Number Twenty-seven

Start from the beginning
                                    

Air mata Thalita turun saat itu juga, "terus aku anak siapa?".

Ken menggeleng, "Daddy tidak tahu, waktu itu..."

Flashback on

Ken dan istrinya sedang dalam perjalanan pulang , mereka baru saja pulang membawa Edgar dari rumah kakeknya agar bocah itu terhibur. Tetapi sepertinya mereka sia-sia karena Edgar belum tersenyum.

"Edgar sayang, kamu kenapa?" Tanya Ellen kepada Edgar yang menunduk.

Edgar mendongakkan menatap ke mommy nya yang duduk di depan, "Edgar mau punya adik, kalau ada adik kan Edgar mainnya sama dia bukan mommy sama Daddy yang kadang sibuk".

Ellen terdiam bingung harus menjawab apa,  sebenarnya ia sangat mau memberikan Edgar seorang adik, tapi tuhan belum mengizinkan nya. Ken melirik istrinya yang berjubah menjadi sedih.

"Edgar kalo mau adik berdoa dong biar di kabulin" ucap Ken.

"Aku udah berdoa Daddy, tapi gak terkabul" cetus bocah itu.

"Berdoa sekali gak ngaruh Edgar, kamu harus berdoa berkali-kali untuk membujuk Tuhan"

Edgar terdiam, "baik Daddy"

Tiba tiba mobil yang mereka naikin oleng, Ken Segera menepikan mobilnya.

"Kenapa mas?" Tanya Ellen.

"Aku cek dulu ya" Ken keluar dari mobil untuk mengecek.

Ellen mendengar suara bukaan pintu dari belakang dan ternyata Edgar keluar dari mobil. Ellen pun menyusul. Ia melirik Edgar yang melihat sekeliling, tempat ini sangat sepi dan rumah sangat sedikit karena selebihnya hutan.

"Jangan kemana mana ya Edgar" ucap Ellen memberitahu, Edgar mengangguk.

Ellen pun mendekati suaminya. Edgar samar-samar mendengar suara tangisan bayi, tidak kuat namun sedikit jelas. Ia pun melihat ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara, Matanya tertuju ke arah tempat sampah yang sedikit jauh dari mobil mereka.

Seolah lupa dengan ucapan Ellen, Edgar pun berjalan menuju lobang sampah itu.

Ken melirik ban mobil mereka yang bocor, sedangkan tempat ini jauh dari bengkel dan perkotaan.

"Aku udah telepon Bejo untuk jemput kita".

Ellen mengangguk, "aku bilang ke Edgar dulu".

Ellen berjalan ke belakang mobil, namun tidak melihat Edgar.

"Edgar dimana mas" panik Ellen.

Ken langsung menatap sekeliling, matanya tertuju pada Edgar yang berdiri menatap lobang sampah dengan terkejut.

"Itu Edgar, ayo samperin"

Ellen dan  Ken pun menghampiri Edgar.

"Kamu ngapain disini,  mommy bilang jangan kemana mana" marah Ellen.

"Mommy lihat" Edgar menunjuk dalam lobang sampah seorang bayi, tadi bayi tersebut menangis namun saat Edgar datang bayi tersebut berhenti menangis.

Ken dan Ellen terkejut, siapa yang tega membuang anak yang masih bayi di tempat seperti ini, pikir Ellen. Ellen menggendong bayi tersebut dengan senyum, dan air mata. Bagaimana pun ia seorang ibu, ia sangat iba dengan bayi di gendongan ini.

"Siapa yang tega membuang nya" ucap Ken tidak habis pikir.

"Tidak tahu mas, aku mau rawat dia"

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Where stories live. Discover now