap bodoh juga sekarang?"

"Apa?!"

"Aku datang padamu tentu saja karena aku tak ingin berpisah darimu, Lisa."

Jimin menggenggam satu tangan Lisa dengan tangannya yang tak memiliki perban. Dan tentu saja membuat Lisa terkesiap, namun tak menolaknya.

"Aku tak ingin lagi jika harus berpisah denganmu untuk yang kedua kalinya."

"Sunbae, kau tak mengerti bagaimana situasinya saat ini. Bahkan situasi kita sekarang lebih buruk jika dibandingkan dahuu."

"Apa kau sama sekali tak bisa percaya padaku? Bahkan untuk satu kali saja?"

Jimin semakin mendekat saat itu, meyakinkan Lisa dengan tatapan mereka pula yang semakin mendekat.

"Tolong, Lisa. Aku tak ingin lagi berpisah denganmu. Aku mencintaimu, dan itu sungguh. Kenapa kau juga tak mengerti bagaimana perasaanku yang ingin bersamamu?"

Lisa masih belum menjawab apapun, merasakan genggaman Jimin yang semakin mengerat padanya. Jika jujur, Lisa juga ingin bersama dengan Jimin. Setelah lama mereka dipisahkan, Lisa kembali bisa merasakan dekat dengan Jimin. Dan Lisa juga tak ingin berpisah kembali dengan Jimin setelah merasakan bahagia walaupun itu hanya sekilas. Lisa ingin merasakan bahagia itu untuk yang lebih lama, bersama dengan Jimin.

"Apa aku benar-benar bisa percaya padamu?"

Jimin mengangguk dengan begitu yakinnya. "Kau harus percaya padaku, Lisa. Aku bisa melakukan apapun untuk bersamamu. Kau pasti tak akan lupa dengan ucapanku dahulu, bukan? Aku akan membawamu pergi bersamaku, sehingga tak ada siapapun yang bisa menyakitimu bahkan jika itu adalah ibumu sendiri."

Hening itu sempat mengisi keduanya, sebelum Lisa memperkecil jarak mereka dan memberikan sebuah kecupan pada pipi Jimin dan menjauh. "Tolong bahagiakan aku, Sunbae." Ucapnya setelahnya.

Jimin berusaha untuk mencerna kecupan Lisa tadi. Kebahagiaannya seolah bertambah, apalagi dengan ucapan Lisa yang seolah mengatakan jika dirinya percaya padanya. Sebelum akhirnya ia mendekat, mencium Lisa saat itu yang menerimanya setelahnya.




--To Be Continued--

we got married ❌ jimliceWhere stories live. Discover now