Hujan terus turun dengan deras, [Name] yang memang menyukai hujan tentu saja sangat menikmatinya. Hari ini, hujan turun tanpa henti dari pagi membuat beberapa daerah terendam banjir dan jalanan menjadi padat. Jarak sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh, ingin rasanya berjalan sampai ke rumahnya sambil menikmati hujan yang jatuh mengenai kulitnya.
Tapi setelah dipertimbangkan beberapa kali, itu bukanlah ide yang bagus. Besok ia ada ulangan harian matematika, kalau ia sakit terpaksa ia harus mengikuti susulan atau nilainya akan nol.
"[Name]," pria itu—Danheng, seorang siswa yang dikenalkan oleh March. [Name] cukup akrab dengannya, tapi itu hanya saat mereka bersama March.
Entah kenapa, ia selalu merasa canggung kalau hanya berdua dengan Danheng. Apa itu karena Danheng pernah menyatakan perasaannya? Ia tidak yakin, tapi setelah itu suasana di sekitar mereka menjadi canggung karena gadis itu menolak Danheng.
"Danheng—" ia tersentak setelah Danheng memberikan payungnya. Kemudian pria itu jalan menjauhinya sambil hujan-hujanan.
Melihat hal itu, [Name] lari mengejar Danheng sambil membawa payungnya agar dirinya tidak basah.
"Danheng!" Ia meneriaki nama pria itu, berharap agar pria itu berhenti dan melihat ke arahnya. Dan berhasil, Danheng berhenti lalu melihat ke belakangnya.
[Name] segera mendekati Danheng dan berjinjit agar pria itu bisa terjangkau oleh payung yang ia pegang. "Jangan hujan-hujanan, besok kita ulangan matematika!"
Danheng terdiam menatap [Name] sebentar. Kemudian, ia mengambil alih payung yang ada di tangan gadis itu agar [Name] tidak perlu berjinjit.
"Mau pulang bareng?" Tanya Danheng yang dibalas anggukan. Mereka jalan beriringan. Masih ada jarak diantara mereka, membuat suasana menjadi canggung.
Tiba-tiba, Danheng menarik pinggang [Name] supaya gadis itu tidak terkena hujan dan itu membuat tubuh mereka berdekatan. Wajah [Name] memerah, ia tidak tahan dengan suasana canggung saat ini.
"Tunggu," ucapan [Name] membuat Danheng menghentikan langkahnya.
"Tentang penyataan perasaanmu beberapa hari lalu... kenapa kamu gak berusaha bikin aku jatuh cinta?" ujar gadis itu.
"Hah?" Danheng bingung harus merespon apa, ia merasa tidak ada harapan karena sudah ditolak.
"Padahal aku berencana menerimamu kalo kamu mau berusaha buat aku jatuh cinta!" Ucap [Name], ia menunduk dan tidak bisa melihat ekspresi Danheng yang terkejut.
Mereka terdiam, [Name] yang tenggelam dengan pikirannya dan Danheng yang masih memeroses ucapan [Name].
Danheng mengelus puncak kepala [Name], senyum tipis terlukis di wajah tampannya. "Kalo aku ungkapin perasaanku sekarang, kamu mau terima aku?" Tanya Danheng.
[Name] mengangkat kepalanya, menatap Danheng dengan semburat merah menghiasi wajah cantiknya.
"[Name],"
"Ayo berpacaran denganku," ucap Danheng. Tangannya mengambil telapak tangan gadis itu untuk digenggam. Matanya menatap lurus ke arah gadis itu.
[Name] mengangguk. Wajah gadis itu sudah semerah tomat, mungkin ia harus segera memeriksa kewarasannya setelah ini.
▼・ᴥ・▼
Hellow guyss, gimana nih kabar kalian? Akhir-akhir ini di daerah aku lagi turun hujan mulu ges, jadi gampang flu😵💫
Btw, kalian gacha Chiori dan Itto atau skip untuk ambil Neuvillette dan Kazuha nih? Atau ada yang kena kalah rate off?🤭Mwehehehe, semoga dapet chara yang kalian mau ya guyss.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chiori cantik banget plis plis pelisss😫💖✨ Aku mau banget dia, bahkan artefaknya pun udah siap😵💫💥 Next rerun semoga bisa dapet deh ya😋
