BAB 10 {Menyetujui}

784 22 0
                                    

Suasana ricuh di kelas 2-3 sebab guru yang banyak tidak masuk dan mengajar karena sibuk rapat di ruangan majelis guru untuk kelulusan anak kelas 12, bahkan beberapa perangai yang di luar nalar yang dilakukan murid murid kelas 2-3 yang tidak lain a...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana ricuh di kelas 2-3 sebab guru yang banyak tidak masuk dan mengajar karena sibuk rapat di ruangan majelis guru untuk kelulusan anak kelas 12, bahkan beberapa perangai yang di luar nalar yang dilakukan murid murid kelas 2-3 yang tidak lain ada yang turu atau tidur di kelas, dan ada yang main handphone kesempatan guru tidak masuk, ada berperilaku random yaitu ngomong sendiri yang tidak lain adalah Refa cegil yang sudah selesai dengan tidur pagi siangnya, dan yang tidak diragukan lagi yaitu gosip gengnya Yola, Meisya,dan tika yang sibuk membicarakan Zahra yang di panggil ke ruangan kepala sekolah menemui Canva, bahkan dengan kesempatan guru tidak masuk Meisya merokok di dalam kelas dengan terang terangan.

"CK gue tebak pasti si polos brengsek Zahra kena sangsi sama kak Canva atas perbuatannya tadi" ucap Meisya sambil menghisap rokok di tangannya.

"Hem mungkin" balas Yola yang hanya menatap Meisya yang memegang puntung sambil mencoba menahan nafsunya untuk tidak merokok di karenakan Raka yang masih berada di dalam kelas memainkan ponselnya.

"Tentu saja pasti asalkan kalian tau kak Canva itu adalah anak dari orang yang paling kaya dan memiliki saham paling besar bahkan untuk jajannya saja bisa mencapai 750 juta".

"Wah beneran mei" Terkejut Tika dan diberi Anggukan oleh Meisya.

"Tentu saja, bahkan saat aku cari di internet untuk style Quiff nya saja untuk satu baju bisa mencapai 100 juta belum lagi sepatunya yang pasti bukan harga kara-kara" ucap Meisya sambil kembali menghisap rokoknya.

"Wah keren banget rasanya pengen banget jadi istrinya" khayal Tika sambil tersenyum-senyum memejamkan mata dan lompat lompat tidak jelas.

"CK ngawur Lo tik yang benar aja seleranya kak Canva itu beda dia suka sama cewek yang cantik body goals dan yang terpenting yang sederajat dengannya bahkan asal lo tau kak Canva itu di kenal cowok playboy, sedangkan lu sendiri bapak lu aja pekerja bank" sindir Meisya yang sudah terbiasa ngomong tanpa berpikir perasaan orang walaupun itu sahabatnya.

Tika yang mendengar seketika merasa Meisya seperti sedang mengejeknya dengan langsung Tika beranjak dari kursi dan pergi keluar dari kelas dengan wajah yang menunduk dan bagian bibir yang kebawah.

"Loh mau kemana tik" tanya Yola tapi tidak direspon oleh Tika yang hanya tetap fokus berjalan keluar kelas.

"Mei kenapa Tika?".

"CK mana gue tau, palingan merajuk cuma dibilang bapaknya pekerja bank padahal memang kenyataannya dasar baperan" jawab Meisya dengan sombongnya dan tidak merasa bersalah.

"Oya lu tumben ga merokok yol?".

"Eh itu gue lagi malas" balas Yola cengengesan dengan suara pelan takut Raka crush mendengarnya.

Meisya seketika langsung mengkerutkan alisnya dan menatap Yola begitu tajam untuk memastikan tidak ada yang di sembunyikan oleh yola dari dirinya, karena akhir akhir ini Meisya sering melihat jika gelagat Yola yang tampak aneh tidak seperti biasanya.

"Hem aku bakal cari tau" lirih Meisya lalu menghisap rokok dari tangannya.

***
Di dalam ruangan posisi Canva dan Zahra yang masih menetap yaitu Zahra yang berada di bawah dan Canva yang berada di atas sambil tersenyum menggoda kepada Zahra.

"Bagaimana apa kau setuju Zahra dengan persyaratan ku" bisik Canva kembali tepat di telinga Zahra membuat geli seluruh tubuh Zahra.

"Te..ta..tapi kenapa persyaratannya seperti di luar dugaan" jawab Zahra mencoba berani walaupun dengan suara yang begitu gagap dan menatap wajah Canva yang menindihnya

Canva seketika langsung tersenyum menyeringai mendengar suara gagap Zahra yang menurut Canva begitu lucu dan berambisi Zahra adalah wanita yang begitu istimewa dalam hidupnya saat pertama kali bertemu yang membuat Canva berpikir Zahra sangat berbeda dengan gadis-gadis yang ia temui dan kencani beberapa waktu yang lalu.

"Jawaban yang bagus, baiklah aku akan beritahu".

"Kita pertama kali bertemu saat di minimarket saat aku sedang membeli bir dan ada seorang wanita yang menceramahi ku bukan"? Ujar Canva lalu memiringkan kepalanya menatap wajah Zahra dengan begitu dekat.

"Hem" Angguk Zahra dengan jantung yang berdebar debar dan berdetak begitu kencang melihat Canva menatapnya sangat dekat seolah olah seperti orang ingin mencium pasangannya.

"Hem dan Zahra kita tidak sengaja bertemu lagi tepat di sekolah ini bahkan aku tau kau masih ingat denganku bukan, dan kali ini Zahra kau menumpahkan air minum ke sepatu favorit ku yang ku beli di Paris itu rasanya tidak mudah Zahra".

"Jika keinginan hati ku aku ingin kau mengganti sepatu ini kembali, dan asal kau tau Zahra harga sepatu ini mencapai 150 juta" ujar Canva membuat Zahra tergelonjak kaget.

"Hem tapi tenang lah aku akan memberikan mu keringanan yaitu menginap lah dirumah ku dengan begitu aku akan anggap hutang mu lunas" senyum canva menatap wajah Zahra.

"Apakah tidak boleh jika aku membayar" cicit Zahra membuat Canva tidak tega walaupun sebenarnya Canva hanya mengerjai Zahra agar terus bisa berada dekat dengan wanita yang ia suka dan cintai.

"Boleh tapi tidak boleh cicil" balas Canva mencoba mengeluarkan ekspresi wajah santai dan alis yang naik turun.

"Bagaimana Zahra segera tentukan pilihan mu jika tidak bibir ini akan melayang entah kemana nantinya" ancam Canva sambil menunjuk bibirnya yang seksi dan merah alami agar Zahra segera cepat menentukan persyaratan mana yang ia pilih.

Dengan perasaan yang takut dan gugup ditambah lagi bingung Zahra pun menghela nafasnya mencoba untuk tenang lalu dengan pelan pelan Zahra pun akhirnya menentukan keputusannya.

"Hem aku akan tinggal di rumah kak Canva" ujar Zahra dengan suara sedikit pelan dan sorot mata kebawah.

Canva yang mendengarnya seketika ingin sekali mencium bahkan memeluk wanita yang berada di bawahnya saat ini tapi dengan sekuat hati Canva menahannya lalu menatap wajah Zahra dengan tersenyum tidak biasanya.

"Hem terimakasih sudah menyetujuinya Zahra".

Lalu dengan langsung Canva pun beranjak dari menindih tubuh mungil zahra membuat Zahra  begitu lega dan menghembuskan nafas tenang.

CANVA PLAYBOY [On Going]Where stories live. Discover now