1

3.1K 163 5
                                    

Petrichor
SIXTEENSEVEN










Di tengah suasana sejuk dan lembab setelah terjadi badai petir kurang dari satu jam yang lalu, udara di penghujung musim panas tidak terlalu terik. Sepatu kets berderak di genangan air di aspal, sirene berbunyi saat polisi dan truk pemadam kebakaran mendekat ke lokasi kejadian sebelumnya yang berkilauan di kegelapan.

Puluhan petugas sedang berdebat tentang apa yang terjadi dan menelepon departemen lain dengan ekspresi serius di wajah mereka.

Letnan Polisi Wanita, Tul Techakomol, atau biasa dikenal sebagai Letnan Tul, berjalan melewati lingkaran banyak petugas lain. Dia memasuki lokasi kejadian sebelum mengambil lencana polisi yang tergantung di lehernya, mengangkatnya untuk diperiksa oleh pengawas area. Dia membungkuk untuk melewati pita penghalang kuning dan hitam setelah diberi izin.

Puing-puing mobil yang tadinya merupakan mobil sport puluhan juta baht, terbakar beberapa jam yang lalu, hingga menghanguskan seluruh kendaraan, seperti yang diberitahukan kepada Letnan Tul mengenai kejadian tersebut. Meskipun terjadi hujan lebat namun tidak bisa menyelamatkan nyawa orang didalamnya. Bau besi yang terbakar memenuhi udara, bercampur dengan daging mayat hingga Letnan Tul mengangkat tangannya untuk menutup hidungnya.

Drrtt.. Drttt..

Tangan putih itu mengeluarkan ponsel dari sakunya, nama junior yang dia kenal sejak sekolah di institusi yang sama, 'Letnan Jew', terungkap di layar. Ujung jarinya menggesek tombol hijau dan tekan untuk segera menjawab panggilan.

"Hei, kamu dimana sekarang?"

(Dalam perjalanan. Senior sudah sampai di TKP?) Baik nada suara maupun kalimatnya tidak pernah membuatnya tidak senang. Tingkat keintiman di antara dia dan Jew, cukup mengabaikan sistem senior dan junior, dimana setiap orang bisa berpendapat.

"Sudah sejak aku ditelepon dan diberitahu. Bisakah kamu cepat kemari?" Dia terus melihat sekeliling dengan cemas, menundukkan kepalanya pada setiap petugas yang lewat. "...aku tidak kenal siapa pun di sini."

(Bagaimana dengan tim Earth? Tim Earth petugas verifikasi utama yang dulunya belajar di kelas yang sama denganku. Dia seharusnya berada di sana sekarang. Senior, kamu bisa mencoba berjalan-jalan dan mencarinya) Jew memperkenalkan orang di ujung telepon yang mungkin mengenalnya sedikit.

"Sebaiknya kamu saja yang datang ke sini secepat mungkin. Aku beri waktu lima menit. Cepat datang."

(T-Tunggu sebentar lagi, Phi Tul. Ada juga orang dari Institut Ilmu Forensik. Dia mungkin sudah berada di sana sekarang-)

Tapi Jew tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Letnan muda itu memutuskan panggilan dari juniornya dengan marah. Menghembuskan napas keluar dari mulut, dia merasa kedinginan. Dengan langkah panjang dia berjalan ke arah api yang sudah padam.

Tul membungkuk untuk melihat ke dalam mobil.

Bau daging gosong dari mayat begitu menyengat hidungnya hingga dia harus menarik kerah kemejanya untuk menutup hidung. Meski banyak kasus seperti ini yang dia temui, dia tetap belum terbiasa dengan baunya. Ketika dia mengamati dan memeriksanya, dia melihat kondisi mayat itu terbakar hingga kulitnya hangus, terlihat jaringan merah di beberapa bagian, namun di bagian wajah menerima kerusakan paling besar hingga tidak mungkin untuk mengidentifikasi siapa korbannya.

Matanya bergerak ke sebelah transmisi mobil yang memiliki bagian bawah filter. Banyak rokok yang terbakar bertumpuk di asbak mobil. Yang jelas almarhum pasti seorang perokok, atau mungkin rokok itulah yang menjadi penyebab kebakaran.

Namun ada hal yang mencurigakan bagi Letnan Tul, itu adalah sabuk pengamannya. Sabuk pengaman yang terpasang di tubuh mayat, kuncinya masih terlihat rapat. Tidak ada tanda-tanda korban mencoba membukanya. Pintu mobil juga tertutup rapat tanpa ada celah yang menunjukkan upaya korban melarikan diri untuk bertahan hidup.

PETRICHOR 1 (Terjemahan)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon